Menjadi pacar seorang senior bukanlah hal yang mudah. Apalagi sekarang Libra menjabat sebagai kapten tim basket. Di minggu pertama, banyak sekali surat teror yang dikirimkan padaku, karena seketika Libra menjadi seorang selebriti di sekolahan. Dan di minggu ketiga ini, aku sudah mulai membiasakan diri dengan tatapan sinis senior-senior perempuan di kantin, di lapangan, bahkan di perpustakaan.
Sore ini aku dan Libra berencana membawa Qiu – kucing hadiah ulang tahun dari libra ke pet salon di salah satu mall untuk dimandikan. Entah dari mana satu sekolah bisa tahu tentang hal itu, dan siang ini aku mendapat cibiran-cibiran panas dari seluruh sekolah.
"Manja banget sih, cuma mandiin kucing aja mesti dianterin."
"Mau aja sih si Libra jadi supirnya adek kelas itu."
"Mending Libra jalan aja deh sama gue daripada nungguin kucing mandi."
Setidaknya hal semacam itu yang kudengar.
"Pokoknya besok gue mau bawa earplug aja!" Kataku pada Gia, saat kami berbincang di Windra's sepulang sekolah.
"Nggak usah didengerin Al." Kata Gia sambil menyesap kopinya.
"Mana bisa, orang mereka ngomongnya didepan gue. Depan gue Gi." Aku menutup wajahku dengan kedua tangan.
Tiba-tiba, handphone ku berbunyi.
"Biy, kamu dimana? Kok nggak dirumah?"
"Aku di Windra's. Sebentar lagi pulang."
"Nggak usah. Ku jemput ke Windra's."
Libra menutup teleponnya.
"Gi, dia mau jemput kesini, lo mau ikut." Tanyaku pada Gia sambil membereskan isi tasku yang berserakan di meja.
"Nggak deh." Gia menggeleng keras. "Itu mobilnya Al."
Aku menoleh, ya, mobil Libra sudah menepi di seberang jalan. Ia keluar sambil mengenakan kacamata hitamnya, ia memadukan kaus polo hijau dengan celana pendek coklat selutut. Rambutnya berkibar saat ia menyebrangi jalan, dan sekarang ia sudah ada di hadapan Windra. Memesan satu-satunya kopi kesayangannya, Kopi Hitam. Setelah membayar ia menyapu ruangan dengan pandangannya kemudian berjalan ke arah mejaku.
"Biy? Kok kamu masih pakai seragam?" Tanya Libra heran.
"Iya, tadi dari sekolah langsung ke sini."
"Gia ikut?"
"Nggak kak, mau ngerjain PR."
"Ya udah, maaf ya Gi, kita buru-buru. Janjiannya jam 5 soalnya." Kata Libra sambil menarik tanganku.
"Black Coffee?" Windra mengantarkan gelas kopi kepada Libra.
"Ya, thanks!" Libra mengambil gelas kopi itu dari tangan Windra. Sekali lagi, Windra tersenyum. Kepadaku.
"Bye Gi. Kiss kiss." Aku berdiri lalu berjalan menuju pintu keluar bersama Libra.
***
Sambil menunggu Qiu selesai, aku dan Libra membeli froyo di salah satu kedai Yoghurt di mall. Libra membelikanku tepatnya. Tidak pernah ku sangka bahwa Libra juga suka froyo. Sama seperti Nathan, dulu setiap aku dan Nathan pergi ke mall, pasti ia hanya membeli froyo dengan topping ekstra coklat. Nathan dengan froyonya sedangkan aku dengan caramel macchiato ku. Dulu, Nathan selalu meledekku 'Apa enaknya kopi yang kelewat manis gitu?' dan aku membalasnya dengan 'Apa bedanya sama froyo dengan topping ekstra coklat?' dan karena hal itu, kami berdua tertawa kencang di food court mall, sampai-sampai beberapa pasang mata memperhatikan. Ah sial, kenapa bayangan Nathan muncul?
KAMU SEDANG MEMBACA
It Was Always You
Teen FictionKau datang Membuat kebahagiaan juga datang Membuatku terbang menembus angkasa Menoreh senyum menuai tawa Kau yang pertama datang, kau pula yang pertama pergi Maukah kau sekali lagi menoleh kepadaku? Memberi senyum termanismu? Hei Libra Rajatta, liha...