Tandai typo ya cintah
And sorry banget karena lama up ny
__________''Bajingan bekarat!'' kesal Ailen kala pintu utama rumahnya di dobrak dengan kuat oleh para anggota Garda.
Ailen memeluk erat Ezar yang sedang tertidur di gendongannya.
Ailen memasukkan dua pisau lipat di kantong gendongan Ezar dan beberapa anak tembak.
Ia memandang pintu lalu memasukkan dua pistol ke kantong dasternya, tak lupa juga ia sudah mengenakan celana training.
''Pintu ini pasti akan di dobrak. Kalau aku nggak keluar dari sini dan tiba-tiba orang itu masuk maka aku akan sulit keluar.'' monolognya.
Ailen menunduk menatap Ezar yang sedang tertidur pulas, ia tersenyum lalu memasangkan topi di kepala Ezar.
''Tolong kerja samanya ya, Nak? Maaf Bunda ngasi kamu obat tidur.'' ucap Ailen pelan lalu mengecup kening Ezar.
Perlahan Ailen membuka pintu. Ia menoleh ke kanan dan kiri memastikan bahwa tak ada orang di sana.
Setelah yakin bahwa tak ada orang dengan perlahan ia melangkah menuju tangga, ia mendengar keributan di lantai dasar.
Ailen mengurungkan niatnya ketika hendak menuruni tangga, ''Kalau aku lewat sini kemungkinan mereka akan tahu.''
Ailen diam berpikir sejenak, ''Bukankah lorong sebelum balkon ada tangga kecil menuju ruang laundry?'' monolognya.
Dengan segera ia berjalan ke arah tangga kecil yang mengarah pada laundry. Dengan penuh kewaspadaan ia menuruni tangga dan memastikan bahwa tak ada orang di sana.
''Aku harus bersembunyi sampai Ares datang,'' gumamnya lalu bersembunyi di lemari khusus alat sapu dan pengepel yang berada belakang tangga.
Tak lama kemudian ia mendengar langkah kaki yang bersahutan mendekati ruang laundry.
''Dimana perempuan itu berada!''
Ailen mendengar suara seoran pria, ia tahu bahwa itu adalah anggota Garda.
''Tuan dan yang lain sedang mencari perempuan itu di lantai dua.'' ucap teman pria tadi.
''Perempuan itu harus kita temukan dan mati.'' ucap pria yang lainnya.
Sepertinya mereka lebih dari dua orang, pikir Ailen. Karena ia mendengar suara yang berbeda-beda.
''Periksa terus!'' seru salah satu di antara mereka.
''Buka pintu itu!'' suruh salah satu di antara mereka.
Kemudian mereka keluar menuju taman belakangq. Ailen tetap diam, ia menghela napas lega kala melihat Ezar yang masih tertidur pulas.
''Disini kamu rupanya!'' seru seorang pria dengan wajah garang dan tujuh orang lainnya.
Ailen terkejut kala orang itu membuka lemari persembunyiannya. Ia memegang erat pisau lipat di genggamannya.
Seorang dari mereka menarik kasar tangan Ailen untuk keluar dari dalam lemari.
Ia menepis tangan pria itu lalu menatap tajam mereka semua.
''Bawa aja ke tempat, Bos!'' seru salah salah satu dari mereka.
Kedua tangan Ailen di cekal oleh dua anggota Garda tersebut.
Sontak saja Ailen membulatkan mata dan menatap tajam orang yang berani menyentuh tangannya.
''Lepas!'' tegas Ailen.
''Tidak akan! Kami tidak akan membiarkanmu kabur!'' ucap mereka.
Ailen mendesis kemudian menyentak kuat cekalan mereka hingga terlepas.
''Sialan!'' umpat mereka lalu mengambil ancang-ancang menahan Ailen.
Dengan gesit Ailen menggoreskan lengan mereka menggunakan pisau lipat yang sedari tadi ia genggam.
''Sialan!'' geram mereka lalu menyerang Ailen.
Dengan lihai Ailen menggoreskan mata pisau tajam itu pada para anggota Garda.
Ailen tersenyum smirk kala pisaunya berhasil menggoreskan pisau itu ke bagian pipi salah satu di antara mereka.
Tak lama para anggota Garda berjumlahkan lebih dari empat puluh orang itu berlari ke arah mereka.
Dengan gesit mereka menahan Ailen dan menyeret Ailen ke ruang tamu.
''Jangan sentuh anak gue, sialan!'' marah Ailen saat salah satu anggota Garda dengan kasar melepaskan Ezar dari gendongannya.
Ailen semakin menatap marah mereka semua kala menyentuh Ezar dengan kasar.
''Lepasin gue, bajingan!'' marahnya kala mereka mengimat tangannya di sebuah kursi.
''Bos?'' sapa mereka ke arah pria paruh baya dengan tato bergambar khas lambang Garda di bagian lengan kiri berukuran besar dan bekas goresan panjang lama di bagian pipi kanannya.
Ketua dari komunitas itu bernama Geno. Dengan tatapan tajamnya ia menatap remeh Ailen lalu beralih menatap Ezar yang di geletakkan di sofa dengan keadaan tidur.
Geno berjalan santai ke arah sofa lalu menatap Ezar yang sedang tertidur pulas. Bocah itu terlihat begitu menggemaskan namun ia tak menyukai anak kecil.
Ailen menatap panik ke arah Geno yang terus memandang Ezar yang sedang tetidur pulas. ''Sialan, ponsel maxtron tadi tertinggal di kamar dan aku tadi sempat menghubungi Mas Ares!'' sesal Ailen.
Geno menatap sombong ke arah Ailen yang mencoba melepaskan diri dari ikatan itu. Geno kembali menunduk menatap Ezar yang sedang tertidur pulas.
''Kau telah merusak dan menghancurkan rencana serta bisnis ku. Hingga membuatku rugi dengan nomin yang sangat besar sekali.'' ucapnya dengan mata yang masih menatap Ezar.
''Kau akan membayar mahal semua kerugian yang ku alami-''
''Kau akan menyesal dengan apa yang telah kau lakukan ini!'' sela Ailen menatap marah Geno.
Geno menunduk seraya terkekeh lalu menatap santai Ailen. ''Benarkah!? Saya rasa ... Tidak! Seru Geno di akhir kalimat.
''Justru kau yang akan menyesal telah ikut campur dalam urusan ku! Dan kau akan menerima akibatnya!'' marah Geno lalu mencekik Ezar.
''BAJINGAN SIALAN! LEPASKAN ANAK KU!'' seru Ailen memnerontak dalam posisinya.
''HAHAHAHAH!'' tawa Geno keras kala menatap mata Ezar yang terbuka dengan suara tangis tertahan.
''KU MOHON LEPAS KAN ANAK KU!'' teriak Ailen histeris dengan air mata yang mengalir si permukaan pipinya.
''HAHAHAHAHA!'' tawa Geno semakin keras kala melihat Ezar yang sudah menutup matanya.
''Bajingan sialan! Apa yang kau lakukan brengsek! DASAR IBLIS! Hiks! Hiks! Hiks!'' marah Ailen dengan air matanya yang semakin deras memabasahi pipinya.
''Kau ingin saya melepaskannya bukan?'' jeda Geno lalu membalikkan badan menatap Ailen yang terlihat sangat kacau, bahkan tangan perempuan itu mengeluarkan banyak daeah karena gesekan kuat dari tali yang mengikatnya.
''Baiklah! Aku akan melepaskannya,'' pungkas Geno lalu pria paruh baya itu melempar kuat Ezar yang sudah tak bernyawa ke hadapan Ailen.
BUGH!
''EZAAAAAR!'' histeris Ailen melihat Ezar yang tergeletak lemah tak bernyawa di dekat kakinya dengan wajah pucat dan lingkaran biru di leher bayi malang itu. Begitu miris sekali.
o0o
Demi apa aku ngetiknya deg-degan banget.
Yang mau konseling/konsultasi gratis cus langsung hubungi aku
→082276373828
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Istri Polisi (END/Lengkap)
Fiksi RemajaAku, Neta Fiama, seorang mahasiswi semester akhir dengan jurusan Bimbingan Konseling yang sedang menunggu waktu wisuda. Mimpi dan harapan sudah di depan mata, hanya menunggu sedikit waktu untuk menyempurnakan mimpi dan harapan tersebut. Namun ... ke...