SERANGAN

104 2 0
                                    

  "Ya, ampun, Sintya. Kenapa kamu nggak pernah cerita kepadaku? Aku pasti akan membantumu menyeret lelaki itu agar mempertanggungjawabkan perbuatannya." Suroso mengoceh sendiri seolah-olah Sintya bisa mendengarnya.

  Fardhan tercengang dengan mulut ternganga.

  "Papa tahu siapa lelaki itu?"

  Suroso menatap Fardhan dengan sendu sambil mengangguk.

  "Iya, dia direktur di perusahaan Sekawan Corp dua puluh dua tahun yang lalu."

  Fardhan tentu tak asing dengan nama Sekawan Corp, sebab itu salah satu perusahaan terbesar dan tertua di kota ini, bahkan anak perusahaannya sudah tersebar ke beberapa kota di tanah air. Dan lebih kebetulan lagi, beberapa mantan direksi dari perusahaan itu adalah investor di perusahaan milik keluarga Suroso.

  "Siapa dia, Pa?"

  Suroso pun menyebut satu nama yang membuat Fardhan terkejut setengah mati.


                       °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

   Abian baru saja hendak berbaring di samping Azora, tapi tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

  "Mas ada yang mengetuk pintu. Mungkin itu mas Riki yang ingin mengambil ponselnya." Ujar Azora.

"Ya sudah, kamu di sini saja, jangan ke mana-mana! Biar aku yang keluar." Abian bangkit dan berjalan keluar kamar.

  Suara ketukan itu semakin cepat dan keras, menandakan seseorang di luar sana sudah tidak sabar.

  "Iya, sebentar! Nggak sabaran banget, sih!" Abian membuka pintu sambil menggerutu. Tapi matanya membulat saat melihat yang datang adalah Damar.

  "Kamu ...? Mau apa kamu ke sini?"

  "Begini caramu memperlakukan tamu? Nggak sopan sekali." Cibir Damar.

  Rahang Abian mengeras menahan kesal. "Pergi dari sini!"

"Kalau aku nggak mau, kamu mau apa?" Tantang Damar.

  "Aku akan meng ...." Ucapan Abian terputus sebab Damar tiba-tiba mengacungkan pistol ke kepalanya.

  "Ikat dia!" Pinta Damar. Dua orang lelaki bertubuh besar langsung menyergap Abian dan mengikat tangannya.

  "Apa-apaan ini? Lepaskan aku!" Abian memberontak, tapi salah seorang bodyguard Damar melayangkan pukulan tepat mengenai rahang Abian, membuat kepala lelaki itu mendadak pusing dan berkunang-kunang.

  "Kamu salah memilih lawan. Bagiku kamu seperti debu yang nggak ada apa-apanya. Tapi dengan sombongnya kamu berani menghinaku di depan umum." Damar berbicara dengan sinis.

  "Kamu pantas mendapatkannya." Sahut Abian meski kepalanya masih terasa berputar.

  Karena mendengar keributan di luar, Azora pun keluar dari kamar dan terkejut melihat Damar dan terlebih saat melihat Abian yang sudah terikat.

  "Apa yang kamu lakukan? Lepaskan suamiku!"

  Damar menyeringai dan mendekati Azora.

  "Akhirnya malam ini kamu akan menjadi milikku."

  "Ma-mau apa kamu?" Azora mendadak takut dan memundurkan langkahnya.

  "Jangan coba-coba menyentuh istriku, atau aku akan menghabisimu!" Ancam Abian.

  "Kamu terlalu besar mulut." Balas Damar tanpa menoleh ke arah Abian, dia masih memandangi Azora dengan tatapan penuh hasrat.

  "Hajar dia!"

BUKAN SALAH DI JODOHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang