02

35.7K 1.7K 9
                                    

Tandai typo:)
__________




Namun ... ketika Neta terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia terkejut dan linglung ketika berada di tempat yang asing. Bahkan tak pernah tergambar oleh mata dan pikiran gadis itu.

''Dimana ini?'' kalimat yang mampu ia ucapkan saat nyawanya sudah terkumpul sempurna seraya menelisik seisi kamar ini.

Neta terpaku kala sadar dengan apa yang terjadi saat ini.

Aku ... Bertransmigrasi ke tubuh seorang istri polisi berpangkat Komisaris Polisi dengan satu bintang emas di pundak sebelah kiri seragamnya.

Ia memejamkan mata sejenak kala rentetan bayangan memenuhi isi kepala. Ia tahu, rentetan bayangan itu bukan miliknya dan tak pernah tergambar oleh mata dan ingatannya.

Saat ini juga, ia bukan lagi Neta Fiama, tetapi Ailen Miana berusia dua puluh empat tahun. Seorang Istri sekaligus Ibu untuk seorang balita lelaki berusia satu tahun yang bernama Ezar Rafandra.

Namun yang sangat di sayangkan sang suami bersikap dingin padanya dan bahkan tidak mencintainya setelah hampir dua tahun pernikahan mereka. Ini semua di sebabkan karena pernikahan ini berlandaskan perjodohan orang tua keduanya.

Seiring berjalannya waktu dan hadirnya putra mereka, Ailen jatuh hati pada pria berpangkat kompol itu, yang bernama Aresno Giandra yang berusia dua puluh sembilan tahun.

Ailen mnghela napas lelah kala mengingat apa yang terjadi dalam hidup si pemilik tubuh yang miris. Ia menjadi sedih bagaimana kondisi tubuhnya, apakah baik-baik saja?

Ia kembali menghela napas saat tahu bahwa Ailen ini seorang pengangguran walaupun seorang sarjana hukum.

Dan mulai saat ini Neta di panggil Ailen.

''Aku harus apa?'' gumamnya mengusak rambutnya gusar.

''Aku nggak terbiasa dengan kehidupan Ailen ya Allah ...!'' dramatisnya.

Ia menghela napas kasar lalu menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tiga sore.

Dulu, ia pernah ingin sekali mempunyai anak namun kini ia tak perlu repot-repot untuk hamil dan melahirkan.

''Nda ... Ndaa!'' Ailen terdiam mendengar suara kecil yang menggeram itu.

Ia menoleh menatap pria kecil di belakangnya yang sedang duduk seraya mengangkat kedua tangannya meminta di gendong.

Ailen terdiam sejenam, ia memang sangat menyukai anak-anak tetapi untuk saat ini ia merasa bingung.

''Hiks! Hiks! Huaaa! Nda! Ndaaaa!'' tangis Ezar pecah kala sang Bunda tidak menyambut uluran tangannya.

Ailen tersentak mendengar tangis Ezar kemudian buru-buru menggendong bocah itu. ''Cup cup cup ... Anak tampan tidak boleh menangis,'' ucap Ailen menepuk pantat Ezar.

Perlahan tangis itu reda tergantikan dengan lelapnya bocah itu.

Dengan perlahan Ailen membaringkan tubuh Ezar di atas kasur dengan sangat hati-hati agar bocah itu tidak bangun.

Namun ...

''Huaaa hiks hiks!'' Ezar malah menangis dan merentangkan tangannya ke arah Ailen yang menghela napas lelah.

''Iya-iya sayang ... Ezar nggak di tinggal kok, Nak ...'' ucap Ailen lalu terkekeh mendengar perut bocah itu yang berbunyi, sepertinya bocah di gendongannya ini sedang lapar sampai menggigit jari jempolnya.

''Hahaha! Baiklah kita ke dapur mencari apa yang bisa di makan Ezar nantinya.''

Ailen membuka pintu kamar, ia menelisik sekitarannya yang terlihat dua pintu bercat putih di samping kamar ia berada.

Transmigrasi Istri Polisi (END/Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang