Seperti janjinya, Libra menjemputku jam setengah 6 pagi. Suara motor yang khas membuatku berhenti mengunyah dan langsung melompat keluar pintu tanpa berpamitan dengan ibu dan ayah.
"Alika!" Panggil ibu sambil tersenyum setelah melihat anak gadisnya begitu bersemangat untuk berangkat ke sekolah.
"Eh iya bu." Aku pun kembali masuk ke rumah dan berpamitan dengan ibu.
"Kok tumben jam segini dijemputnya? Apa nggak kepagian?" Tanya ibu.
"Libra yang minta bu."
"Suruh dia masuk dulu lah, masih pagi."
"Um, oke." Aku pun melangkah keluar untuk memanggil laki-laki itu ke dalam. Ku bukakan pintu pagar lumayan lebar agar ia lebih mudah memasukkan motornya.
"Nggak apa-apa nih ikut makan?"
"Ibu yang minta, lagian lo jemputnya kepagian. Cuma sekedar roti isi kok."
"Oke, oke." Aku memasuki ruang makan diikuti dengan Libra, wajahnya berusaha untuk sopan, aku pun mempersilahkannya untuk duduk.
"Libra suka isi ayam atau ikan?" Tanya ibu.
"Ikan, tante." Ibu pun menyodorkan roti isi ikan tuna dengan saus mayonais dan potongan timun di dalamnya.
"Iya, makan dulu lah, masih jam segini, kayak sekolahnya jauh aja." Timpal ayah.
"Iya kemarin Libra yang minta jemput jam segini, nggak tau tuh kenapa." Kataku sambil menengok ke arah Libra yang sedang menikmati roti isi buatan ibu.
"Ada sesuatu yang mau saya minta ke Alika, semacam bantuan." Kata Libra sopan, tapi bagiku itu terlalu kaku untuk seorang Libra Rajatta.
"Jangan kaku gitu ah, nggak asik." Kataku sedikit berbisik.
"Kalian udah berapa lama?" Tanya ayah tiba-tiba.
"Apaan yaah?" Aku balik bertanya.
"Habis kalian serasi." Kata ayah, dan aku bisa melihat ibu, kak Jihan dan Shanin tersenyum kecil sambil memandang kami berdua.
"Ayah, ah." Aku segera menghabiskan roti ku, dan memasukkan potongan roti lain yang ibu siapkan untuk bekal.
"Tambahin bekalnya Al, buat Libra juga." Kata ibu.
"Oke." Aku memasukkan beberapa roti tambahan ke dalam tempat makanku, Libra yang sedari tadi hanya tersenyum dan mengangguk memberiku isyarat untuk cepat berangkat ke sekolah.
Aku membantu Libra mengeluarkan motor besarnya dari garasi ayah yang terasa sangat sempit karena sebuah mobil jeep terparkir di dalamnya. Tanpa basa-basi kami pun langsung melaju ke arah sekolah setelah aku menutup gerbang yang kubuka lebar hanya untuk mengeluarkan motor Libra.
"Dasar lo aligator konyol." Kata Libra sesaat setelah keluar dari lingkungan komplek.
"Konyol apanya?" Tanyaku terheran-heran.
"Mana yang katanya makan cowok ganteng?" Libra menengok kepadaku.
"Haha, itu rotinya isi daging cowok ganteng."
"Yaah, tadi gue makan cowok ganteng dong? Ewh." Kata Libra dengan nada sedikit menyesal.
"Yang lo makan bukan kok, tenang aja."
"Oh gitu? Baguslah."
Tanganku masih menggenggam erat bagian samping jaket Libra saat motornya memasuki parkiran sekolah. Aku bisa merasakan tatapan tajam mata kak Dio dengan teman-temannya yang sedang berkumpul di pojokan parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Was Always You
Teen FictionKau datang Membuat kebahagiaan juga datang Membuatku terbang menembus angkasa Menoreh senyum menuai tawa Kau yang pertama datang, kau pula yang pertama pergi Maukah kau sekali lagi menoleh kepadaku? Memberi senyum termanismu? Hei Libra Rajatta, liha...