ASTAGHFIRULLAH, SUAMIKU

174 4 0
                                    

   Azora mengembuskan napas demi melihat sikap Abian itu, dia tahu lelaki antagonis ini memang dingin, tapi bisakah dia lebih peka sedikit saja?

  Mendadak hati Azora sedikit kesal. dengan wajah yang cemberut, Azora berdiri dari duduknya lalu mengambil sebuah handuk serta sepasang piyama bercorak bunga Lily. Dan tak lupa juga pakaian dalam.

   Azora berjalan masuk ke dalam kamar mandi yang kebetulan ada di dalam kamar mewah itu, Abian sempat meliriknya sebelum akhirnya wanita cantik itu menghilang dibalik pintu.

  Dua puluh menit kemudian, Azora yang sudah selesai pun keluar dari kamar mandi, dia berjalan melewati Abian yang masih fokus pada ponselnya, entah apa yang sedang dia cari di benda pipih berlogo apel tergigit itu.

  Tanpa mempedulikan suaminya Azora segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang, hari ini sungguh melelahkan bagi Azora. Tak menunggu waktu lama, mata indahnya pun terpejam dan dia terlelap dengan begitu damai.

  Akhirnya Abian berhenti mengotak-atik ponselnya setelah apa yang sedari tadi dia cari telah dia dapatkan. Dia hendak beranjak dan mandi, tapi perhatiannya tertuju pada wajah cantik Azora yang terlelap.

  Abian memandang lekat wajah cantik istrinya.

  "Sebenarnya apa mau kamu Azora? Mengapa kamu tega mempermainkan aku juga mama?"

  "Tadinya aku pikir kamu wanita yang baik, tapi ternyata aku salah." Sesal Abian.

  "Tapi kamu lihat apa yang akan aku lakukan untuk membalas perbuatanmu ini. Aku akan buat kamu tersiksa, sampai kamu sendiri yang mengakui kesalahanmu." Ucap Abian sinis, dan kemudian beranjak dari sisi tempat tidur lalu melangkah ke kamar mandi.

~

~

  Azora terkurung didalam sebuah ruangan kosong yang gelap dan lembab, bau busuk di mana-mana begitu menyengat penciumannya.

  Azora benar-benar ketakutan, dia celingukan berusaha mencari sesuatu dan seseorang yang mungkin bisa membantunya keluar dari tempat menyeramkan itu. Tapi tiba-tiba Abian datang dan memandangnya dengan tatapan tajam, tangan kanannya memegang erat sebuah pisau bermata empat yang berlumuran darah.

  "Abian  ....?" Azora membelalakkan mata demi melihat suaminya yang terlihat menyeramkan itu, Azora semakin ketakutan, tubuhnya gemetar, lututnya lemas tak bertenaga.

  "Ini hukumannya untuk seorang istri pembohong sepertimu." Ujar Abian sinis dengan tatapan mata yang seolah ingin mencabik-cabik tubuh Azora.

  "A-ampun! A-aku minta maaf." Ucap Azora dengan suara bergetar.

  "Enggak ada maaf untukmu." Abian mengangkat pisau ditangannya dan melayangkan tepat di dada sebelah kiri Azora dan ....

  "Jangan!!!" Teriak Azora yang langsung tersentak bangun dari tidurnya, peluh sudah membanjiri dahi dan lehernya. Ternyata dia bermimpi buruk.

  Azora mengusap dada dan menghela napas lega.
"Astaghfirullah, ternyata aku cuma mimpi."

  Azora pun menoleh ke samping, tapi  tak menjumpai sosok Abian. Bahkan lelaki yang sudah menjadi suaminya itu tak terlihat di sekitar kamar.

  "Apa ini pertanda buruk? Atau hanya karena perasaan bersalahku saja?" Azora coba menerka kembali sembari mengatur napasnya yang tersengal.

  Tenggorokannya terasa kering, segelas air putih mungkin bisa menenangkan sekaligus menghilangkan dahaga.

  Azora menjuntaikan kakinya ke lantai dan beranjak ke luar kamar, dengan langkah yang pelan, dia berjalan menuju ruang tamu yang lampunya masih menyala, bahkan pintu depan juga terbuka. Itu menandakan jika seseorang ada di luar rumah.

BUKAN SALAH DI JODOHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang