BICARA DENGANMU

104 2 0
                                    

  Azora terkesiap mendengar kata istriku yang Abian ucapkan. Tapi dia mendadak gelisah dan tegang, takut kelepasan dan akhirnya membeberkan rahasianya.

  "A-azora." Riki gugup.

Abian tersenyum sinis. "Kenapa kamu gugup? Aku kan hanya bertanya, mungkin saja kamu tahu. Sebab aku belum terlalu mengenalnya."

  "Azora nggak pernah berbohong." Sahut Riki mantap, membuat Azora sontak menatapnya.

"Oh, baguslah. Karena aku sangat membenci seorang pembohong dan pengkhianat." Imbuh Abian sambil melirik Azora yang terdiam sambil terus menatap Riki.

  "Abian, setiap manusia di dunia ini pasti pernah berbohong dan mereka pasti punya alasan untuk itu. Mungkin saja berbohong demi kebaikan." Ujar Regina.

  "Apa pun alasannya, kejujuran itu lebih baik." Ucap Abian dan segera beranjak pergi.

  Azora dan Riki saling pandang sambil mengembuskan napas lega.

  "Anak itu, kenapa lagi sih?" Regina bingung melihat sikap Abian.

  "Ya sudah, lanjut lagi makannya. Maaf, ya."

"Iya, Tante. Nggak apa-apa, kok."

  Setelah selesai makan, Azora mengantarkan Riki sampai ke teras setelah berpamitan dengan Regina. Sementara Abian sejak beranjak dari meja makan, dia hanya berdiam diri di kamar.

  "Aku rasa dia mengetahui sandiwara mu." Ucap Riki.

  Azora tertegun mendengar ucapan Riki, jantungnya mendadak  berdebar kencang.

"Aku juga sempat berpikir begitu. Tapi aku masih ragu kalau dia mengetahui sandiwara ku ini, kenapa dia nggak melabrak ku atau langsung bertanya kebenarannya?"

  "Mungkin dia masih mengumpulkan bukti untuk membongkar semuanya atau bisa jadi dia sedang menunggumu yang mengaku sendiri."

  Azora semakin cemas. "Lalu sekarang bagaimana? Aku jadi takut, Mas."

  "Tenanglah, jangan takut! Semua pasti baik-baik saja. Mungkin kamu bisa pertimbangkan untuk jujur kepadanya bahwa kamu bukan mengincar harta Abian, karena perjodohan yang mendadak itu. Seperti yang dia katakan tadi kejujuran itu lebih baik."

  "Tapi bagaimana kalau dia marah dan membunuhku?"

  "Aku rasa dia nggak segila itu. Tapi kalau terjadi sesuatu, segera hubungi aku, karena aku akan selalu ada untukmu, kamu bisa mengandalkanku." Ujar Riki sambil menatap lekat wajah Azora dalam jarak yang cukup dekat.

  "Terima kasih, Mas. Selama ini Mas sudah sangat baik padaku."

  "Aku menyayangimu, aku nggak akan membiarkan kamu hidup dalam kesulitan. Karena aku sudah bersumpah akan menjagamu seumur hidupku." Imbuh Riki masih dengan menatap manik mata Azora.

  Azora tersenyum. "Aku bersyukur karena Tuhan sudah mengirimkan Mas Riki untukku. Aku juga menyayangimu dan sudah menganggap Mas sebagai kakakku sendiri."

  Jantung Riki seolah melewatkan satu detakkan, mendadak hatinya seperti di tusuk-tusuk.

  Kakak sendiri, hanya seorang kakak.
Riki mengembuskan napas. "Baiklah aku pulang dulu. Nanti aku telepon kalau sudah sampai rumah."

  "Iya, Mas. Selamat malam."

"Selamat malam, Azora."

  Riki meninggalkan kediaman Abian dengan perasaan berantakan, entah mengapa kata-kata Azora tadi begitu menusuk relung hatinya?

  Setelah Riki menghilang di kegelapan malam, Azora pun segera masuk ke dalam rumah, tapi langkahnya terhenti saat diambang pintu Abian berdiri dengan tatapan yang sulit diartikan.

BUKAN SALAH DI JODOHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang