"Amanda naksir sama Libra?!" Gia terkejut sampai-sampai ia tersedak.
"Iya." Aku mengangguk sambil menyendokkan froyo ke dalam mulutku.
"Terus lo diem aja?!"
"Mau gimana?"
"Al, Libra tuh pacar lo, masa ada cewek yang lebih oke dari lo naksir dia, terus lo diem aja?"
"Maksud lo?!" Aku melotot ke arah Gia yang terkekeh.
"Hehe, kan mesti jujur sama sahabat." Gia mencolek pipiku.
***
"Bu! Aku mau ke rumah Libra sebentar ya!" Teriakku dari depan pintu, sedangkan Ibu sedang membereskan dapur.
"Iya, hati-hati!"
"Yaa."
Pagi-pagi Libra memintaku datang ke rumah pohonnya. Mungkin ada sesuatu yang ingin ia bicarakan, atau sekedar ingin bertemu. Aku tidak tahu. Yang pasti ia sangat memintaku untuk datang ke rumah pohonnya.
Aku memasuki pintu kediaman Rajatta. Terlihat di meja makan, Tante Mitha dan Aries sedang duduk dengan secangkir teh, sedangkan Om Lukas bersantai di ruang tengah sambil membaca koran.
"Libra nya sudah menunggu di luar Al." Kata Tante Mitha padaku.
"Iya Tan, Alika langsung ke sana ya." Sekilas aku memperhatikan ketiga anggota keluarga Rajatta tersebut. Bajunya rapi, seperti mau pergi ke suatu tempat, namun aku tidak begitu memikirkannya, aku langsung berlari ke pintu kaca di belakang meja makan.
Aku melongok kearah rumah pohon. Terdengar suara musik mengalun dari sana, suara petikan gitar yang tidak asing bagiku. Bahagia Bersamamu. Suara halus seorang laki-laki terdengar mengiringi suara gitar. Segera aku menaiki tangga dan kudapatkan Libra sedang duduk memangku gitar hitamnya. Pakaiannya tidak kalah rapi dengan pakaian ketiga anggota keluarga lainnya. Rambutnya disisir, setidaknya kepalanya tidak terlihat seperti semak belukar.
"Cakep banget Pak, mau pergi?" Tanya ku sambil duduk di pangkuannya, menggantikan gitar hitam yang beberapa bulan yang lalu ia beli khusus untuk acara ulang tahunku.
"Biy, you know that I love you, eh?" Kata Libra sambil mengelus kepalaku.
"Of course, I do." Jawabku sambil memainkan jemari tangan kanannya.
"You know that I won't let you go too, eh?"
"Um hm." Tiba-tiba Libra memelukku erat, seolah-olah waktu berhenti diantara kami berdua.
"You're fine?" Tanyaku dengan wajah bingung.
"Yeah."
"Kayaknya rule number 8 harus pindah jadi rule number 1 deh."
"Ahaha, no." Libra tersenyum, namun aku tahu itu bukan senyum sungguhan.
"Hey, I know, there's something wrong. I can see it through your eyes, hon."
"I just need you for a sec, okay?"
"Okay, I'll give you forever." Aku memutar tubuhku untuk menatap matanya yang cokelat kehijauan. Tapi ia malah mengecup keningku, lalu beralih pada bibirku. Ia melumatnya pelan, dan lembut. Kami dalam posisi itu tidak lama, ia segera melepas bibirnya kemudian matanya menatap milikku dengan tajam.
"Kamu ada rencana liburan Biy?" Tanya Libra.
"Um, belum. But I know, you have a great plan, right? Aku bisa nebeng liburanmu kaan?"
"Um hm." Libra menundukkan kepalanya, membuatku mengerutkan dahi.
"Kalau nggak bisa juga nggak apa-apa. Ayah pasti punya rencana. Dari ngupingku tadi malem sih, Ayah mau ngajak ke Makassar, Amma' Toa udah kangen."
KAMU SEDANG MEMBACA
It Was Always You
Novela JuvenilKau datang Membuat kebahagiaan juga datang Membuatku terbang menembus angkasa Menoreh senyum menuai tawa Kau yang pertama datang, kau pula yang pertama pergi Maukah kau sekali lagi menoleh kepadaku? Memberi senyum termanismu? Hei Libra Rajatta, liha...