26. SS

151 16 0
                                    

26
SS

Playlist
Poco Poco - Yopie Latul

───

SUARA ketukan di pintu kamarnya yang tidak kunjung mereda membuat Jojo merentangkan tangannya dengan malas.

"Jojo! Bangun! Sound system error!"

Samar-samar dia bisa mendengar suara yang dia tebak sebagai Mika.

"TANGI!"

Kemudian pada saat ketukan itu semakin brutal Jojo sudah berjalan menuju pintu. Dia menyadari bahwa bahkan sekarang matahari belum menampakkan kehadirannya.

Ada urusan apa pagi-pagi buta Mika mendatangi kamarnya?

Jojo mengacak rambutnya frustrasi, dikira-kira dia baru tidur satu jam mengingat setelah pulang rapat UKM dan segala huru-hara tentang Evan semalam dia tiba-tiba berkeinginan untuk mengulik chord.

Memang sebenarnya ada pilihan untuk tidur dibanding mengulik chord, tapi dia tidak membayangkan bahwa akan ada manusia yang mengganggu tidurnya pagi ini.

"JOJO!"

Jojo mengerang kasar sebelum akhirnya bangkit dari kasur dengan rambut yang berantakan dan mata merah.

"JO-ALLAHU!"

Mika tersentak karena keterkejutannya melihat penampakan Jojo yang jauh lebih mirip setan daripada manusia.

Rambut jabrik, mata merah, kantung mata yang terlihat jelas, serta wajah pucat akibat kurang tidur. Sungguh kehidupan yang tidak pernah diidamkan siapa pun.

"Opo to?" tanya Jojo dengan nada kesal.

"Pak RT minta tolong itu sound system buat senam error," ucap Mika menjelaskan tujuannya membangunkan Jojo pagi ini.

Jojo mengacak rambutnya frustrasi, "Kowe kan iso, Mik."

Mika menggeleng, "Gak iso. Wis ndang! Sekalian siap-siap senam."

Jojo mendecak kesal, sepertinya nyawanya memang belum sepenuhnya terkumpul, bahkan sampai Mika meninggalkannya pun, dia masih berdiri di ambang pintu kamar kebingungan.

Acara ibu-ibu PKK yang entah bagaimana bisa tiba-tiba diadakan pagi ini, di Minggu pagi yang seharusnya damai ini, telah sukses mengganggu jadwal tidur yang Jojo rencanakan semalam.

───

Una tersentak kecil saat tiba-tiba sebotol air dingin sudah ada tepat di depan wajahnya langsung menghalangi pandangan Una yang sebelumnya tertuju pada sekumpulan ibu-ibu yang sedang bersiap-siap untuk senam.

"Panas, Mbak," Una langsung menarahkan pandangannya ke sumber suara. Di sana lah terpampang wajah Bayu tersenyum tanpa dosa dengan tangan yang sedang menyodorokan sebotol air minum kepadanya.

Una berdekham sebelum akhirnya menerima botol itu dari tangan Bayu perlahan, "Makasih."

Bayu masih mempertahankan senyumannya, bahkan lebih lebar sekarang, "Aku duduk sini ya, Mbak," kata Bayu sambil menunjuk tempat kosong di sebelah Una.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gudeg 97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang