Waktu menunjukkan pukul 16.45 dan kami masih di ruang meeting bersama client yang banyak sekali berbicara mengenai pembahasan untuk membuat iklan di tempat kami, maklum ini brand besar yang ingin produknya dikenal banyak orang. "Baiklah bu Erika sepertinya kita sudah terlalu lama di sini haha, karna lima menit lagi ruang meeting ini akan di isi oleh divisi lain, jika ada yang ingin di tambahkan kita bisa berpindah tempat bu, bagaimana bu Erika?" Tanyanya dengan raut wajah yang sumringah. "Saya rasa cukup pak, karna ini akan memasuki jam pulang kerja sebaiknya kami permisi takut terkena macet di jalan pak, yah bapak tau sendiri bagaimana macetnya kota jika pulang jam kerja" jawabku dengan memberikan sedikit tawa dan senyum manisku. Yahh kamuflase disaat bekerja memang sangat dibutuhkan apalagi project yang akan aku pegang kali ini bukanlah project kecil jadi aku harus menggambil hati clientku ini.
Sesampainya di gedung kantorku waktu menunjukkan pukul 17.50 masih ada beberapa orang dikantor, karna revisian dan deadline yang mendekat mungkin. "Bu, bajunya saya bawa pulang yah dan akan saya laundry terlebih dulu yah bu" tanggannya menyentuh lenganku. "Ya terserah kamu saja, ohiya sebelum kamu mau pulang notulen meeting tadi diprint out dibagi yah, untuk saya dan juga berikan ke vanya agar di rekap sama dia." Ucapku terhenti sebelum masuk kedalam ruang kerjaku. "Baik bu".jawabnya cepat.
'Makan apa yah malam ini' gumamku sambil scrolling menu yang akan kupesan via online. Tak lama aku melihatnya berlari menuju motornya. Karna akan turun hujan jadi ia bergegas membawa motornya dengan kecepatan penuh. Akupun menginjak pedal mobilku menuju aparmentku dan benar saja hujan turun cukup deras, aku menyalakan musik dan mengemudi pelan-pelan saja menghindari genanggan air.
Sesampainya aku diapartemen ku nyalakan televisi dan membuka blazer lalu membuka kulkas mencari minuman soda favoritku sambil menunggu pesananku yang rasanya lama sekali sampainya, apa karna hujan jadi drivernya lama juga? Entahlah perutku sudah sangat keroncongan mengginggat aku yang melupakan jam makan siangku hari ini.
Tit-tit- tit Ceklek
Terdengar pintu terbuka dan yah dia memasuki tanpa ada kata dan suara lalu menaruh beberapa kantong belanja diatas meja makan "tadi ada driver dilobby menyebut nama ibu, dan saya sekalian ambil saja" ucapnya sambil berlalu kedalam toilet aku mengganguk saja, malas berbasa-basi dengannya. Kubuka langsung pesananku sambil menata makanan ke ruang TV, aku berencana makan sambil menonton TV. Tak lupa aku memisahkan makanan untuknya di ruang makan.
"Makanlah saya tadi membeli lebih, karna kulkas kosong tidak ada bahan untuk makan hari ini" ucapku ketika ia sudah keluar dari toilet dengan menggunakan celana training dan kaos kebesarannya. "Ah iya aku lupa berbelanja, weekend kemarin aku seharian di kampus, besok setelah pulang kerja aku kan mampir ke pasar untuk berbelanja". Balasnya sambil berjalan kemeja makan. Aku hanya mengganguk saja membalas ucapannya.
Apa aku belum bercerita tentangnya? Ahhh baiklah bagian penting saja aku ceritalannya.
Namanya Ayyara Seorang gadis ahh apakah dia masih gadis? Entahlah. Berusia 20 Tahun mungkin aku akan menyebutnya bocil karna perbedaan usia kami yang terpaut lumayan jauh, dia bekerja sambil kuliah wah aku sedikit salut dengan kegigihannya dalam berkuliah dan bekerja itu tidaklah mudah benar bukan? Walau ia menggambil kelas karyawan tetap saja rasanya sangat berat bagiku. Aku tidak tau banyak tentang cerita hidupnya walupun kami serumah sudah hampir 2/3bulan. Yang kutau hanyalah ia merantau kemari karna ingin berkuliah dikota dan bekerja di tempatku.
Yang kulihat ayyara seorang wanita yang tidak banyak gaya, sederhana dan lebih introvert. Walau introvert ia sangat mudah bergaul di lingkunganya, hanya saja denganku dia dan aku seperti ada dinding besar membuat dia sangat kaku dan sedikit bicara denganku.
Baiklah setauku itu yang ku ketahui tentangnya. Sekarang sudah menunjukkan pukul 20.30 film yang sedang ku tonton sudah hampir selesai aku sudah merebahkan diriku di sofa dengan masih menggunakan baju kerjaku, sejujurnya aku sangatlah berbeda dengan diriku di tempat kerja hahaha, aku sangat suka bermalas-malasan jika sudah sampai ditempat ternyamanku.
Ckelek
Pintu terbuka ayyara melihatku sekilas dengan melangkah menuju mendekatiku lalu menggambil piring kotorku dibawanya kedalam wastafel dan ia mencucinya, aku terbangun sejenak melihat pergerakkannya dan aku terbangun dari rebahanku tadi. "Baru aja saya mau mencucinya, mm terima kasih atas bantuannya".
"Ohiya, kak erina menggabariku barusan. Katanya besok ingin bertemu kak erina mengajak makan siang bareng katanya" ucapnya sambil menaruh piring yang sudah di cucinya. "Kapan pulangnya dia? Eh Kenapa mengabarinya kamu bukan saya?" Kerutku kaget kak erina menghubunginya. "Tadi kak erina telfon bu erika, tapi katanya tidak dijawab. Mangkanya aku keluar memastikan ternyata ketiduran". Jawabnya sambil menuangkan air ke dalam gelas. "Iya 10 panggilan tak terjawab, oke besok dia minta dijemput. Besok kita makan siang bareng denganya".
Kringg
Bunyi telfonku kembali terdengar aku melihatnya dan yang menelpon adalah temanku Dela "KENAPA TIDAK DATANG HARI INI ERIKAAAA JANGAN BILANG LU LUPA!" teriaknya keras dan segara aku menjauhkan ponselku "Apasihh, tenang Dela.. semua bisa dibicarakan baik-baik bukan?" Ucapku lembut agar Dela meredakan emosinya. Aku LUPAA sejujurnya dengan janjian bertemu mereka. "Cepat kesini erikaaa, kami sudah lumutan ini". Ah sial aku sangat malas sekali keluar apalagi masih hujan. "Apa tidak di izinkan olehnya lagi?" Selidiknya. Aku teringat alasan sewaktu mereka mengajaku keluar dan aku ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Kugunalan kartu As ku ahahah.. "yahh lu taulah gue sekarang seperti apa kan? Dan sepertinya hari ini tidak bisa deh sory bangett weekend kita ketemu lagi gimana?" Bujukku. "Hufttt baiklah nyonya Erika silakan urus bocilmu itu hahaha". Ucapnya sambil meledekku. Dan segera kumatikan panggilannya.
Pagi harinya aku sudah sampai di ruanganku sambil mengetikkan ide dan gagasanku tentang project yang sedang berjalan ini. Namun, terhenti pekerjaanku karna aku harus ke toilet perutku sakit akibat semalem aku memakan makanan yang pedas kesukaanku. Sesampainya ditoilet aku mendengar gosip taklain dan tak bukan yah gosip tentang diriku sendiri. "Eh kalian lihat tidak tadi buRik pakai cincin di jari manisnya?" Ucap salah satu bawahanku. "Ah masasih, apa dia sudah tunanggan? Ada yang kuat ngadepinnya? Ahahah." Cekikkan mereka. "Rumornya dijodohkan sama papahnya, kalian ingat dua bulan yamg lalu? BuRik tidak masuk hampir satu minggu kan?" Tambahnya lagi. "Apa jangan-jangan saat itu dia menikah? Bertunanggan? Ahh aku ingin memastikan rasanya". "Siapa pria yang bisa bertahan dengan sikapnya itu yah ahaha"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
gadis kecil milikku
DiversosTerjebak dalam situasi yang mengharuskan aku bertanggung jawab atas hidupnya. Entah keberanian seperti apa yang membuat aku berani dalam mengambil sikap untuk berganggung jawab penuh atas hidupnya, dan berjanji akan menjaganya di depan ibunya yang s...