Bab 1

2.5K 93 1
                                    

Namaku Erika Wiliam saat ini sudah memasuki usia yang terbilang matang, yah aku sekarang 29 tahun, walau beberapa bulan kedapan aku akan berusia 30. Tapi percayalah saat ini aku MASIH belum berkepala 3.

Aku sedikit menyesal telah melakukan tindakkan yang di luar nalarku. Entah apa yang aku fikirkan saat itu hingga terjebak dalam pusaran yang sangat membuat aku berada di situasi ini, dimana karierku meningkat tetapi aku harus merahasiakan kehidupan pribadiku.

Hampir satu tahun aku menutup akses kehidupan pribadiku dari sosial media dan juga pekerjaanku. Hidupku selalu berada apartemen dan kantor saja, emmm mungkin hangout sesekali dengan 2 teman terdekatku yang memang sudah mengetahui kejadian yang membuatku menutup diriku, aku sangat malas untuk pulang ke apartemenku, kalau saja aku tidak membutuhkan tidur ahh rasanya sangat malas melihatnya.

Dia yang saat ini membuatku malas berada di apartemenku yang dulu bahkan aku sangat menyukainya tapi sekarang tidak lagi. Apalagi dengan senyumannya yang membuatku kesal sendiri.. "arghhh mengapa aku harus bertanggung jawab atas hidupnya ya Tuhaaaaannn" gumamku sambil memegang stir mobilku sambil memarkirkan ditempat yang sudah ada tanda untukku.

Bukankah sudah kubilang kalau karierku sedang meroket?

Sesampai pintu masuk aku menunggu lift terbuka, saat berjalan banyak para pekerja memberikan salam hanggat menyapaku dan kubalas dengan sedikit senyum yahh hanya sedikit saja, karna aku tau mereka sering membicarakanku dari belakang.

Apa aku belum bercerita bagaimana aku di tempat kerja?

baiklah aku menggakui aku sedikit gila dalam bekerja, aku mau semuanya yang terbaik dan sesuai dengan apa yang aku mau simple bukan? Ahaha.

Tapi mereka selalu menyebutku angkuh, dan tak berprikemanusiaan serta sombong. Sungguh mulut-mulut yang menyebalkan.

Tentu aku tau siapa saja yang sering membicarakanku dari belakang, namun kubiarkan saja. Toh ada beberapa kebenaran yang di sampaikan mereka tentangku.

Aku sudah 3 tahun menjabat sebagai kepala divisi periklanan dengan waktu pengangkatan hanya kurang dari 2 tahun aku langsung naik jabatan, tentu banyak yang tidak menyukaianya bukan?

Selama 3 tahun aku menjabat tentu saja aku mendapatlan Best employed 3 kali berturut-turut. Bagaimana? Sempurna bukan jenjang karierku? Argh seketika aku teringat denganya lagi membuat pagi hariku terasa hujan di hari yang cerah, saatku menghirup aromanya di dalam lift yang sedang aku gunakan saat ini.

Aku melihat sekilas dirinya yang sedang terengah-engah nafasnya. Pasti dia habis berlari-lari agar tidak telat lagi hari ini.

"Yaampun.. lihat rambutmu lepek banget" ujar temannya sambil memegang rambut orang yang harusnya menjadi tanggung jawabku. "Ahaha, iya nih biasa jalanan macet banget tadi, udah gitu helmku basah karna semalem kehujanan, enggak sempet jemur juga lagi" jawabnya pelan sepelan mungkin, tapi aku mampu mendengarnya dengan seksama. "Emangnya pulang jambrapa semalam? Belum di acc juga sama bubos?" Balas teman sampingnya, "belum di acc dan niatnya hari ini mau aku berikan beberapa opsi lagi, semalem aku pulang setelah bubos pulang" tawanya pelan. dan yah bubos yang mereka sebut itu aku HAHAHA.

TING

Sampai di lantai yang sudah kutuju dan orang tadi langsung berlari karna memang waktu absen hanya tinggal 2 menit lagi. Sisa 2 orang lagi berjalan santai karna memang mereka sudah absen tadi dan turun untuk membeli kopi diluar, padahal di pantry sudah disediakan kopi dan lain-lain.

Begitu santainya mereka berjalan aku yang berada di belakangnya "ekhem, permisi kalo mau berjalan lengak-lengok silkan ke red carpet saja" ucap ketusku lalu merek menenggok ke belakang. "Eh bu e-erika, selamat pagi bu" minggirnya mereka dan senyumnya yang terlihat gugup. See? Mereka akan menyapaku dengan cengiran yang aku kurang suka.

"Masih pagi gini udah ketus ajatuh si bos buRik" ucapnya sambil mengerutu dan berjalan menuju meja masing-masing.

