Tandai typo
________Pukul delapan malam.
Saat ini Ailen bersama Ezar sedang berada di kursi tunggu kantor polisi. Sedangkan Ares? Sedang ada urusan terkait kejadian sore tadi.
Tadi Ailen di mintai keterangan tetapi kini sudah selesai dan ia sedang menunggu Ares untuk pulang. Awalnya Ailen ingin pulang terlebih dahulu, tetapi Ares melarangnya karena ini sudah malam dan mereka akan pulang bersama. Walau Ailen menunggu sedikit lama, mulai dari jam setengah tujuh tadi hingga kini jam delapan.
''Nda?'' panggil Ezar seraya mendongakkan kepala mematap Ailen.
Ailen menunduk lalu tersenyum seraya mengusap rambut Ezar. Untung saja Ares memberikan jaketnya untuk menutupi tubuh kecil bocah itu, karena malam ini hawa terasa sangat dingin hingga menusuk tulang. Bahkan cardigan yang di gunakannya juga tidak menghangatkan tubuhnya.
''Ezar mau apa, sayang? Mau bobo?'' lembutnya.
Ezar menggeleng lalu menangis kencang.
Ailen bangkit dari duduknya lalu mengayunkan Ezar dalam gendongannya. ''Ezar ngantuk ya, sayang? Sebentar lagi Ayah selesai kok cup cup cup. Anak Bunda nggak boleh nangis ...''
Tiba-tiba seorang pria berusia di bawah Ailen menghampirinya. ''Ezarnya kenapa, Mbak?'' tanyanya.
Ailen menoleh ke arah pria itu yang ternyata Etan, ''Ini. Ezar kalau ngantuk dan nggak nyaman suka rewel gini.''
''Kalau gitu aku panggilin dulu Pak Ares nya, Mbak.'' berlalu meninggalkan Ailen.
''Etan?! Motor saya beneran udah di anter sampe rumah kan?'' teriak Ailen kala Etan mulai menjauh.
Etan hanya menunjukkam dua jari jempolnya ke arah Ailen.
Tak lama kemudian dengan terburu-buru Ares menghampiri Ailen yang tampak kesulitan menenangkan Ezar yang sedang rewel.
''Ai? Ayuk kita pulang. Kasian Ezar udah ngantuk.'' ajak Ares menatap mata Ezar yang merah karena menahan kantuk lalu menuntun Ailen dengan merangkul pinggang wanita itu.
Ailen terdiam kaku kala merasakan tangan besar Ares di pinggangnya.
''Ayah!'' rengek Ezar mengadu pada Ares.
''Iya, Nak? Iya kita pulang ya, anak Ayah udah ngantuk ya?'' ucap Ares seraya mengusap kepala Ezar.
Di belakang sana terlihat Etan, Gani dan yang lainnya menatap datar mereka. ''Kan gue jadi pengen nikah kalau gini!'' celetuk Gani kesal.
Mereka semua spontan mengangguk setuju.
Ares membuka pintu mobil agar Ailen masuk. ''Makasih, Mas.'' ucap Ailen lalu masuk ke dalam mobil. Ares hanya tersenyum seraya mengangguk.
Ailen masih bingung dengan sikap Ares belakangan ini yang terlihat hangat tidak sekaku awal ia menempati tubuh ini.
''Ai?'' panggil Ares lalu menggenggam tangan kanan Ailen.
Ailen menatap heran Ares, ''Kenapa, Mas?''
''Makasih udah bantu aku dan tim untuk nangkap pelakunya.'' ucapnya tulus.
Ailen terkekeh anggun, ''Kamu nggak perlu makasih, Mas. Itu tugas aku sebagai manusia untuk saling menolong. Udah yuk kita pulang.''
Ares dengan menatap mata indah Ailen walau cahaya terlihat temaram. ''Kita makan malam dulu ya. Jadi kamu nggak perlu masak makan malam lagi.''
Ailen hanya mengangguk.
***
Ailen menggeliat kala tangan mungil Ezar memukul pelan wajahnya di sertai dengan suara dering telepon dari ponselnya di atas nakas samping Ares.
''Bunda masih ngantuk, Nak.'' ucap Ailen pelan seraya menyingkirkan tangan Ezar dari pipinya.
Dering telepon terputus namun kembali berdering, begitu juga dengan Ezar yang beralih memukul wajah Ares.
Ares yang merasa risih dengan pukulan pelan Ezar di sertai dengan dering telepon yang nyaring.
Dengan mata terpejam Ares meraba ponsel Ailen di atas nakas lalu menaruhnya di telinga Ailen.
''Halo! Kamu kapan kesini sih Ai~ Kamu ngga lupa kan lusa Abang kamu nikah!'' Ailen mengerutkan kening mendengar suara perempuan itu.
''Mas aku punya Abang?'' tanya Ailen pada Ares dengan mata terpejam.
''Punya.'' jawabnya dengan suara serak.
''Ini ada yang bilang kalau lusa Abang aku nikah.''ucapnya pelan dengan mata terpejam.
''Abang kamu?'' Ares mengerutkan keningnya dalam lalu spontan membulatkan mata.
Ares langsung bangkit dan menggendong Ezar ke arah kamar mandi. ''Ai cepetan siap-siap, mandi di kamar tamu aja!''
''Hah?'' bingung Ailen merubah posisi menjadi duduk.
''Astaghfirullah, Ailen Miana binti Mamad ...! Cepetan mandi kita ke rumah Bunda, kamu nggak lupa kan lusa Abang kamu nikah!?''
Ailen mengangguk paham lalu mendongak menatap Ares yang sedang membuka pakaian Ezar. ''Mamad siapa, Mas?''
''Bapak lo!'' kesal Ares merasa dongkol. Entah mengapa baginya pagi ini Ailen sangat menguji kesabarannya. Belum lagi ia akan di marahi nanti oleh mertuanya karena melupakan hari pernikahan Abang iparnya.
''Cepetan mandi gih,'' suruh Ares dengan sisa kesabarannya.
Ailen hanya mengangguk lalu membereskan tempat tidur.
***
Untuk kesekian kalinya Ares menghela napas lelah melihat tingkah Ezar yang sulit sekali di pakaikan baju.
''Ezar ganti dulu, Nak. Kita mau pergi loh ini tempat Oma.'' bujuk Ares melihat Ezar yang enggan memakai baju dan malah bermain robot.
''Bunda kamu juga udah siap loh, cuma kita yang belum ini ...''
''Udah siap, Mas?'' celetuk Ailen memasuki kamar, ia baru saja menaruh koper berisi pakaian mereka ke dalam mobil.
Ares menatap datar Ailen yang terlihat santai dan tenang, ''Tuh anak kamu dari tadi nggak mau di suruh gantik asik main aja.'' kesalnya lalu membuang baju Ezar ke wajah Ailen, dengan gerak cepat Ailen langsung menangkap baju itu.
Ia hanya menggelengkan kepalanya miris, ''Mas siap-siap aja, biar aku yang urus Ezar. Dia emang suka gitu kalau punya mainan baru.''
Ares hanya mengangguk lalu berjalan ke arah lemari dengan sedikit menghentakkan kakinya karena kesal.
Ailen menatap aneh Ares, ''Stress!''
+++
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Istri Polisi (END/Lengkap)
Teen FictionAku, Neta Fiama, seorang mahasiswi semester akhir dengan jurusan Bimbingan Konseling yang sedang menunggu waktu wisuda. Mimpi dan harapan sudah di depan mata, hanya menunggu sedikit waktu untuk menyempurnakan mimpi dan harapan tersebut. Namun ... ke...