"Ayo Al! Cepetan nyebur!" Tiara berteriak dari bawah yacht, memaksaku yang sudah siap dengan pelampung oranye terang untuk segera nyemplung dan menyaksikan keindahan bawah laut Rajatta.
"I...Iya, bentar ya." Aku pun memejamkan mata sambil menyatukan jari jemariku dan mulai berkomat-kamit kecil melantunkan doa keselamatan.
"Tau Al! Banyak banget ikannya, lucu lucu gemesin gituu." Kata Keenan dengan wajah bancinya yang khas.
"Gi..Gitu y..ya? Iya deh, bentar ya, bentar lagi gue nyebur kok." Aku mengusapkan telapak tanganku yang basah akibat keringat dingin pada celana kain selutut yang kupinjam dari Sheila.
"Kalau takut jangan dipaksain." Tiba-tiba Libra sudah berjongkok di sebelahku, bertelanjang dada. Sontak aku terkejut hingga mataku membesar.
"Sini, mending ikut aku yuk?" Dengan cekatan Libra mengangkat badanku yang sedari tadi bergetar karena takut akan kedalaman.
"Ke..Kemana?" Tanyaku bingung.
"Ke atas." Libra menggandeng tanganku lembut, hebatnya genggaman itu langsung membuatku tenang, seolah tangannya itu adalah penawar racun ketakutanku.
"Pelampungnya pake aja, mesti di pake malah." Kata Libra ketika ia melihat aku yang sedang berusaha membuka kaitan pengaman dari pelampung oranye tersebut.
"Oh? Oke."
"Sekarang merem, tapi kakinya dibuka lebar ya, biar gampang."
"Eh? Buat apaan?"
"Udah ikutin aja sih, cepetan. Keburu Mas Pur naik niih." Kata Libra setengah memohon.
"Jangan macem-macem loh ya." Aku menunjukkan jari telunjukku tanda mengancam.
"Apasih, mikirnya aneh, cepetaan keburu ada Mas Pur nih."
"Iya iya." Aku pun menutup mataku sambil melebarkan kakiku semaksimal mungkin. Tiba-tiba aku merasakan ada tangan besar menyentuh pahaku, dari balik celana kain Sheila tentunya. Tangan itu mencengkeram kuat kakiku dan.. yah. Libra mengangkatku seenak jidatnya.
"Apaan sih? Turunin ih!" Kataku setelah membuka mata.
"Diem aja bisa nggak? Biar konsen. Pegangan yang kenceng ya."
"Eh! Kalau mau lompat jangan dari sini! Dari bawah aja, aku nyebur deh aku janji." Kataku memohon agar Libra menurunkan tubuhku dari punggungnya.
"Huh bullshit kalau Aligator nggak bisa berenang. Orang hidupnya di air kok!" Jawab Libra enteng.
"Eh! Ngeselin banget sih!" Libra pun mendekatkan kakinya ke pinggiran yacht.
"Awas nyet! Gue mau ngelempar Aligator kelaperan nih!" Kemudian Libra menjauh dari pinggir yacht, mengambil ancang-ancang untuk melompat. Spontan pelukanku mengerat pada lehernya, bibirku terkatup rapat, pula kedua kelopak mataku. Secepat kilat Libra berlari di bagian atas yacht nya dan melayang diatas angin kemudian membentur air asin di bawahnya.
Byur!
"Asik kan?" Kata Libra sambil merapikan rambut yang sepenuhnya menutupi wajahku.
"Asik dari mana?! Jantungku rasanya mau copot tahu nggak?! Kalo mati gimana?!" Aku pun terbatuk ringan diikuti kekehan kecil dari teman-teman Libra, tak terkecuali Trey.
"Mas Pur, tolong ambilin air dong, kasian nih, Aligator palsu ketelen air asin." Kata Ivan sambil berenang mendekati bagian bawah yacht.
"Nih minum dulu, terus baru deh kita snorkeling." Kata Ivan sambil menyodorkan botol air mineral yang diambilnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Was Always You
Teen FictionKau datang Membuat kebahagiaan juga datang Membuatku terbang menembus angkasa Menoreh senyum menuai tawa Kau yang pertama datang, kau pula yang pertama pergi Maukah kau sekali lagi menoleh kepadaku? Memberi senyum termanismu? Hei Libra Rajatta, liha...