TOKTOK.. TOK

"Masuk" Ucapku sedikit keras.

Ceklek pintuk terbuka

"Permisi bu, berikut revisi dari storybord yang sudah saya perbaiki, dan ada beberapa opsi untuk revisinya bu" ucapnya sambil berjalan mendekatiku dan menyerahkan tumpukkan kertas dan aku menerimanya. "Bukannya dateline nya semalam yah?" Kataku sambil menaruhnya diatas meja kerja. "Iya maaf bu, semalam saya pulang karna akan turun hujan bu, tapi itu saya lanjut kerjakan di rumah kok bu, mangkanya pagi ini langsung saya berikan" ucapnya dengan nada yang datar

"Harusnya kan bisa kirim via email saat sudah selesai semalam" heningnya "yasudah saya cek dulu" lanjutku karna tak ada jawaban darinya. "Baik bu saya permisi" barulah dia bersuara dan langsung meninggalkan ruanganku.

Bukankah sudah kubilang? Aku sangat protektif sekali dalam hal bekerja?. Tapi untung saja dia langsung memberiku beberapa opsi agar aku bisa memilih tanpa harus memintanya lagi. Inisiatif yang oke.

Jam makan siangpun menghampiri, namun aku masih di ruanganku HUFTT karna akan ada meeting dijam 3 jadi aku harus mempersiapkan sangat matang, karna kali ini client yang mau menggunakan adalah kelas kakap. Jadi aku harus mempersiapkanya sebaik mungkin.

Tok-tok tok

"masuk" ucapku "selamat siang bu er, pak dadang sudah siap di loby bu" ucap tini. Yups betul saja sudah jam 2 aku harus bergegas "oke, kamu bisa temani saya untuk ikut meeting sekarang? Karna si vanya tadi izin pulang anaknya sakit katanya" sebenarnya aku lupa membaca pesan vanya dan barulah teringat. "Maaf bu nanti jam 15.30 saya ada meeting online mengenai revisi bu" tini merasa binggung "atau siapapun aja tolong carikan, untuk menemai saya dan mencatat untuk notulennya masa harus saya juga yang memilih" jawabku ketus. "Saya tunggu di lobby orangnya, jangan pakai lama yah tini, taulan jalanan akan macet?" Lanjutku sambil berjalan keluar ruangan menuju lobby.

Sreeetttt

Pintu mobil terbuka, dan betapa terkejutnya aku meilihat seseorang yang langsung berhadapan muka denganku.

"pintu samping" ucapku malas, karna dia salah buka pintu mobil. "Aah maaf bu" jawab gugupnya dan langsung memutari mobil, dan duduk di sampingku. Hening tanpa suara di dalam mobil tersebut. "Apa kami engga ada baju yang lebih formal?" Ucapku memecahkan keheninggan.

"Maaf bu, saya jarang banget untuk meeting offline dan ini dadakan sekali bu si tina bilangnya" jawab kikuknya.

Aku hanya menghela nafas "pak dadang, puter ke parkiran saya sebentar yah pak" kataku untuk pak dadang. "B-baik bbu" ucapnya khawatir akan macet di jalan.

"Ayo turun" kataku pada gadis itu sambil aku membuka pintu mobilku. "Masuk kemobil dong, mau ganti baju di sini emangnya?" Lanjutku heran melihatnya hanya termenggu menatapku. "Nih ganti kaosmu dengan ini" sambil memberikan baju cadanganku yang ada di mobil. Tenang, size bajuku dengannya tidak jauh hanya saja aku sedikit lebih berisi dan tinggi darinya yang kecil itu ahahahah.

"Apa itu kebesaran?" Ucapku sembari jalan menuju gedung tempat kami akan bertemu dengan client. "Sedikit bu" ucapnya tidak nyaman karna jarang atau bahkan dia mengggunakan baju dengan berbahan satin dan blazer. Setiap kantor selalu saja menggunakan kaos atau kemeja dan jaket yang jarang sekali ia ganti, membuatku ingin sekali membuangnya. "Nanti saya hanya akan mencatat kan yah bu? Terus saya harus memperkenalkan diri sebagai apa bu saat nanti meeting?" Ucapnya membuatku terhenti sejenak karna melupakan kalau gadis ini bukan asistenku. " Perkenalan sebagai apa? Maksudnya?" Kataku terhenti dan otomatis aku juga berhenti untuk menatapnya. "Hah gimana bu?" YATUHAAAAN anak ini benar-benar memancing emosiku sekali.

.

.

.

✨️Haiii ini cerita pertamaku huhuuhu.. semoga kamu bisa terbawa alurnya yah✨️

Yang udah baca prolog yuk bowle atuh di komen biar aku semakin semangat buat ceritanya

.

.

gadis kecil milikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang