KENYATAAN MENYESAKKAN DADA

118 4 0
                                    

  "Mas, benarkah semua itu?" Mariska mencoba menemukan jawaban dari wajah sendu suaminya, berharap ini semua hanya omong kosong belaka.

  Namun tak di sangka, Juna menganggukkan kepalanya, pertanda cerita pilu itu benar adanya.

  Air mata Mariska semakin menganak sungai, mengalir deras tak dapat di bendung lagi. Sakit, sungguh sakit! Lelaki yang sudah menemaninya selama lebih dari dua puluh lima tahun, ternyata telah berkhianat dan menodai kepercayaannya.

  Azora juga tak kuasa menahan tangis, tak menyangka sosok yang begitu mereka hargai dan kagumi telah membuat kesalahan sebesar itu.

  Juna tertunduk penuh penyesalan.

"Maaf kan aku. Tapi sungguh, aku nggak pernah mengetahui tentang kehamilannya. Kami benar-benar khilaf dan hanya sekali melakukan kesalahan itu. Setelah itu aku dipindahkan ke Jawa Timur dan nggak pernah mengetahui kabarnya lagi."

  "Tetap saja mas sudah mengkhianati aku! Menodai pernikahan suci kita dan menghancurkan hatiku." Lirih Mariska sambil menyeka air matanya.

  "Aku minta maaf. Aku mohon maafkan aku." Pinta Juna.

"Semudah itu kamu minta maaf, setelah membuat aku, ibu dan juga adikku terpisah? Gampang sekali." Cibir Fardhan.

  "Aku akan menembus kesalahanku." Ucap Juna.

"Jadi tolong katakan di mana anak itu sekarang?"
Fardhan memandang Azora yang berdiri di sisi Mariska.

"Dia anak yang ditemukan hampir dua puluh tahun yang lalu. Ibuku meletakkan dia di depan rumah kalian."

  Semua orang sontak menatap wanita cantik itu dengan mata yang melotot dan mulut ternganga.

  "Azora?"

  "Iya, dialah anak itu, adikku, darah daging seorang Juna Hartono, kalau kamu nggak percaya, kamu boleh tes DNA." Tegas Fardhan.

  "Apa?" Azora tercengang, bagai mimpi rasanya mendengar kenyataan ini.

  Entah apa yang Azora pikirkan hingga tiba-tiba saja kakinya melangkah dengan cepat dan berlari keluar ruang perawatan Fardhan sambil berlinang air mata.

  "Azora!" Abian langsung mengejar istrinya itu.
  Azora berlari sekuat tenaga menyusuri lorong rumah sakit yang sepi, dia merasa marah dan kecewa pada dirinya sendiri. Dia memang pernah bermimpi bertemu keluarga kandungnya, tapi bukan dengan cara seperti ini. Kenyataan yang dia dapatkan terlalu menyakitkan.

  "Aku anak haram, anak yang tak pernah diharapkan. Seharusnya aku nggak pernah lahir ke dunia ini." Gumam Azora lirih sambil terus berlari.

  Untung saja Abian bisa meraihnya dan menahan langkah wanita itu sebelum dia semakin menjauh.

  "Azora, tunggu!" Abian menarik lengan Azora.

"Lepaskan aku!" Azora memberontak, menarik-narik tangannya.

"Azora, kenapa kamu seperti ini? Aku pikir kamu akan senang jika mengetahui siapa ayahmu."

  "Jadi Mas sudah tahu sebelumnya." Azora menatap Abian dengan penuh kecewa.

  Abian mengembuskan napas lalu mengangguk.

  "Iya, tadi saat Fardhan cerita tentang ibunya dan Papamu, aku yang mengatakan jika kamu lah anak itu."

  "Lalu mas masih mau menjadi suamiku?"

  Abian mengeryit heran. "Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Mas, aku ini anak haram! Anak yang hanya membuat masalah. Karena aku juga, Mama Mariska jadi sedih dan terluka. Dan karena aku hubungan mas Fardhan serta papa jadi nggak baik. Semua ini karena aku, mas!" Azora meluapkan semuanya sambil  terisak-isak.

BUKAN SALAH DI JODOHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang