07

31.2K 1.6K 10
                                    

Tandai typo
_____________

Malam ini pukul delapan keluarga kecil Ares sedang menonton tv yang menayangkan sebuah film aksi.

Ailen yang duduk anteng dengan mata terpejam di samping Ares dengan Ezar yang sudah tertidur di pangkuannya. Sedangkan Ares? Lelaki itu sedang serius menonton film yang di tayangkan di tv.

Ares melirik Ailen yang mulai mendengkur halus sampai tangannya yang memeluk Ezar mulai merenggang.

Ares menggelengkan kepalanya lalu mengambil alih Ezar ke gendongannya dan membawa ke kamar setelah itu ia kembali ke ruang tv.

Ares bimbang antara membangunkan Ailen yang sudah tertidur atau membangunkannya. Ares menghela napas kasar lalu menepuk pelan pipi Ailen.

Ia menatap aneh Ailen yang masih terlelap tak merasa tergangganggu sedikit pun.

''Ai? Bangun!'' ucap Ares menepuk pelan bahu Ailen.

Ailen menggeliat pelan lalu tertidur lagi. Ares semakin tak habis pikir dengan Ailen yang sangat kebo sekali, padahal Ailen bukan tipe orang yang sulit di bangunkan.

Ia menghela napas kasar lalu menggendong Ailen ala bridal style menuju kamar dan dengan hati-hati membaringkan Ailen di atas kasur tepat di samping Ezar.

Ares terdiam menatap wajah polos Ailen yang terlihat cantik di matanya. Ia pernah mendengar anak buahnya atau adik tingkatnya jika Ailen adalah mantan pacarnya, adik tingkatnya itu pernah sempat melamar istrinya. Namun, kedua orang tua Ailen tak merestui karena sudah di jodohkan padanya lebih dulu.

Lama memandang Ailen, akhirnya ia kembali ke ruang tv melanjutkan film yang di tontonnya.

***

''Hari ini Ummah sama Abah mau datang.'' celetuk Ares lalu meneguk air putih di gelas hingga tandas.

Uhuk!

Ailen yang sedang meminum jus spontan tersedak setelah mendengar penuturan Ares barusan.

''Ummah? Abah? Itu ... orang tua Ares atau Ailen asli?'' bingungnya lalu memejamkan mata untuk mengingat.

''Jam sebelas siang mereka tiba, mungkin tak lama dan setelah pulang, mereka mengatakan ingin bertemu denganmu dan Ezar.'' ucapnya.

Ailen mengangguk patuh dan sekarang ia ingat jika yang akan datang adalah orang tua Ares.

''Saya pulang larut karena ada penyelidikan bandar narkoba.''

Lagi dan lagi Ailen hanya mengangguk saja seraya melanjutkan sarapan pagi.

Ares mendengus melihat respon Ailen yang menyebalkan baginya.

Ailen beranjak dari bangkunya kala mendengar tangis Ezar yang terdengar kencang dengan segera ia berlari menuju kamar.

''Anak Bunda ... udah bangun ... Iya?'' ucap Ailen lalu menggendong Ezar menuju dapur.

''Mau pergi sekarang?'' tanya Ailen kala Ares menggunakan jaket kulit berwarna hitam miliknya.

''Iya,'' jawabnya lalu berjalan ke arah Ezar yang berada di gendongan Ailen dengan anteng seraya  memakan biskuitnya.

''Anak Ayah kenapa bangun, heum?'' tanya Ares seraya mengecupi pipi chuby putranya itu.

Ezar memberontak kala Ares yang terus mencium pipi terus menerus membuat bocah itu kesal.

''Mas?! Udah ih!'' kesal Ailen lalu menjauhkan Ezar dari Ares.

''Sini Ayah gendong sebelum Ayah berangkat kerja.''

''No!'' teriak Ezar menggelengkan kuat kepalanya.

''Eh? No? Yakin? Nanti Ayah pulang bawa biskuit Ezar nggak Ayah bagi.'' ancam Ares.

Ares terkekeh melihat Ezar yang diam seraya mengangkat kedua tangannya ke arah kearahnya lalu menggendong bocah itu.

Ailen menggelengkan kepala melihat tingkah dua pria berbeda usia di hadapannya itu lalu membersihkan meja makan.

''Mas? Pulangnya beliin brownis ya.''

Ares mengangguk lalu menyerahkan Ezar pada Ailen. ''Ayah pergi dulu ya, Nak. Ezar jangan nakal di rumah dan baik-baik sama Bunda ya.'' ucap Ares mengusap rambut Ezar.

Ailen mengantar Ares ke halaman rumah sampai mobil yang di kemdarai Ares tak nampak di pandangannya.

''Sekarang Ezar sarapan dulu ya? Baru mandi terus bobo lagi.'' ucap Ailen pada Ezar yang tertawa ke arahnya.

***

''Assalamualaikum ... '' salam Salman selaku Abah Ares dan Nia selaku Ummah dari Ares.

Dengan buru-buru Ailen membuka pintu utama. ''Waalaikumsalam ... Ayo masuk Ummah, Abah.''

Salman dan Nia tersenyum seraya mengangguk lalu mereka duduk di sofa ruang tamu.

''Ummah sama Abah mau minum apa?'' tawar Ailen.

''Nggak usah repot-repot, Ai. Oh iya? Si Ezar mana? Ummah kangen pengen gendong.'' ucap Nia antusias.

''Abah juga udah lama nggak ketemu Ezar, Ummah dari kemarin maksa mampir sebentar sebelum pergi ke solo suru mampir dulu kesini katanya kangen sama cucu tampannya itu.'' celetuk Salman.

''Abah sama Ummah mau ke Solo? Ngapain?'' tanya Ailen.

''Loh? Ares nggak bilang sama kamu? Anak temen Abah nikah, jadi Abah di undang kesana.'' jawab Salman.

Ailen menggeleng pelan-pelan, ''Mas Ares nggak bilang apa-apa sama Ailen, Bah. Tega bener ... '' miris Ailen.

Abah hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan putra sulungnya itu yang tak pernah berubah bahkan setelah mempunyai anak.

''Ailen ambil Ezar di kamar dulu ya, Bah? Ummah?'' pamit Ailen lalu berjalan menuju kamarnya.

Sesampainya di depan pintu kamar ia terkekeh melihat putranya yang berguling-guling di atas ambal empuk yang ada di lantai samping kasur.

''Anak Bunda kenapa guling-guling, heum?'' tanya Ailen lalu menggendong Ezar.

Ezar hanya diam menatap sang Bunda lalu menerima biskuit yang di berikan Ailen.

''Kita ke bawah ya ketemu Kakek dan Nenek, lihat nih rambut Ezar jadi berantakan gini.'' ucapnya seraya merapikan rambut sang putra.

Ailen berjalan ke arah Salman dan Nia yang terlihat semringah ketika melihat Ezar di gendongannya. Maklum, Ezar adalah anak sekaligus cucu pertama di keluarga Ares maupun Ailen sendiri.

''Cucu Nenek udah gede aja, ini juga kenapa pipinya makin lebar sih ... '' gemas Nia lalu menggendong Ezar yang tertawa.

''Nenek pasti nggak akan kuat lama-lama gendong Ezar kalau begini,'' canda Nia mengecup pipi gembul Ezar.

''Kamu kasi makan apa, Ai? Sampe gemuk gitu, perasaan empat bulan lalu terakhir jumpa nggak se gembul ini?'' heran Salman seraya memegang tangan Ezar yang terlihat gempal pergelangan tangannya.

Ailen terkekeh mendengar penuturan Ayah mertuanya itu, ''Akhir-akhir ini Ezar kuat minum asi, makan dan ngemil, Bah. Ayahnya sampe nyetok biskuit banyak untuknya. ''

Salman terkekeh mendengar ucapan Ailen lalu menggendong alih Ezar.

++++

Transmigrasi Istri Polisi (END/Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang