MENGAKUI SEMUANYA

123 2 0
                                    

  Oh, iya, kamu belum katakan bagaimana orang tuamu punya ide menyuruhmu untuk menerimaku sebagai suamimu, dan bagaimana kalian bisa bersandiwara membohongiku? Kamu masih berhutang penjelasan padaku!" Ucap Abian demi mengalihkan pembicaraan, karena dia sadar sudah keceplosan tadi.

  Azora kemudian mulai bercerita bagaimana dia dan kedua orang tuanya itu punya rencana untuk bersandiwara. Abian mendengarkan dengan seksama, sambil terus menatap dalam-dalam wajah Azora.

  Azora benar-benar lega, ternyata jujur itu memang lebih baik dan apa yang terjadi sungguh di luar bayangannya. Padahal dia sangat takut tadi, tapi sekarang ketakutan itu seolah sirna begitu saja saat melihat sikap Abian. Semoga setelah ini, semua akan lebih baik.

  Abian masih setia mendengarkan cerita Azora, sambil sesekali berkomentar. Dia juga mengatakan dari mana dia tahu jika Azora telah berbohong kepadanya.

  Keduanya duduk saling berhadapan di tepi ranjang, dekat tapi masih terasa berjarak dan jauh.

  "Kalau begitu sekarang namamu adalah Azora Zafrina Rexa Warden, sebab sudah resmi menjadi istri dari Abiansyah Radcliffe Warden secara resmi itu legal dan diperbolehkan. Apalagi kamu anak adopsi yang tidak diketahui keluarga dan asal usulnya." Ujar Abian. Tentu saja sebagai pengacara dia paham akan hal ini.

  "Lalu bagaimana dengan pernikahan kita? Apa itu juga sah?"

"Tentu saja! Papa angkat mu sudah melakukan hal yang benar dengan menjadi wali mu adalah dirinya yang menjabat sebagai wali hakim, karena dia tahu untuk dirinya pribadi dia tak punya hak untuk menikahkan mu."

  "Tapi aku memakai binti Juna Hartono, sedangkan beliau bukan Papa kandungku?"

  Sebenarnya secara hukum agama, penyebutan nama orang tua mempelai itu tidak menjadi landasan sah atau nggak suatu pernikahan, selama kedua mempelai hadir saat ijab kabul. Apalagi kamu nggak tahu siapa ayah kandungmu dan garis keturunannya, jadi menurutku boleh saja jika memakai nama ayah angkat mu."

  Azora menghela napas, hatinya benar-benar lega sekarang.

"Apa selama ini kamu berpikir pernikahan kita nggak sah?" Tanya Abian.

  "Aku cuma ragu."

  "Kalau begitu, kenapa kamu mau tidur sekamar bahkan seranjang denganku?"

  "Mau bagaimana lagi? Aku nggak ada pilihan lain. Untung saja kamu nggak mau macam-macam." Sahut Azora.

  "Bukan nggak mau, tapi belum." Seloroh Abian.

  "Issh!" Azora memukul pelan lengan Abian, membuat lelaki itu tertawa.

  "Itu karena aku nggak tahu siapa kamu sebenarnya dan bagaimana status pernikahan kita. Aku juga sangat marah dan kecewa padamu."

  "Berarti sikapmu berubah setelah kita menikah, karena kamu sudah mengetahui kebohongan ku?" Tanya Azora.

  Abian mengangguk. "Iya."

  "Apa sekarang kamu masih marah?"

  "Sudah nggak, sekarang aku tahu, kamu melakukan semua ini demi baktimu. Malah aku berpikir kamu benar-benar anak yang baik, tapi bukan istri yang baik."

  Azora mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu aku bukan istri yang baik?"

"Karena kamu masih berhubungan dengan lelaki lain, di depanku lagi." Protes Abian.

  Azora memutar bola mata. "Itu lagi. Sudah aku katakan Mas Riki itu temanku dari kecil, aku sudah menganggapnya sebagai seorang kakak. Nggak lebih."

  "Jangan sebut namanya! Kupingku sakit! Kamu bahkan memanggilnya dengan sebutan Mas, sedangkan aku ....?"

BUKAN SALAH DI JODOHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang