15

27.2K 1.4K 13
                                    

Tandai typo
______




''Astaghfirullah Ailen!'' heboh seorang wanita berjalan tergopoh-gopoh ke arah Ailen beserta keluarga kecilnya yang berada di ambang pintu.

Ailen menatap Ares, ''Siapa?''

Ares membulatkan mata shock mendengar pertanyaan Ailen.

Padahal baru lima bulan ia tidak bertemu orang tuanya, di karenakan jarak yang membentang dan membutuhkan waktu lima jam untuk sampai di kota ini.

Wanita bernama Lili itu mencubit gemas lengan Ailen, ''Durhaka kamu lupa sama Bunda!''

Ailen mengerjabkan mata kaget melihat wanita di depannya lalu menunduk menatap lengannya yang terkena cubitan barusan.

''Sshhh, sakit banget.'' lirih Ailen yang mulai merasa perih.

Lili menabok lengan Ailen yang terkena cubitan tadi seraya menatap sinis, ''Gitu aja sakit!'' lalu mengambil alih Ezar yang sedang terdiam bengong ke gendongannya dan membiarkan Ailen dan Ares di ambang pintu.

Ares tahu bahwa ibu mertuanya itu sedang kesal padanya. Pasalnya Lili sudah berpesan padanya untuk memberitahu Ailen bahwa pernikahan iparnya yang bernama Jeff Tioga itu di percepat satu bulan. Karena dua bulan lagi Jeff akan berangkat tugas di tempat yang jauh sebagai prajurit TNI angkatan laut.

''Maaf ya? Lupa ngasi tau kalau pernikahan Bang Jeff di percepat.''

Ailen mendongak menatap Ares, ''Nggak papa kok. Namanya juga lupa mau gimana lagi.'' jawab Ailen enteng.

''Kamu nggak marah?'' tanya Ares was-was.

Ailen menggeleng, ''Kenapa aku harus marah?''

Ares mengangguk setuju, ''Yaudah yuk masuk.'' ajak Ares seraya membawa koper mereka menuju kamar Ailen dulu.

Rumah orang tua Ailen memang satu lantai, namun terlihat besar nan mewah dengan halaman runah yang juga luas. Tak heran jika rumah ini terlihat mewah, karena Mamad, Ayah mertua Ares ini merupakan boss dan toke sawit dengan kebun sawit yang luasnya berhektar-hektar.

Bahkan kekayaan Ares saja masih kalah dengan kekayaan yang di miliki mertuanya ini.

''Adik tercinta!'' pekik seorang pria merentangkan keduan tangan ke arah Ailen dengan postur tubuh kekar dengan bahu lebar dan otot besar di kedua lengan pria itu.

''Siape lu?''

Spontan pria yang bernama Jeff itu terdiam kaku lalu menurunkan kedua tangannya.

''Dek? Kamu kenapa!?'' panik Jeff memutar-mutar tubuh Ailen.

Ares membulatkan mata kala melihat Ailen yang mulai merasa pusing. Dengan cepat Ares menarik Ailen ke dalam pelukannya.

''Abang nggak liat istri aku pusing Abang putar-putar gitu? Kita ini baru sampe loh, bukannya di bikinin minum gitu kek.''

Jeff menatap kesal Ares. ''Lo yang nggak liat gue nikah lusa? Dan elo malah bawa balik Adek gue kelamaan, untung aja Bunda nelpon tadi pagi. Kalau kagak! Gue mana jadi nikah karena nggak ada Adek gue yang ucul ini ...!'' geram Jeff menarik Ailen ke dalam pelukannya dan memeluk erat Ailen.

Ailen membulatkan mata kala merasa sesak dan ingin muntah. Bagimana tidak, Jeff memeluknya erat dengan mengapit kepala Ailen di ketiak pria itu.

Bugh!

Ailen memukul kuat punggung Jeff membuat sang empu mengaduh kesakitan.

''Kamu badan kecil tenaga kuli!'' kesal Jeff seraya menyentuh punggungnya yang terasa sakit.

''Biarin Adik kamu istirahat Jeff!'' celetuk Mamad selaku Ayah Jeff dan Ailen sekaligus mertua Ares.

''Ayah?'' panggil Ailen memastikan, karena ini pertama kalinya bertemu orang tua Ailen asli secara langsung.

Mamad tersenyum lalu merentangkan kedua tangannya ke arah Ailen. Ailen sendiri terdiam kaku, ia tak pernah memeluk lelaki selain orang tuanya asli.

Ailen menatap Ares, Ares mengangguk lalu mengode Ailen dengan dagunya ke arah Mamad.

Dengan kaku Ailen berjalan ke arah Mamad dan memeluk pria paruh baya itu.

''Ayah kangen sama kalian, udah lama nggak jenguk Ayah sama Bunda. Bunda kamu selalu ngeluh rindu kalian.'' ucap Mamad setelah melepas pelukan.

''Bunda tadi cubit lengan Ailen sambil marah-marah terus pergi bawa Ezar.'' keluhnya seraya mengusap lengannya yang masih terasa perih.

Mamad tersenyum lalu mengusap lengan Ailen yang terkena cubitan maut istrinya. Ia sangat tahu pasti istrinya itu mencubit putrinya karena kesal lama tak datang berkunjung.

''Udah-udah, udah Ayah sembuhin. Sekarang kalian sebaiknya istirahat.''

Ailen mengangguk seraya menatap Ares yang mencium punggung tangan Mamad lalu berjalan menuju kamarnya. Ia membiarkan Ares yang berjalan lebih dulu, karena ia tidak tahu dimana letak kamar Ailen asli.

Jeff menatap sinis Ailen yang berlalu di hadapannya. Sedangkan Ailen menjulurkan lidahnya ke arah Jeff dan berjalan cepat menyusul Ares yang lebih dulu jalan saat Jeff hendak menyentil keningnya.

''Gelo sia.'' sinis Jeff melihat kepergian Ailen.

''Udah di hapal ijab qobulnya?'' tanya Mamad pada Jeff seraya duduk di bangku rotan yang ada dekat mereka.

Jeff menoleh ke aeah Mamad lalu duduk di bangku rotan samping Mamad. ''Udah, Yah. Jeff jadi deg-deg an deh. Lidah Jeff sering keseleo jadi takut salah ngomong di hari H nanti. '' keluhnya.

Mamad terkekeh seraya memukul bahu putra sulungnya itu. ''Bawa santai aja,'' jawab Mamad kemudian bangkit dan berlalu dari hadapan Jeff.

''Kayaknya gue harus konsultasi sama Ares deh. Kan dia luan yang ngucap ijab qobul.'' gumamnya lalu dengan secepat kilat ia berlari ke kamar Ailen.

Brak! Brak! Brak!

Jeff menggedor kuat pintu kamar Ailen. Dari dalam sana Ailen hanya abai dengan suara gedoran pintu yang kencang dan lebih memilih melanjutkan rebahannya.

Ares baru saja membuka bajunya hendak mandi. Namun, terganggu dengan suara gedoran pintu yang sangat kencang. Ia jadi khawatir jika pintu itu sewaktu-waktu akan roboh.

Ares menoleh ke arah Ailen yang memejamkan matanya lalu menghela napas kasar kemudian membuka pintu kamar dengan kesal.

Jeff yang awalnya tersenyum semringah kala Ares membuka pintu langsung menatap sinis iparnya itu. Bagaimana tidak? Tepat saat pintu terbuka, Jeff sudah di suguhkan wajah Ares yang datar dan kini sedang menaikkan sebelah alis matanya seolah bertanya 'apa'.

Dengan kesal Jeff menggeplak belakang kepala Ares. ''Nggak usah datar gitu lo sama gue! Gue ipar lo kalau lupa.''

Ares mengusap kepalanya lalu mendesis kesal menatap Jeff. ''Apa! Nggak terima lo!?'' ngegas Jeff nyolot.

Ares menghela napas lelah. ''Ada apa?'' pungkasnya mengalah.

''Gue mau konsultasi mengenai ijab qobul dong!''

Brak!

Ares langsung menutup pintu kamarnya.

''Sialan ... Durhaka lu jadi ipar!'' teriak Jeff berlalu dari sana dengan menghentakkan kakinya kesal.


+++

Transmigrasi Istri Polisi (END/Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang