02. Minggu Pagi

1K 78 6
                                    

02
Minggu Pagi

Playlist
Sunday Morning - Maroon 5

───

"AYO jogging!"

Ochi bahkan belum sampai berniat untuk membuka mata, tapi sudah keduluan oleh cahaya dari luar kamarnya yang memaksanya untuk bangun.

Si pelaku sudah berdiri di depan pintu membelakangi cahaya dengan senyum tanpa dosa, lengkap dengan pakaian olah raga andalannya.

"Apa sih, Na?" ucap Ochi yang kini kembali merapatkan selimut ke badannya tanpa terlalu memedulikan kehadiran tetangga kamarnya itu.

Una yang melihat itu langsung menghampiri Ochi dan menarik selimut yang semula menutupi tubuh Ochi.

"Ayo, Cik jogging biar sehat," kata Una sembari melipat instan selimut itu.

Sementara empunya hanya menggeliat malas di atas kasur, "Kamu kesurupan noni joglo, ya? Biasanya juga jogging sendiri."

"Ya, ini enggak biasanya," jawab Una santai.

Ochi masih dengan posisi rebahan menarik kembali selimut yang sebelumnya sudah dilipat asal oleh Una untuk menghangatkan tubuhnya lagi.

"Ajak yang lain aja, Na. Aku baru tidur tadi subuh."

Una diam memandang tubuh temannya itu yang sudah nyaman bergelung bersama semua peralatan tidur sembari misuh dalam hati.

───

Sarapan super murah di Warung Gudeg 97 milik Jeng Sri di simpang kompleks memang tidak pernah salah.

Mika yakin ada sesuatu di tangan Jeng Sri yang membuat masakannya berbeda.

Bahkan Mika yang sebenarnya tidak terlalu suka makanan manis cita rasa khas Jogja saja bisa mendatangi tempat ini lima kali seminggu.

Mungkin karena dekat, mungkin karena murah, tapi pastinya karena enak.

Yang jelas sepiring nasi dengan sayur nangka dan setengah irisan telur semur serta sayur krecek adalah sebuah kemewahan yang hakiki bagi kebanyakan anak kos, terutama para anggota AA Club.

"Gasik, Mas?" Jeng Sri langsung mengenali wajah pelanggan tetapnya itu, salah satu penghuni Kosan AA.

"Baru pulang, Bu," jawab Mika seadanya.

"Ealah, lha ngopo?"

"Lembur laprak," disusul cengiran khas laki-laki itu sambil mengingat bagaimana dia benar-benar tidak punya waktu istirahat yang layak beberapa hari terakhir ini.

Selanjutnya hanya diisi oleh Jeng Sri yang menggelengkan kepalanya sembari menyiapkan pesanan Mika tanpa diberi tahu oleh si pemesan.

Setelah menerima bungkusan nasi gudeg di tangannya, Mika beranjak keluar dari Warung Gudeg 97 berniat untuk kembali ke kosan dan rebahan sepanjang hari.

Lolos dari cengkraman laprak bagi anak teknik bukanlah hal yang mudah, maka dia harus segera merayakannya bersama kasur kesayangan.

Gudeg 97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang