10

18.4K 1K 15
                                    

Tandai typo
Happy reading Onty-ontynya Ezar!
___



Ares dan Ailen mendongak menatap seorang gadis yang tengah bersiap untuk melompat. Terdengar dobrakan pintu yang menghubungkan antara balkon dan dalam rumah tersebut.

Ares menoleh kesamping lebih tepatnya ke arah seorang bapak-bapak yang tengah berteriak menyuru gadis itu turun.

''Maaf mau nanya. Ada masalah apa dengan gadis itu, Pak?'' tanya Ares seraya menggoyangkan badannya pelan naik turun karena Ezar yang merengek hendak menangis.

Bapak-bapak tersebut menoleh menatap Ares, ''Itu, Mas. Namanya Mbak Nala, dia baru di putusin, pacarnya menikah dengan selingkuhannya. Jadi, Mbak Nala dari kemaren teriak-teriak kata ibu-ibu sini sih gitu, soalnya saya juga denger dari istri saya.'' jelas Bapak utu.

Ares mengangguk paham lalu menoleh ke arah samping menatap Ailen penuh tanda tanya kala bajunya di tarik oleh wanita itu.

''Mas?'' panggil Ailen yang mengalihkan pandangannya dari gadis itu ke Ares.

''Ada apa, Ai?'' tanya Ares bingung.

''Aku mau naik nyamperin gadis itu.''

Ares membulatkan mata, ''Hah? Ngapain, Ai? Kamu nggak nyuru dia lompat kan!'' tuding Ares.

''Oalah semprul!'' Ailen menatap kesal Ares lalu sedikit berjinjit ia menjitak kening Ares membuat Ares shock. Berani sekali Ailen menjitak kening mulusnya. Keningnya sudah tak suci lagi akibat jari Ailen yang menodainya.

Spontan saja dengan raut wajah dramatis menyentuh keningnya.

''Nggak usah lebay! Aku mau naik dulu!'' kesal Ailen lalu berlalu memasuki rumah lima lantai tersebut yang sepertinya adalah kos wanita, terlihat dari selembar kertas yang tertempel di pagar depannya.

Sesampainya Ailen di lantai lima, ia melihat seorang wanita paruh baya dan tujuh gadis yang tengah membujuk Nala yang hendak melompat ke bawah dari balik pintu yang mengarah balkon kamar.

Ailen berjalan pelan ke arah pintu balkon, matanya melirik kertas berukuran lebar di atas meja belajar. Kemudian ia membentuk kertas itu menjadi terompet.

''Mbak? Permisi sebentar, biar saya coba membujuk Mbak Nalanya.'' celetuk Ailen membuat mereka menyingkir minggir dan saat ini Ailen yang berada di depan jendela kaca berukuran kecil.

''Saya tidak bisa menerima takdir ini! Saya mau mati saja!'' teriak Nala membuat orang di bawah sana semakin teriak histeris.

''Mbak Nala hebat! Kita semua bangga sama Mbak Nala yang udah bertahan sejauh ini!'' teriak Ailen membuat Nala menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke arah Ailen yang berteriak di depan kertas yang sudah di gulungnya seperti terompet tadi agar suaranya terdengar ke telinga Nala.

''Saya kagum dengan Mbak Nala yang hebat! Ayo kita buktikan pada dunia jika Mbak Nala kuat dan tidak selemah itu untuk hancur! Ayo buktikan pada orang tua Mbak Nala jika putri kecilnya kini sudah tumbuh dewasa dengan cantik dan siap menaklukkan dunia!''

Semua orang di bawah sana terdiam. Di sisi Ares, ia tengah sibuk menenangkan Ezar yang merengek kala mendengar suara Ailen.

''Ayo kita buktikan jika Mbak Nala adalah perempuan hebat, jangan hanya karena cinta Mbak Nala jadi hancur. Seharusnya Mbak Nala buktikan ke dia kalau Mbak Nala nggak selemah itu! Ayo sukseskan diri buat dia menyesal relah menyiakan perempuan sehebat Mbak Nala.'' teriak Ailen lalu ia membuang napasnya perlahan.

Ailen menatap Nala yang terdiam menatap kosong ke bawah, lalu ia menoleh ke samping kanan, lebih tepatnya menatap seorang gadis yang juga menatapnya.

''Mbak Nala islam?'' tanya Ailen di balas anggukan dari perempuan itu.

''Mati nggak akan menyesaikan masalah, Mbak. Ayo perbaiki diri menjadi lebih baik, mati dengan seperti ini tak kan merubah segalanya. Bukankah tidak adil jika di alam bawah kubur Mbak Nala akan di siksa sedangkan dia malah berbahagia dengan istri dan anaknya.'' ucap Ailen dengan nada santai tanpa berteriak.

''Ayo Mbak buka pintunya,'' lembut Ailen.

''Tapi saya kecewa, Mbak! Saya hancur! Tak ada lagi gunanya hidup!'' teriak Nala menggebu-gebu seraya memukul dadanya.

Ailen membuang napas kasar, ''Jangan biarkan lelaki menghancurkan hidup mu, Mbak! Bagaimana jika orang tua mbak tahu jika putri kesayangannya ini tersakiti? Bahkan Allah saja tak suka melihat Mbak Nala seperti ini!'' teriak Ailen membuat orang-orang yang ada di sana terdiam.

''Ayahnya Mbak Nala masih ada?'' tanyanya spontan seorang gadia di sebelah kirinya mengjawab iya.

Ailen menjadi ingat dengan salah satu teknik khusus dalam Bimbingan Konseling, yaitu teknik kognitif, untuk mengubah pola pikir yang merugikan menjadi lebih sehat.

''Coba Mbak Nala bayangkan, gimana perasaan Ayah Mbak Nala ketika putri kecilnya melakukan hal yang melukai hatinya. Bayangkan, Ayah Mbak Nala mencari uang tanpa tahu kondisi tubuhnya yang terkadang tak memperdulikan bahwa dirinya sakit dan berpura-pura seolah ia sehat demi Mbak Nala menjadi seperti sekarang.''

''Mbak Nala tidak sayang dengan Ibu dan Ayah Mbak Nala yang sudah berjuang membesarkan Mbak Nala hingga secantik dan sehebat ini? Jangan biarkan cinta itu merusak masa depan Mbak Nala.''

Nala semakin diam. Dan posisi saat ini yaitu teknik memandu atau berpandu, dimana Ailen yang memandu Nala menuju pemahaman dan solusi. Teori yang tadi disebut merupakan bagian dari teknik khusus dalam konseling.

Dalam bagian tujuan umum dalam konseling, seorang yang memiliki masalah itu harus menyelesaikan masalahnya sendiri dan memahami masalah dan memilih keputusan sendiri, sedangnya konselor atau pembimbing hanya membimbing orang tersebut agar menemukan penyelesaian dalam masalahnya.

''Ayo buktikan padanya, kalau Mbak Nala hebat. Jadikan rasa sakit itu menjadikan diri Mbak Nala menjadi perempuan hebat dengan karir yang melejit tinggi. Buktikan sama dia dengan kesuksesan Mbak Nala nanti. Ayo! Tunjukkan pada orang tua Mbak Nala dan orang yang menyakiti Mbak Nala, ayo bayar rasa sakit itu dengan kesuksesan Mbak Nala. Masa depan Mbak Nala masih panjang jadi jangan sia-siakan. Kita semua sayang sama Mbak Nala, kita semua nggak mau hal buruk terjadi dengan Mbak Nala kita semua ada untuk Mbak Nala!''

Semua orang berteriak memberi semangat pada Nala. Nala terdiam matanya menatap orang-orang di bawah sana yang berteriak memberi semangat untuknya.

Ia terisak menatap orang-orang yang bahkan tak di kenalnya juga memberinya semangat. Ia menjadi sadar, mati bukan lah solusi. Dan membalas rasa sakit dengan menyukseskan diri adalah cara mahal yang tak semua orang bisa.

Nala mengusap kasar air matanya lalu menegakkan bahu ke depan dan mundur dari pagar balkon membuat semua orang yang ada di sana menghela napas lega.



++++

Transmigrasi Istri Polisi (END/Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang