Tolong tandai typo:)
Yang mau konseling gratis langsung dm okey
_________________''Mas Ares!'' panggil Ailen yang berada di depan lemari.
Ares yang sedang membersihkan meja makan langsung berlari ke arah kamar dan mendapati Ailen yang berkacak pinggang menatapnya kesal.
''Daster warna ungu ku kamu bawa kemana sih, Mas?''
Ares mengangguk paham menemukan titik permasalahannya, ''Itu Mas taro di dalam tas. Nanti Mas dan tim akan mengejar bandar narkoba.''
''Tuh yang warna merah aja, yang ungu itu kan daster favorit ku, Mas~'' kesal Ailen.
''Itu cuma daster loh, Ai? Yaudah bentar Mas ambilin dulu.'' ucap Ares nggak habis pikir lqlu mengambil daster berwarna ungu itu dari dalam tasnya.
Senyum Ailen mengembang, dengan senang hati ia menukarkan daster itu dengan warna merah miliknya.
''Awas robek loh, yang kemaren aja robeknya tinggi banget sampe betis. Bilang sama yang make nanti, jalannya jangan lebar-lebar ntar robek lagi.''
Ares hanya mengangguk patuh sebagai jawaban.
***
''Ezar anak ganteng Bunda mau kemana~? Mau jalan-jalan sore ya, Nak ya?'' ucap Ailen lalu menggendong Ezar di gendongan khusus.
''Nda! Nda!'' antusias Ezar bertepuk tangan.
''Kuit!'' serunya.
Ailen terkekeh lalu memberi biskuit ke tangan mungil Ezar.
''Kita telepon Ayah bentar ya, izin mau pergi.'' lalu Ailen menelpon Ares namun hanya menyambung saja.
''Kita telepon Ayah sekali lagi ya ...'' gumam Ailen lalu menelpon Ares kembali.
Baru saja Ailen hendak mematikan telepon, Ares mengangkat teleponnya.
''Maaf telat angkat telepon, Mas lagi di lokasi target. Ada apa?'' tanya Ares di seberang sana.
''Aku sama Ezar mau jajan keluar sore ini. Dekat taman depan jalan komplek.''
Di seberang sana Ares diam sejenak untuk berpiki lalu tak lama ia mendengar hempusan napas Ares, ''Baiklah, kalian hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Mas oke.''
''Iya ... Mas ini si Ezar kayanya mau ngomong dari tadi mau rebut ponsel aku.''ucapnya lalu memberikan ponselnya pada Ezar yang tertawa senang.
''Ayah!'' teriaknya lalu tertawa senang.
''Iya, Nak ... Ayah kerja dulu ya untuk beli biskuit Ezar ... dan mainan Ezar ... Ezar jangan nakal, jangan bikin Bunda susah, oke?''
''Ote! Ayah ulang?'' tanya Ezar dengan suara cadelnya yang bertanya kapan Ares pulang.
Di seberang sana Ares tertawa mendengar suara cadel milik Ezar yang terdengar lucu dan gemas di telinganya, ''Ayah besok pulang, jadi sekarang Ezar jalan-jalan dulu sama Bunda ya, Nak? Ayah mau lanjut kerja dulu, oke?''
''Itut Ayah!''
''Ndak boleh sayang ... Anak kecil kayak Ezar ndak boleh ikut. Ezar sama Bunda aja beli biskuit oke ganteng?''
''Ote!'' semangat Ezar lalu memberi ponsel di genggamnya pada Ailen.
Ailen hanya menggelengkan kepala gemas mendengar ucapan Ezar, ''Udah ngomongnya?'' tanya Ailen yang di balas anggukan antusias dari bocah itu.
''Yaudah kalau gitu aku tutup ya, Mas?'' ucap Ailen.
''Kalian hati-hati di rumah ya? Assalamualaikum ...'' salam Ares.
''Waalaikumsalam ...'' jawab Ailen lalu mematikan ponselnya.
''Nah sekarang ayo kita berangkat~!'' seru Ailen lalu melangkahkan kakinya keluar rumah menuju taman.
''Jajan!'' seru Ezar bertepuk tangan.
''Hiyyaaaah! Ayuk kita berburu jajan!'' antusias Ailen lalu tangan kanan ibu dan anak itu meninju angin tanda bersemangat.
Ailen berjalan kaki menuju tempat tujuannya, karena ia hanya membutuhkan waktu tiga menit untuk sampai di taman tujuannya.
''Kita beli apa ya~'' ucap Ailen pada Ezar seraya melihat jejeran gerobak bermacam jualan.
''Hai Nyonya Ares ... '' sapa seorang wanita yang sedang menggandeng tangan anak perempuan berusia tujuh tahun.
Ailen menoleh ke arah wanita itu.
''Masih ingat saya?'' tanya wanjta itu menunjuk dirinya sendiri.
''Eem? Maaf saya lupa, Siapa ya?'' tanya Ailen.
Wanita itu terkekeh anggun, ''Saya istri Brigadir Anton.''
''Oooh, Nyonya Anton ... Maaf saya lupa sama Mbaknya.'' ucap Ailen tak enak hati.
Nyonya Anton tertawa renyah. ''Tidak papa kok, Nyonya Ares. Berdua aja nih?''
Ailen mengangguk, ''Iya nih, suami saya lagi ada tugas, Mbak.''
Nyonya Anton mengangguk paham.
''Mami? Angel mau cium Dedek Ezar~'' rengek anak perempuan yang di gandeng Nyonya Anton.
Nyonya Anton mengangguk lalu menggendong putrinya Angel, ''Apa Angel boleh cium Ezar?''
Ailen mengangguk setaya tersenyum, ''Boleh banget dong, Mbak.''
Nyonya Anton tersenyun lalu mendekatkan putrinya pada Ezar. Dengan gemas Angel mencium dalam pipi chuby Ezar membuat bocah itu berteriak kesal, dengan cepat Nyonya Anton menjauhi putrinya dari Ezar.
''Angel pelan-pelan sayang ... Kasian Dedek Ezarnya pipinya pasti sakit kamu nyiumnya dalem banget.
Angel terkikik geli, ''Angel gemes lihat pipinya kaya bakpao, kayanya pipinya kenyal banget deh, Mi. Pasti kenyal kaya mochi, Angel jadi pengen makan pipinya.''
Ailen tertawa mendengar ucapan polos yang di lontarkan Angel. Sedangkan sang ibu membulatkan mata menatap putrinya. ''Jangan ulangi lagi, oke?'' tegas Nyonya Anton.
Angel hanya mengangguk patuh.
''Ayo minta maaf sama Dedek Ezarnya, sayang? Lihat tuh mukanya udah kesel karena kamu.''
''Iya ... Mami~'' lalu Angel mendekat pada Ailen dan memegang kaki Ezar.
''Maaf ya Dedek Ezar ...'' seraya menggoyangkan kaki mungil Ezar.
''Iya Kakak Angel~'' ucap Ailen dengan suara khas anak-anak mewakili Ezar.
''Oh iya? Mbaknya berdua aja nih?'' tanya Ailen menatap Nyonya Anton yang terkikik gemas menatap wajah kesal Ezar yang terlihat menggemaskan di matanya.
''Saya sama suami, Nyonya Ares. Tapi, suami saya tadi lagi ambil dompet ke mobil sebentar, soalnya ketinggalan.'' jawab Nyonya Anton.
Ailen mengangguk paham lalu memutar pandangannya ke sekeliling jejeran gerobak yang menjual berbagai makanan lezat dan murah.
''Mbak? Itu ... ada apa ya?'' bingung Ailen kala melihat seorang perempuan sedang adu mulut dengan lelaki di sebuah gang kecil yang tak jauh dari mereka berdiri.
Nyonya Anton menolehkan kepala menatap yang di maksud Ailen. ''Astaga!'' ringisnya spontan memegang pipinya kala laki-laki itu menampar pipi kiri perempuan tersebut.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Istri Polisi (END/Lengkap)
Teen FictionAku, Neta Fiama, seorang mahasiswi semester akhir dengan jurusan Bimbingan Konseling yang sedang menunggu waktu wisuda. Mimpi dan harapan sudah di depan mata, hanya menunggu sedikit waktu untuk menyempurnakan mimpi dan harapan tersebut. Namun ... ke...