Jam istirahat ini Oline gunakan untuk mengajak Erine pergi makan siang bersama dicafe yang terletak tidak terlalu jauh dari kantornya. Erine pun tidak menolak ajakan tersebut. Setibanya dicafe itu, mereka berdua memilih untuk duduk dimeja nomer 4
"Kamu mau makan apa?" tanya Oline sembari memperlihatkan isi buku menu yang ia pegang "Ayam bakar nasi daun jeruk aja lin" jawab Erine yang sedang berkutat dengan layak ponselnya. Sehingga, mampu membuat emosi Oline terpancing oleh sifat Erine saat ini. Oline pun berdehem cukup keras guna mencari perhatian dari gadis itu, agar ia berhenti melakukan aktivasi apapun ketika sedang bersama dengannya.
"Bisa ga kalo lagi sama aku hpnya di taruh dulu, kan mainnya bisa nanti- nanti" ujar Oline dengan nada sedikit emosi. Erine yang sadar akan perubahan wajah Oline, segera menaruh kembali ponselnya kedalam tas. Dan, langsung menghadapkan kembali pandangannya pada gadis jangkung yang tengah duduk didepannya. "Maafin aku yah" ujar Erine dengan nada lembut sembari mengusap punggung tangan Oline
•••
Selesai menghabiskan makanan yang tadi mereka pesan, Erine segera bangkit dari kursinya dan bergerak mengajak Oline untuk kembali kekantor. "Buru-buru banget sih, santai aja kali, ga akan ada yang marahin kamu. Kan bossnya ada didepan kamu" ucap Oline yang masih terduduk manis di tempatnya
"Masih banyak banget tugas yang harus aku kerjakan, lin. Dikantor" sahut Erine seraya menarik-narik lengan Oline. Dengan jailnya Oline membalas menarik tangan Erine, sehingga gadis itu terjatuh di pangkuannya.
Netra mata mereka pun sekarang beradu, memandang satu sama lain
"Kamu ga perlu memikirkan tugas kantor, karena sebenarnya kerjaan kamu itu cuma cukup temenin aku aja. Selebihnya biar orang lain yang mengerjakan" ujar Oline sembari menyelipkan rambut kebelakang telinga Erine. "Mana boleh kayak gitu Oline" balas Erine
"Boleh dong, aku kan bossnya" sahut Oline sembari menaik turunkan alisnya, Erine hanya menanggapi nya dengan kekehan kecil.
Mas Anggara
"nanti pulang kantor jangan kekosan ya dek, soalnya deddy kamu manggil kita berdua buat datang kesana"
"katanya sih mau ada sesuatu yang ingin beliau katakan pada kita, jadi nanti mas tunggu ya dirumah orang tua kamu"
(read)"Kan aku dicuekin lagi sama kamu" ujar Oline lalu memindahkan tubuh Erine ke sebelah kursinya, "Owh iya rin, aku mau ngasih kamu sesuatu" lanjut Oline, lalu menepuk tangannya untuk memberi isyarat kepada orang suruhannya.
"Thank you. Kalian boleh kembali" Oline berdiri dari kursinya dan berjongkok dihadapan Erine dengan kotak kecil berwarna merah yang ia julurkan kearah Erine. "Ini apa lin?" tanya Erine dengan bingung
"Coba kamu buka" titah Oline, dengan perlahan Erine buka kotak itu dan ia dikejutkan dengan sebuah cincin yang ada di dalamnya. Oline tersenyum lebar ketika memandang wajah Erine yang berhasil membuka isi kotak itu
"will you be my partner for life? and let me make you happy until death do us part"
[maukah kamu menjadi pasanganku seumur hidup? dan izinkan aku membahagiakanmu hingga maut yang memisahkan kita] ucap Oline dengan senyum termanisnya.Erine menitihkan airmata nya, lalu mengangguk pelan sebagai jawaban. Oline pun dengan tangan yang bergetar memasangkan cincin itu pada jari manis Erine, setelah cincin itu terpasang, ia kecup jari itu lalu memeluk erat sang empu.
"Makasih telah memberi kepercayaan padaku sebesar ini, aku janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama" ujar Oline sembari mengelus punggung Erine "Kamu ikut aku buat kerumah orang tua aku ya nanti, sekalian kita omongin ini semua sama mereka secara baik-baik" Oline pun mengangguk semangat.
Tapi apakah deddy Erine akan merestui pernikahan ini? sedangkan Erine dan Anggara juga akan melangsungkan pernikahan sebentar lagi. Tidak tau lah, kita do'akan saja semoga pintu hatinya Grisello terbuka untuk merestui hubungan mereka.
•••
Setibanya didepan pekarangan rumah Erine. Oline parkiran mobil mewah nya, didepan pagar besi dengan cat berwarna putih tanpa berniat untuk memasukkan ke dalam halaman.
"Kenapa ga parkiran didalam aja lin?" tanya Erine menatap wajah Oline yang berada di sebelahnya "Aku ga enak sama orang tua kamu" sahut Oline dengan nada pelan. Erine mengarahkan tangannya pada kedua rahang Oline, seraya mengusapnya dengan lembut.
"Kenapa harus ngerasa ga enak? kan, sebentar lagi mereka bakal jadi bagian keluarga kamu juga" Oline menghembuskan nafas beratnya untuk sekedar membuang rasa gugupnya. Ia kembali menetralkan rasa cemasnya dan mencoba untuk mengingat tujuan awalnya datang ke sini. 'Lu ga boleh gugup didepan orang tuanya Erine lin, lu harus bisa percaya diri' gumam Oline dalam batinnya.
Namun ketika baru berjalan beberapa langkah, kepercayaan dirinya kembali hilang. Jantungnya pun ikut berdetak cukup kencang, rasa takut akan tidak diterima dengan baik terus terbayang dalam pikirannya.
Erine terkekeh pelan, sembari mengusap punggung Oline lalu berujar "Kamu ga perlu takut lin. Ada aku disini, kita hadapi ini sama-sama ya" mendengar ucapan Erine, rasa gugupnya mulai sedikit menghilang.
Semoga suka!
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed with female dancers (Orine)
RomanceObsesi seorang gadis kepada penari perempuan yang secara diam diam Ia perhatikan. "Akan ku pastikan yang pantas di sampingmu hanyalah Oline manuel seorang" -Oline "Dasar cewek gila" -Erine