Oline membaringkan tubuhnya di bathtub kamar mandi miliknya, dengan air hangat. Membantu merilekskan tubuhnya sembari menghayal jika ada Erine disamping.
Tanpa sadar bibirnya mengembang, membentuk senyuman manis dari bibirnya."Enak kali ya, kalo Erine ada disamping gua sekarang." Gumam Oline seraya menatap langit-langit.
•••
-Keesokan harinya.......
"Bangun yuk, nanti kesiangan kesekoh, Rine." Ucap Cynthia sembari menepuk-nepuk pelan bahu sang anak. "Iya, mom. Kasih waktu sebentar lagi ya buat, Erine. Masih ngantuk banget," sahutnya sembari mengeratkan pelukannya pada guling. Sementara Cynthia hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Yaudah, tapi nanti habis itu, langsung cepet-cepet mandi ya, sayang." Cynthia segera beranjak dari tempat tidur dan melenggang pergi kedapur kembali, melanjutkan kegiatannya membuat sarapan.
Sementara disebrang sana, Oline sudah siap menyantap sarapan yang ia buat sendiri. Dalam membuat makanan yang enak adalah jagonya, mungkin karena ia sudah sering menyiapkannya sendirian.
"Ternyata hidup gua sesepi ini ya, makan sendiri, tidur sendiri dan apapun melakukannya sendirian. Enak kali ya, punya keluarga yang utuh dan harmonis. Setiap hari pasti diisi dengan gelak tawa dirumah ini." Gumam Oline. Dan beranjak dari meja makan seraya memakai tasnya, lalu pergi keluar, mengenakan mobil
meninggalkan pekarangan rumahnya yang luas.Sejak kecil, Oline hidup seorang diri karena kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Disitu lah indah memutuskan untuk tinggal dijepang sementara, namun Oline tidak bisa menahan kepergian bundanya itu, karena mungkin itu adalah keputusan terbaik yang indah lakukan.
Sesampainya di sekolah, Erine, Aralie dan Levi memutuskan untuk berlatih sebentar diruangan dance yang telah disediakan oleh pihak sekolah.
"Kunci ruangannya udah lu pegang kan, Lie?" Tanya Erine, "udah kok Rin, aman dikantong gue" sahut Aralie sembari menepuk-nepuk kantung saku roknya. Pandangan Erine kini beralih menangkap Oline yang sedang, dikerumuni oleh siswa-siswi disekolah.
"Ternyata dia sefemous itu ya, terus dia kenapa malah milih ngejar-ngejar gue? Yang bisa dibilang ga ada apa-apanya ini," batin Erine. Lalu melanjutkan kembali langkah kakinya, mengunjungi ruang dance.
"Kita mau latihan koreografi yang mana dulu nih, Rin?" Tanya Levi
"yang newjeanse dulu aja kali ya, sembari menunggu yang lain dateng" sahut Erine. "Aduh, mau pipis lagi tiba-tiba. Temenin gue yuk Lie, ketoilet." Ujar Levi.
"Ah, yusahin lo, Lev. Tunggu sebentar ya Rine" Erine menanggapinya dengan anggukan pelan.
Tok....Tok.....Tok
"Jangan-jangan, itu yang lain" ujar Erine dan pergi membuka pintu, setelah pintu itu terbuka. Ia begitu terkejut melihat kehadiran Oline didepannya. "Hai, selamat pagi" sapa Oline seraya tersenyum kecil. Erine mendekap mulut Oline dengan telapak tangannya dan menarik sang empu kedalam. Ia buka pintu gudang dengan pelan, lalu melangkah masuk sembari menarik lengan Oline.
"Waduh, ternyata kamu suka tempat yang gelap-gelap juga ya? Sama dong kayak aku." Ucapnya sembari terkekeh pelan.
"Akhirnya lega juga, kalo gini jadi enak buat ngelakuin aktivitas apapun," ujar Levi. "Lah, si Erine kemana? Baru aja ditinggal sebentar udah ilang aja." Kata Aralie heran.
"Paling keluar sebentar, udah lah kita latihan duluan aja." Erine yang mendengar suara teman-temannya sudah kembali dari toilet, membuat tangannya kembali mendekap mulut Oline. Kedua mata mereka saling menatap satu sama lain, Oline jadi gemas sendiri ketika melihat wajah Erine yang begitu dekat.
Oline turunkan perlahan lengan Erine dan meletakkan kedua tangan tangan itu, dibelakang punggung. Secara bersamaan bibirnya melumat ranum Erine secara paksa. Sang empu kaget lalu memberontak kecil. Ingin sekali rasanya marah-marah pada Oline saat ini, tapi tidak bisa ia lakukan, pasalnya ia tidak mau kedua temannya itu tau, tentang keberadaan Oline disini.
"Lo udah gila ya, Lin? Gimana kalo sampe mereka tau!"
"Bagus dong, biar mereka tau kalo kamu udah jadi milik aku seorang. Ga ada orang lain lagi yang boleh miliki kamu," balas Oline dengan pelan, sembari menatap kedua mata Erine dengan lekat. Sementara sang empu membuang pandangannya kesamping.
Oline kembali melanjutkan aksinya seakan-akan ia tidak takut jika orang lain akan mengetahuinya.
Oline membuka perlahan kancing seragam milik Erine sembari mencium aroma dari leher Erine yang sudah menjadi favoritnya. "Lev, lo denger juga ga? Kayak ada suara yang lagi mendesah gitu, diruangan ini." Tanya Aralie.
"Gue ga denger apa-apa. Perasaan lo aja kali, lagi aneh Lie, kita kan cuma berdua doang diruangan ini." Sahut Levi, lalu kembali memfokuskan matanya pada layar ponsel.
"Gue kan cuma nanya, siapa tau lo juga denger. Lagi nih si, Erine kemana sih? Lama banget perginya" Erine tanpa sadar mengeluarkan kembali suara desahannya, dikala Oline tiba-tiba menjilat heler milik Erine. Tubuh Oline menjadi bergejolak, ketika mendengar reaksi yang Erine berikan. Tangannya ia gerakan meremas pelan payudara Erine.
'Apa ini, kenapa gue menikmati perlakuan Oline yang seperti ini?' batin Erine, lalu segera mendorong tubuh Oline kebelakang.
"Cukup! Lo diem disini. Awas kalo berani-berani buat keluar," ujar Erine dan segera melenggang pergi.
"Loh, ternyata lo dari tadi ada di dalem kamar itu?" Erine membungkam bibir Aralie menggunakan jari telunjuknya
"nanti gua jelasin, kita kekelas aja yuk" ajak Erine lalu menarik tangan kedua temannya itu. "Rin kancing seragam lo kebuka tuh" ucap Levi
Erine yang panik buru buru langsung merapikannya. 'Waduh jangan jangan desahan yang tadi gue dengar itu suara Erine lagi? Tapi sama siapa ya jadi penasaran' batin Aralie.
-Dikelas-
"btw ni si Oline ke mana ya? lama banget ke toiletnya" tanya Ribka
"mana gua tau, lu pikir gue kodam nya yang tau ke manapun dia pergi" ucap Nala yang sedang asik mabar bersama Lily "anjir kenapa harus kodam sih serem banget tau!" sahut Ribka lalu menyentil kening Nala
"nanti juga si Oline balik, kangen banget ya lo sama dia?" goda Regie, lalu dapet tatapan tajam dari Ribka
"idih males banget gue kangen sama tuh bocah, liat mukanya aja udah males" jawab Ribka memutarkan kedua bola matanya, "berisik banget sih kalian, sampe kedengeran loh suara kalian dari luar kelas" ucap Oline yang baru datang.
"Nah ini dia bocahnya, jadi bolos ga nih kita dijam pertama lin?" tanya Regie. "Gua males banget nih pelajaran matematika, mana belum ngerjain PR lagi gua" timpal Nala
"emang ada PR ya?" Tanya Oline polos
"ada lin halaman 21 sama 22, mana soalnya susah susah lagi, lier gue ngerjainnya" jawab Ribka
"ya udah yuk kita keatap aja, ke buru miss gita dateng" ajak Oline, lalu mereka semua buru-buru keluar dari kelas. Erine yang melihat mereka semua kompak keluar dari kelas terlihat bodo amat, ia tidak mau ikut campur dalam masalah geng Oline.
semoga suka!
aduhh sebenarnya takut banget dosa😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed with female dancers (Orine)
Storie d'amoreObsesi seorang gadis kepada penari perempuan yang secara diam diam Ia perhatikan. "Akan ku pastikan yang pantas di sampingmu hanyalah Oline manuel seorang" -Oline "Dasar cewek gila" -Erine