15. Kaum Adam

338 36 2
                                    

15
Kaum Adam

Playlist
Genit - Tipe-X

───

UDARA pagi di sekitar AA Club memang tidak pernah mengecewakan, setidaknya bagi Ira yang pagi ini sedang memberi makan kucing liar di depan kosan.

"Permisi."

Ira tersentak. Pagi-pagi ada kepala yang muncul dari balik gerbang kosan saat dia mau berangkat ngampus. Si pelaku hanya cengengesan melihat Ira mengatur napas.

"Bayu!"

Ada urusan apa tetangga depan kosan datang sepagi ini?

"Maaf ya Mbak Ira, ini aku mau nganter undangan kumpulan RT," jelas Bayu sambil menunjukkan selembar kertas kepada Ira.

Ira berjalan ke arah gerbang untuk menerima kertas yang katanya undangan itu.

Setelah melihat sekilas dia mengangguk, "Okay diterima, makasih ya, Yuk."

Bayu mengangguk ringan, mereka berdua tenggelam dalam keheningan untuk sesaat. Ira pikir urusannya sudah selesai dengan Bayu, tapi laki-laki itu masih bergeming di posisinya.

"Kenapa?"

Bayu berdehem tampak ragu dengan apa yang akan dia katakan selanjutnya, "Itu Mbak, Mbak Unanya ada?"

Ira mengernyit keheranan, "Una? Ada urusan sama Una?"

Bayu tersenyum malu, "Mau balikin buku, kemarin sempet pinjem," balas Bayu seadanya.

"Una di dalem sih, di kamar, siniin aja bukunya nanti aku kasihin," Ira mengulurkan tangannya.

Bayu membulatkan matanya, kemudian segera menggeleng, "Enggak usah repot-repot Mbak, nanti aku balik lagi aja."

Bayu tersenyum lagi kemudian bersiap untuk pergi, "Hati-hati ya, Mbak, mari."

Bayu bergegas menyalakan motornya yang terparkir di depan gerbang rumahnya seperti biasa.

"Hati-hati!"

"Iya, Mbak."

Ira masih memandangi punggung Bayu yang kian lama menjauh dari pandangannya. Kemudian Ira terkekeh gemas.

───

Keempat penghuni lantai dua Kosan AA kini sudah duduk berjejer di rumah Pak Agung. Jarang-jarang Pak Agung mengundang mereka untuk datang ke rumahnya, maka dengan perasaan buruk keempat orang itu hadir dengan banyaknya pertanyaan di otak mereka.

Pak Agung kembali ke ruang tamu membawa empat botol teh kemasan, memberikannya kepada keempat orang itu satu-satu.

"Walah, padahal enggak usah repot-repot, Pak," ujar Jojo sambil menerima botol teh itu dengan senang hati.

Pak Agung hanya tersenyum tipis sebelum duduk di kursi yang jelas sekali diperuntukkan untuk si pemilik rumah.

"Gimana, kosannya nyaman enggak?" tanya Pak Agung.

Evan buru-buru menegakkan badannya, "Wih, nyaman saestu, Pak, saya betah, temen-temennya juga baik semua," senyuman yang terpancar di wajah Evan itu membuat teman-temannya menahan tawa.

Lihat siapa yang bicara tentang betah di sana? Ya, orang yang paling jarang ada di kosan.

Lagi-lagi Pak Agung tersebyun tipis, "Baguslah."

Mereka kini terjebak dalam keheningan canggung, Mika memilih untuk minum saja sembari menunggu ada yang buka suara.

Pak Agung berdeham, "Mas-mas semua, kebetulan lagi komplit ini saya kumpulkan di sini karena saya mau diskusi."

Gudeg 97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang