MENIKMATI WAKTU BERSAMA

304 2 0
                                    

  Azora hanya geleng-geleng kepala mendengar Abian mengoceh sambil mesam-mesem.

  "Eh, aku lupa!" Azora menepuk pelan jidatnya.

"Apa?" Tanya Abian.

  "Hari ini kan Mas Fardhan keluar dari rumah sakit. Aku janji mau jemput." Ucap Azora heboh.

"Ya sudah, ayo kita jemput."

  Keduanya bergegas keluar dari pemakaman umum tempat di mana Lashira beristirahat untuk selamanya, meninggalkan dunia yang gegap gempita menuju alam yang abadi.

~

~

Abian mendorong Fardhan yang duduk di kursi roda, sedangkan Azora berjalan di sisinya.

"Kasihan Lashira, nasibnya sungguh tragis. Karena ambisi dan obsesi, dia sampai melupakan nurani sehingga membuat keputusan yang salah." Sesal Fardhan. Bagaimana pun dia menyayangi Lashira sebagai teman.

  Abian menghela napas panjang.

"Ini semua sudah jalannya, dia hanya korban keegoisan yang nggak bisa mengontrol emosi dan diri."

  "Padahal dia cantik dan awet muda, harusnya dia bisa memanfaatkan semua itu untuk hidup lebih baik. Tapi dia malah memilih jalan yang salah." Sela Azora.

  "Hemm, kamu benar." Fardhan mengamini.

"Sudahlah, semoga dia tenang di sana."

"Aamiin."

  Beberapa menit kemudian mereka tiba di kediaman Suroso, Fardhan pun segera mengajak Abian dan Azora bertemu dengan Suroso.

  Suroso sempat terkejut dan khawatir melihat kondisi Fardhan, karena dia sama sekali tak tahu apa yang telah menimpa putra angkatnya itu. Tapi setelah Fardhan dan Abian menjelaskan apa yang terjadi, Suroso akhirnya tenang.

   "Jadi ini adikmu? Putri Juna Hartono dan Sintya?" Tanya Suroso memastikan.

  Suroso tahu dulu Sintya sempat dekat dengan Juna, tapi tak pernah menyangka jika mereka akan berhubungan sejauh itu, walaupun dia pernah mendengar jika Sintya pernah terlihat masuk ke hotel bersama Juna, tapi Suroso tak mau percaya begitu saja. Namun ternyata rumor itu benar adanya dan terbukti setelah bertahun-tahun.

  "Iya, Pa. Ini Azora, istrinya Abian." Jawab Fardhan.

  "Sungguh nggak disangka, ternyata selama ini kalian sangat dekat. Tulisan nasib memang tidak bisa diterka." Ujar Suroso.

  "Kamu cantik sekali. Om seperti melihat Sintya dalam wujudmu." Lanjut Suroso lagi dengan mata berkaca-kaca.

  "Terima kasih, Om." Balas Azora sambil tersenyum di sisi Abian.

  "Oh, Om hampir lupa! Tolong ambilkan map itu." Suroso memerintah Abian sambil menunjuk sebuah map yang tergeletak di atas meja.

  Abian beranjak dan meraih map yang dimaksud lalu memberikannya kepada Suroso, tapi lelaki paruh baya itu justru menolaknya.

  "Ambillah! Itu untukmu."

  Abian bertanya dengan alis yang menaut. "Apa ini, Om?"

"Bukalah!"

  Dengan penasaran, Abian membuka map itu dan tercengang saat mengetahui isinya.

"I-ini?" Abian sontak menatap Suroso dengan mata yang membelalak.

  "Om minta maaf, Abian. Om sungguh nggak tahu jika orang yang menyita rumah kalian adalah istri Om sendiri." Sesal Suroso.

  Abian seperti tersambar petir di siang bolong, tak pernah menyangka jika awal mula petaka dalam hidupnya karena ulah Mama sahabatnya itu.

BUKAN SALAH DI JODOHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang