KEBENARAN YANG MENYAKITKAN

97 2 0
                                    

   "Dasar manusia biadab!" Geram Riki.

  "Baguslah, dia sudah mendapatkan balasannya! Kematian memang lebih pantas untuk manusia berhati iblis seperti dia." Cela Juna.

  Beberapa saat kemudian, Juna dan Mariska memutuskan untuk pulang bersama Azora.

  "Malam ini tidur di rumahmu saja, nanti kalau Fardhan sudah sadar, aku akan jemput." Tutur Abian sambil mengecup kening Azora.

  Pemandangan yang begitu manis dan membuat iri semua orang, terutama Riki.

  "Iya, mas. Mas jangan lupa istirahat." Balas Azora.
  Abian mengangguk. "Kamu juga istirahat."

Azora pun pulang bersama Juna dan Mariska, begitu pun dengan Riki.

  Abian yang hanya tinggal sendiri memilih untuk menemani Fardhan yang sudah di pindahkan ke ruang perawatan, namun masih belum sadar pasca operasi. Abian duduk di sisi ranjang dan menatap lekat wajah Fardhan yang tertidur pulas.

  "Kamu memang sahabat terbaikku. Terima kasih banyak." Gumam Abian.

~

~

Keesokan paginya, Fardhan mulai tersadar dari pengaruh obat bius, dia mengerjap dan mulai membuka mata lalu merintih karena luka bekas tembakan di perutnya terasa perih dan berdenyut sebab efek obat bius yang sudah habis.

  Abian bergegas memanggil dokter dan Fardhan baru bisa tenang setelah dokter memberikan obat pereda nyeri.

  "Bagaimana, apa masih sakit?"

"Sudah mendingan." Jawab Fardhan lirih.
"Mana istrimu dan yang lainnya?"

"Azora sudah pulang ke rumah orang tuanya, begitu juga dengan temannya itu. Sedangkan Lashira sedang mengurus pemakaman Damar."

  "Jadi dia mati? Lalu bagaimana dengan Lashira dan bayinya?"

  Abian mengangguk. "Iya, peluru itu mengenai jantungnya. Dia meninggal saat di perjalanan menuju rumah sakit. Dan Lashira sebenarnya nggak hamil, dia hanya berpura-pura untuk mengelabui Damar agar aku punya kesempatan untuk melawannya."

  "Aku nggak menyangka Lashira akan melakukan itu. Tapi Damar memang pantas menerimanya. Manusia jahat seperti dia sudah seharusnya lenyap dari muka bumi ini."

  "Iya, kamu benar." Sahut Abian.

  "Lalu kamu sendiri kenapa tiba-tiba datang ke rumahku Padahal hari sudah malam."

  "Ada hal penting yang ingin aku ceritakan. Aku sudah menghubungimu, tapi nggak ada jawaban lalu ponselmu mati."

"Si berengsek itu melempar ponselku ke dinding hingga hancur." Sesal Abian dengan rahang mengeras.

  "Pantas saja. Karena kamu nggak bisa dihubungi, makanya aku putuskan untuk ke rumahmu dan malah mendapati seseorang sedang di pukuli. Awalnya aku kira itu kamu, aku berinisiatif mengambil kunci roda dan menghajar mereka."

  "Itu sahabatnya Azora, dia datang untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Kami benar-benar berhutang budi kepada kalian semua."

  "Sebagai sahabat, sudah sepantasnya kita saling tolong menolong." Tutur Fardhan.

  "Terus hal penting apa yang ingin kamu ceritakan?"

"Ini tentang Ibu dan juga adikku."

  Abian mengeryit heran. "Ibu dan adikmu?"
Fardhan mengangguk dan mengembuskan napas sebelum akhirnya dengan perlahan menceritakan fakta apa yang dia dapatkan tentang ibu dan juga lelaki yang menghamilinya, lalu keberadaan adiknya itu.

BUKAN SALAH DI JODOHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang