Kami menghabiskan waktu di Windra's hingga kafe itu hampir tutup. Aku tidak ingat apa saja yang kami bicarakan, yang pasti itu sesuatu yang menyenangkan. Di penghujung malam, saat Windra's sedang memutarkan lagu-lagu balad, Libra memberikanku kubus kecil yang diatasnya diberi pita hijau. Wajahnya datar, tidak memberikan ekspresi khusus, ia hanya memberikan isyarat kepadaku untuk membuka kubus itu dengan dagunya. Lantas aku membuka tutup kubus hijau tersebut, dengan hati yang berdebar tentunya. Ternyata didalamnya berisi selembar kertas semacam kupon yang tertuliskan nama restoran yang tidak asing, Galánta.
Beberapa detik aku menatap laki-laki dihadapanku sambil mengerutkan dahi. Tetapi laki-laki yang ku tatap hanya tersenyum sambil membuang mukanya ke jalanan aspal yang remang-remang. Aku membalik kupon tersebut, namun tidak ada tulisan lain selain 'Fáilte le Galánta!' yang artinya 'Selamat Datang di Galánta!'.
"Besok kan ada yang ulang tahun." Kata Libra tanpa memalingkan kepalanya ke arahku.
"Iya, terus?" Tanyaku tidak mengerti.
"8 Februari besok, ada party di Galánta."
"Kamu buatin aku party?" Mataku terbelalak.
"Harusnya ini bersifat kejutan sih."
"Aku udah cukup terkejut kok." Kataku sambil mencak-mencak tidak jelas.
"Tapi kesananya kamu harus bawa kupon itu, kalau nggak kamu bayar sendiri."
"Aaaah! Makasiiih!"
"Very first birthday gift kan?"
"Iya. Makasih ya kakak kelas jeleek."
"Huh, iya sama-sama."
"Mau pulang ah, kasian Windranya mau tutup."
"Hahaha, iya. Pelanggannya tinggal kita pula. Bentar aku bayar dulu."
"Oke, kutunggu." Kataku dengan senyum sumringah.
Sedetik setelah aku dan Libra keluar dari kafe, Windra langsung memutar papan akrilik hingga menampilkan tulisan 'Close'. Aku dan Libra berjalan santai di bawah lampu jalan yang memancarkan cahaya kuning, membuat jalan komplek menjadi remang-remang.
"Al, besok nggak bisa berangkat sekolah bareng ya. Sorry." Kata Libra begitu kami sampai di depan gerbang.
"Iya nggak apa-apa." Jawabku sedikit kecewa.
"Tapi kalau pulang bisa bareng kok."
"Iya gampaang. Udah ya? Aku ngantuk sebenernya."
"Hahaha, keliatan kok tuh matanya udah sayu."
"Hehehe."
"Good night." Libra mengecup pelipisku. Aku pun langsung lari ke dalam rumah dengan perasaan yang tak menentu.
Libra Rajatta: Sleep well, besok jangan telat.
Pesan itu terlampir saat aku menutup pintu kamar. Aku tidak menjawabnya, melainkan tersenyum kecil sambil memandang layar handphoneku. Kuintip rumah besar di kejauhan melalui tirai, lampu kamarnya masih belum menyala, namun aku terlalu lelah untuk menunggu, akhirnya aku tertidur masih dengan kemeja tartan yang kukenakan dari pagi.
***
Seperti pesan Libra, pagi ini aku bangun lebih pagi dari biasanya. Matahari bersinar mendampingi senyum cerahku. Mengantarkan bahagiaku sampai di depan gerbang sekolah. Meski tadi di dalam bis aku harus berdesak-desakan namun, entah mengapa aku tetap merasa senang.

KAMU SEDANG MEMBACA
It Was Always You
Genç KurguKau datang Membuat kebahagiaan juga datang Membuatku terbang menembus angkasa Menoreh senyum menuai tawa Kau yang pertama datang, kau pula yang pertama pergi Maukah kau sekali lagi menoleh kepadaku? Memberi senyum termanismu? Hei Libra Rajatta, liha...