KEGUNDAHAN

109 2 0
                                    

  Fardhan menambah kecepatan mobilnya, dia benar-benar ingin melampiaskan rasa sakit dan sedih di hatinya. Cairan bening itu semakin banyak, membuat matanya mengabur dan tak lagi fokus mengemudi, sehingga dia tak sadar mobilnya oleng ke kanan. Sebuah mobil datang dari arah berlawanan lalu ...

    Brraaakk ....

  Malang tak dapat di tolak untung tak dapat di raih, kecelakaan pun tak bisa di hindari lagi. Mobil Fardhan tertabrak dengan mobil di depannya sehingga membuat lelaki itu tak sadarkan diri karena benturan keras di kepalanya.

  Warga dan orang-orang di sekitar tempat kejadian berlarian demi menonton kecelakaan itu, suasana jalanan mendadak macet.

               ===========================

  Azora yang sedang membantu Regina memasak makan siang, terus melamun sambil mengiris bawang. Dia masih berusaha menerka-nerka siapa gerangan yang mengirimkan buket bunga itu?

  Dan tanpa sadar Azora mengiris jarinya sendiri.

"Aww ...." Azora memekik, membuat Regina terkejut.

"Ada apa, Azora?" Tanya Regina cemas.

"Jariku teriris pisau, Ma." Jawab Azora sambil meringis sakit.

"Ya Alloh, kok bisa? Sini Mama obati." Regina yang panik melihat jari Azora berdarah, bergegas mengambil kotak P3K.

  "Pasti perih. Tahan, ya?"

  "Enggak apa-apa, kok, Ma. Aku sudah terbiasa teriris pisau begini." Sahut Azora berusaha tersenyum.

  "Lain kali hati-hati, jangan melamun!"

Azora mengangguk. "Iya, terima kasih, Ma."
Regina tersenyum dan kembali melanjutkan memasak, sedangkan Azora hanya membantu mencuci sayuran saja, karena Regina tak mengijinkan dia menggunakan pisau lagi.

  "Yaaaa, garam dan ladanya habis." Seru Regina sambil memegangi stoples garam dan lada yang kosong.

  "Biar aku saja yang beli, Ma."

"Eh, iya. Tolong, ya, Azora? Di warung depan saja."

"Iya, Ma."

Azora bergegas pergi, tapi di jalan sebuah mobil sedan hitam mewah membuntutinya, membuat Azora sedikit takut. Azora mempercepat langkahnya tapi mobil itu juga ikut mempercepat lajunya dan memepet Azora lalu menghadapnya.

  Seorang lelaki memakai setelan jas dan tampak elegan turun dari mobil mewah itu lalu berjalan mendekati Azora ... Dialah Damar Reksa.

  "Hai, Azora. Bagaimana bunganya? Kamu suka?" Damar tersenyum ramah.

  Azora terkesiap. "Kamu? Jadi kamu pengirimnya?"

"Iya, aku yang mengirimkannya."

"R berarti Reksa. Ya, Tuhan! Bagaimana bisa aku nggak ingat?" Batin Azora. Dia benar-benar tak kepikiran jika R itu adalah Reksa.

   "Aku nggak tahu bunga apa yang kamu suka, jadi aku kirim saja mawar. Tapi kalau kamu suka bunga yang lain, aku akan ...."

  "Terima kasih! Tapi maaf, aku nggak suka bunga. Dan tolong jangan mengirim apapun untukku!" Sela Azora.

  Damar menautkan kedua alisnya. "Kenapa?"

"Karena aku istri orang dan nggak pantas menerima apapun dari laki-laki lain."

  Damar bergeming.

"Sekarang aku jadi yakin, kamu ini bukan teman suamiku. Karena jika kamu memang temannya, kamu pasti tidak melakukan hal ini." Lanjut Azora dan bergegas pergi dari hadapan Damar, dia tak ingin berurusan dengan lelaki ini sebab takut membuat masalah. Cukup tragedi bunga tadi pagi.

BUKAN SALAH DI JODOHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang