"Ya ampun kak" ucap Erine kaget saat melihat sebuah motor terjatuh di depannya"kamu ga papah? Maaf ya kita ga sengaja, mari aku bantu" ucap Erine lalu membantu orang itu, Oline yang telah ada di belakang mereka langsung membuka helmnya dan menghampiri Erine
"oh sekarang kamu mengincar dia? Bagus banget ya rin permainan kamu aku ga nyangka loh" ucap Oline menarik lengan Erine. "Apa sih lo ga jelas banget tiba tiba dateng udah marah ga jelas" ucap Erine melepaskan tangannya dengan kasar dari tangan Oline
"lo sengaja kan deketin Dimas buat cari perhatian orang orang biar melirik lo, seperti lo ngelakuin itu ke gua dulu, ternyata gua tertipu dengan muka polos lo yang pura pura baik itu. Lo melakukan itu supaya semua orang bisa suka dengan lo kan? dan ketika mereka udah tergila gila dengan lo, lo tinggalin mereka begitu aja!" bentak Oline di depan wajah Erine.
"Udah lin menurut gua ga seharusnya lo ngomong kayak gitu ke Erine, Erine ga seburuk apa yang lo ucapkan. Jadi gua mohon stop buat ngomong yang ga benar tentang Erine" timpal Dimas lalu menarik Erine untuk berdiri di belakangnya. "Ga usah nangis, lo pikir gua bakal kasian sama air mata palsu lo" ucap Oline
Hiks, hiks, hiks
Isak tangis Erine semakin kencang
"udah ya jangan nangis, kita pulang aja yuk" ajak Dimas lalu menyeka air mata Erine di kedua pipinya
"lo jatuh cinta sama dia? lo itu di manfaatin sama sikap sok polos dia kak, percaya sama gua" ucap Oline yang terus mencari masalah, emosi Dimas pun terpancing
"kalo iya kenapa, masalah? Toh sekarang Erine calon tunangan gua"
Bruk
Bruk
Bruk
Oline memukul wajah Dimas berkali kali dengan kencang, "lo pikir gua percaya, jangan mentang mentang lo ketua osis gua bakal takut sama lo"
"cukup lin!" bentak Erine menahan pukulan Oline, namun tidak di dengar oleh Oline ia benar benar terbawa oleh emosinya. Sampai dimana ia tidak sadar memukul wajah Erine dengan sikunya. Sehingga kedua hidung Erine mengeluarkan darah
"aww" ringisnya ke sakitan, Oline pun memutarkan kepalanya memandang wajah Erine, "rin aku ga sengaja, maafkan aku ya" ucap Oline lalu ingin membantu membersihkan darah di hidung Erine, namun Erine langsung menepis tangan Oline dengan kasar.
"Ayo kak bangun, nanti lukanya aku obati di rumah ya sekarang kita pulang aja" ucap Erine lalu membantu tubuh Dimas berdiri
"biar aku liat dulu hidung kamu, maaf ya aku ga bisa melindungi calon istri aku" ucap Dimas lalu menyeka darah di hidung Erine menggunakan lengan jaketnya. Orang yang tadi tidak sengaja di tabrak Dimas pergi begitu saja tidak mau ikut campur dengan masalah mereka
"bilang sama aku itu semua ga benar kan rin" lanjut Oline lalu memisahkan mereka berdua. "Semua omongan yang di ucapkan kak Dimas itu benar semua, aku memang akan menikah dengannya ketika lulus nanti, dan kedua orang tua kita sama sama menyetujuinya" emosi Oline terpancing kembali dan mencengkeram pipi Erine dengan kencang.
"Aku ga akan pernah membiarkan hal itu terjadi, selama aku masih hidup di dunia ini kamu ga boleh di miliki oleh siapapun" ucap Oline lalu meninggalkan mereka berdua
Skipp
Omongan terakhir yang Oline ucapkan terus terbayang bayang di pikiran Erine, ia pun kembali menangis mengingat kejadian pertama kali ia bertemu dengan Oline. Seandainya waktu bisa di ulang ia menyesal di pertemukan dengan Oline
Flashback
"maaf kartunya tidak bisa digunakan" ucap sang kasir, "coba ulang mas" jawab Oline. "Maaf tapi saya sudah melakukan itu berkali kali tapi tetap tidak bisa, apa mbaknya punya kartu yang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed with female dancers (Orine)
RomanceObsesi seorang gadis kepada penari perempuan yang secara diam diam Ia perhatikan. "Akan ku pastikan yang pantas di sampingmu hanyalah Oline manuel seorang" -Oline "Dasar cewek gila" -Erine