28

15.1K 1K 58
                                    

Tandai typo
Btw aku terharu banget baca komenan kalian semua.
_____






Terlihat seorang gadis tengah tertidur pulas di atas kasur yang empuk itu dengan sepray berwarna cream.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu. Namun, sang empu masih nyamam dalam tidurnya.

Terdengar helaan napas kasar dari wanita paruh baya si pengetuk pintu tadi. Dengan kesal wanita itu menarik kasar selimut yang menutupi tubuh seorang gadis yang sedang tertidur pulas itu.

''Astaghfirullah ... Anak gadis abis subuh bukannya bangun malah tidur lagi?'' ucap wanita itu menggelengkan kepala melihat kebiasaan putrinya itu. Wanita itu mengerutkan keningnya heran menatap wajah gadis itu yang terlihat gelisah dan pucat, bahkan buliran keringat terlihat di pelipis gadis itu.

''Apa yang sedang ia mimpikan? Sampai terlihat begitu gelisah dalam tidurnya. Mungkin ... ia sedang bermimpi buruk.'' pungkas wanita itu lalu itu berjalan ke arah kamar mandi kecil yang terletak di kamar itu.

Tak lama kemudian wanita itu kembali ke hadapan gadis itu dengan membawa air segayung di tangan kirinya.

Gadis itu menggeliat kala merasakan cipratan air di wajahnya. Perlahan, mata lentik itu membuka matanya. Gadis itu terdiam, mencerna apa yang sedang di alaminya saat ini.

Kemudian ia melihat sang Mama yang berkacak pinggang menatapnya tajam dengan membawa gayung di tangan kirinya.

''Kamu ini kebiasaan sekali tidur setelah subuh. Kamu tau ini sudah jam berapa, hah?''

Gadis itu menggeleng menatap sang Mama.

''Astaghfirullah, Neta ... !'' prustasi sang Mama ketika mendapat respon yang teramat santai dari putrinya..

Wanita paruh baya bernama Mawar itu adalah ibu Neta.

Neta Fiama? Ya, Neta menatap kosong ke arah sang Mama. ''Apa yang sudah terjadi? Mengapa tiba-tiba aku terbangun ada di kamar? Bagaimana Ares dan Ezar? Apakah mereka hanya mimpi ku saja?'' batin Neta.

Ia masih sulit untuk mncerna apa yang sudah terjadi dan apa yang sedang terjadi. Kemarin ia masih menjadi Ailen, dan kini? Ia kembali menjadi dirinya, Neta.

''Kak? Cepat bersih-bersih, di luar ada tamu.'' titah Mawar lalu keluar dari kamar anak sulungnya itu.

Neta Fiama, Neta adalah anak sulung dari pasangan suami istri bernama Ridho Nakula dan Mawar. Neta memiliki satu saudara laki-laki bernama Reganda Alfanaka yang masih duduk di sekolah menengah kejuruan, lebih tepatnya di kelas dua belas dengan jurusan tekhnik.

''Ma?'' panggil Neta lirih menatap Mawar yang hendak menutup pintu kamar.

''Ya?'' bingung Mawar menatap sang putri yang menatap kosong seperti orang yang kehilangan arah hidup.

''Apa yang terjadi?''

''Ha?'' bingung Mawar. ''Memangnya apa yang terjadi?'' tanyanya balik.

Neta menggeleng lemah, ''Tidak, Ma. Kalau gitu Neta ke kamar mandi terlebih dahulu.'' ucapnya.

Mawar menganggukkan kepala lalu pergi dari sana tak lupa menutup pintu kamar Neta.

Neta terdiam sejenak menatap jendela kamar yang memperlihatkan silauan  sinar matahari yang mulai meninggi, samar-samar ia mendengar kicauan burung dan suara tawa dari anak-anak yang sedang bermain tak jauh dari rumahnya.

''Apakah mereka semua hanyalah mimpi? Bagaimana dengan Mas Ares dan Ezar? Semuanya seolah terlihat nyata. Mengapa rasanya begitu nyata, sakit dan menyedihkan? Dan kini ... Aku sangat merindukan mereka.'' Neta menengadahkan kepalanya menatap atas ruang kamarnya.

''Apakah mereka benar hanya sekedar mimpi? Ya Allah ... '' lirihnya sangat pelan

Lalu ia beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Mandi? Ia tidak suka mandi pagi, karena kota tempat ia tinggal ini sangat dingin dengan suhu 24°C.

Ia menyisir rambutnya lalu memakai jilbab instan berwarna pink salem yang biasa ia pakai senada dengan daster yang ia kenakan.

''Tamu apa yang di maksud Mama tadi?'' monolognya lalu perlahan membuka pintu kamarnya.

Sejenak ia menghentikan langkahnya kala ponsel yang berada di saku dasternya bergetar. Ia menatap layar ponsel yang menampilkan nama Lana, lalu dengan segera ia menggeser ikon hijau itu.

''Assalamualaikum, Ta? Skipsi mu udah di print? Kalau belum kita sama yang lain mau ngeprint biar sekalian aja.'' ucap Lana di seberang sana.

Lana, Lili, Dera, Asna, Rena dan Lara adalah sahabatnya. Mereka berteman sejak masuk di bangku perkuliahan.

''Waalaikumsalam, kebetulan aku udah ngeprint, Lan. Kemarin sekalian nitip sama sepupu yang mau ngeprint berkas.'' jawab Neta.

''Ooh, okey. Siang ini mau ngumpul di rumah sewanya Dera, kamu jangan lupa datang, si Asna udah ada rekomendasi film horor terbaru.'' ucapnya di seberang sana.

Neta menggelengkan kepalanya lirih, ''Iya nanti kalau dapat izin aku kesana. Udah dulu ya, Mama manggil katanya ada tamu. Bye! Assalamualaikum!''

Tut!

Neta mematikan telepon sepihak.

Dengan langkah pelan ia menuju ruang tamu.

Samar-samar ia mendengar suara gelak tawa sang Papa.

Ia melihat sang Papa yang duduk di sofa single berhadapan dengan seorang pemuda berpakaian kemeja berwarna navy.

Ia dapat melihat pemuda itu dari samping terlihat begitu tampan nan gagah dengan bahu lebar tegak. Namun, ia seperti tak asing dengan pemuda yang sedang mengobrol dengan papanya itu.

''Papa?'' panggil Neta.

Ridho, sang Papa menoleh ke arahnya dengan tersenyum tipis.

''Nah! Itu dia putri saya!'' semangat Ridho.

Pemuda perlahan menoleh ke arah Neta.

Prak!

Ponsel yang tadi di genggamnya kini sudah terjatuh mengenaskan di lantai.

Ia sangat terkejut menatap pemuda itu yang kini sedang menatapnya.

Setetes air matanya luruh membasahi pipinya kala melihat wajah pemuda itu.

Ia dapat melihat ekspresi keterkejutan dari eajah pemuda itu.

''Mas Ares?'' gumam Neta.

o0o

Transmigrasi Istri Polisi (END/Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang