Erine terpaksa harus kembali keruang basket karena barangnya tertinggal di sana, ia melangkahkan kakinya dengan malas.
"Huh, kenapa sih aku harus teledor kayak gini." Ucap Erine sembari menghentakkan kakinya dengan kesal. Sesampainya didepan pintu, ia buka dengan pelan, memastikan bahwa tidak ada orang didalamnya.
Namun, sialnya teryata masih ada satu wanita yang sedang bermain basket sendirian didalem ruangan itu. Wanita itu pun menoleh kearah Erine yang secara tiba-tiba masuk, ia menampakkan senyuman manis kearah Erine, lalu ia beranjak dari tempatnya dan berjalan mendekat kearah Erine, dengan langkah kaki yang cukup lebar.
"Eh ada cewek kesayangannya aku, kamu mau ngapain cantik ke, sini? Apa kamu lagi nyariin aku, karena kamu kangen sama aku," goda Oline seraya menatap wajah sang empu dengan lekat. Erine yang mendengar ucapan itu, membalasnya dengan memutarkan bola matanya malas. Dengan segera ia, melangkahkan kakinya kembali, meninggalkan Oline seraya mencari barangnya yang tertinggal.
"Loh, kok malah pergi sih. Temenin aku aja disini, ya? Nanti aku kasih hadiah spesial deh buat kamu. Dan dijamin kamu bakal suka," ujar Oline sembari menahan lengan Erine. Ya, gadis yang sejak tadi berbicara dengan Erine adalah Oline Manuel Vanisa, atau sering disapa dengan nama Oline.
"Dih, ogah gue disini berduaan sama cewek mesum kayak, lo! Seandainya aja sepenjuru sekolah ini tau, kalo orang yang mereka puja-puja ini, mesumnya tidak tertolong," cibir Erine seraya menatap wajah Oline dengan malas.
"Aku kan ngelakuinnya cuma sama kamu seorang, Catherina." Balas Oline menampilkan senyuman manis yang tidak pernah pudar dari bibirnya. Lalu memeluk sebentar tubuh mungil Erine. "Ih, ngapain meluk-meluk gue. Menjauh lo dari, gue!" Pekik Erine sembari mendorong pelan tubuh Oline kebelakang.
"Eh, lo denger suara teriakan ga dari ruangan ini?" Tanya seorang siswa pada temannya itu, "coba kita cek aja kedalam." Sahutnya, Oline dengan segera langsung menutup mulut Erine dengan telapak tangannya. Hingga Erine tidak bisa bersuara, Erine sontak memukul lengan Oline, berharap gadis itu melepaskan dekapan tangannya.
"Ternyata ga ada siapa-siapa disini. Terus suara siapa ya yang gue denger? Jangan bilang itu hantu penunggu gedung ini," ujarnya dan berlari kencang meninggalkan ruangan basket, dengan pintu yang ia tutup rapat dengan kencang.
Oline menurunkan kembali tangannya, dan Erine bisa kembali bernafas lega.
Plakk!
Tamparan kencang berhasil mendarat tepat dipipi kiri Oline, membuat sang empu meringis kesakitan. Oline merasa tidak terima dengan perlakuan Erine terhadap dirinya, dan melangkah, mengikis jarak dari keduanya. Erine yang merasa takut, mundur beberapa langkah kebelakang, hingga sekarang punggungnya menyentuh tembok disudut ruangan.
Oline mengambil satu tangan milik Erine dan membawanya kearah atas kepala.
"Berani banget ya, kamu. Nampar pipi aku, sepertinya kamu udah siap dengan hukuman yang ada." Kata Oline seraya mengangkat satu kaki kiri Erine dan ia letakan dipinggang, lalu mengusapnya dengan lembut.
Bibir miliknya ia majukan dan melumat paksa ranum milik Erine. Sang empu yang tidak terima, menggigit bibir Oline, hingga mengeluarkan sedikit darah segar.
"Oline ke mana sih!" Dengusnya dengan kesal, karena sejak tadi ia tidak menemukan keberadaan Oline dimana-mana. Setibanya didepan pintu, ia buka dengan pelan. Secara bersamaan, Oline juga melepaskan ciumannya dari bibir milik Erine. "Oh, ternyata lo disini. Lo tau ga, dari tadi gue tuh udah nyariin lo kemana-mana, bahkan sampe keujung belakang sekolah!" Pekik orang itu dengan kesal.
"Ya sorry, Nal. Gua lagi latihan buat tanding minggu depan, emang lo yang malem buat latihan." Sahut Oline
"Eh, ada Erine juga disini" ucap Nala dengan ramah.
"Iya, Nal. Tadi ada barang gue yang tertinggal disini. Mangkanya sekarang mau gue cari" Sementara Nala hanya ber oh riya saja.
"Yaudah gue tinggal ya, mau lanjut nyari barangnya." Lanjut Erine.
"Itu bibir lo kenapa? Kayak berdarah gitu, Lin" Tanya Nala. "Biasa, lagi pecah-pecah ini bibir gua," jawab Oline berbohong.
"Pantes, bibir lo pucet juga."
"Udah yuk, kekantin. Gua udah laper banget nih" ajak Oline dan melenggang pergi duluan meninggal Nala seorang diri. "Lah gua malah ditinggal, tungguin ngapa, Lin" pekik Nala.
-Kantin-
Melihat gadis pujaannya dari kejauhan, membuat Oline tersenyum girang dan menghampiri Erine yang tengah duduk di kantin bersama teman-temanya. "Hai, gua boleh gabung ga sama kalian?" tanya Oline diiringi senyuman manis.
"Boleh dong, apa sih yang ga buat kamu" goda Shasa, Oline pun mendudukkan pantatnya didepan Erine dan disusul Nala yang duduk di sebelah Oline. "Regie kemana, Lin? Kok ga bareng kalian," tanya Kimmy.
"Biasa, lagi mabar dia sama Lily dan Ribka dikelas." Jawab Oline sembari mengaduk mie ayam yang tadi ia pesan. "Kimmy, boleh tukeran posisi tempat duduk, ga? Disini ga ada angin," ucap Erine yang sedari tadi ke takutan diperhatikan oleh Oline, menurutnya tatapan Oline sangat menakutkan.
"Tumben banget lo, Rin. Yaudah deh, lumayan bisa ngeliat wajah cegannya Oline dari deket" jawab Kimmy cengengesan. Kini Kimmy dan Erine telah bertukar posisi tempat duduk, yang dimana membuat Oline terlihat kesal dengan Erine yang sengaja ber pindah posisi. Ia dengan sengaja menyenggol sikut Nala yang tengah asik menyantap bakso, dan alhasil kuah bakso itu tumpah mengenai seragam yang tengah Nala kenakan.
"Aduh, lo ngapain sih, Lin. Grasak- grusuk banget jadi orang! Sekarang liatkan baju gue jadi kotor" pekik Nala kesal. "Yaudah ambil tisu gih di meja depan," titah Oline, akhirnya dengan rasa kesal, ia beranjak dari tempatnya dan mengambil kotak tisu dimeja depan. Oline pun bisa bergeser kembali berhadapan dengan Erine.
"Ni orang apa-apa sih! Ngapain lagi kakinya pake segala ngelus-ngelus kaki gue. Sengaja banget kayaknya, rasanya pengen banget berdiri dan lempar muka dia, pake kuah panas ini" gumam Erine dalam batinnya.
•••
Bel pulang sekolah pun berbunyi, kini Erine dan teman-temanya, mulai beranjak keluar dari kelasnya. Mereka hari ini sudah janjian ingin pulang bersama, Oline yang sudah keluar kelas lebih dahulu, menunggu Erine diparkiran.
Eumm!
"Lah, Erine kemana? Perasaan tadi ada disebelah Lo deh, Kim" heran Aralie, "iya, tadi juga tuh orang disebelah gue. Napa sekarang ilang ya tuh bocah." Sahut Kimmy seraya menengeok kekanan dan kekiri.
"Yaudah lah, kita tinggal aja. Males kalo harus nunggu dia lagi," ajak Aralie.
"Apaan sih lo, Lin. Kenapa sih kerjaannya gangguin gue mulu? Gara- gara lo, sekarang gue ditinggal sama mereka!" Pekik Erine seraya menghentakkan kakinya dengan kesal. "Maaf ya, dencerku yang cantik, dan yang paling bersinar dimataku. Mendingan kamu pulangnya bareng sama aa Oline aja"
"Idih, geli gue dengernya. Udah mending sekarang Lo pergi dari sini, tolong jangan ganggu gue!" Bentak Erine semakin kencang.
"Aduh galak banget sih, nanti imutnya ilang loh." Goda Oline.
"Udah pulangnya bareng aku aja ya? Janji deh, akan mengantar kamu hingga sampai tujuan dengan selamat tanpa lecet sedikitpun." Lanjutnya sembari mengangkat kedua jarinya.
Akhirnya tawaran Oline, diangguki oleh Erine dan mereka berdua segera menghampiri sepeda motor milik Oline. "Nih pake dulu helmnya, baru dibeli tuh sama, aku. Khusus buat kamu seorang" ucap Oline seraya menampilkan senyum manis. Lalu memberikan helm itu pada sang empu
"Ayo naik, Rin. Lama banget sih"
Namun nampaknya Erine kesulitan memakai helm tersebut. "Gasabar banget sih lo jadi orang!"
"Udah-udah sini, biar aku aja yang pasangin. Gini aja ga bisa, dasar bocil" merasa tidak terima dengan ucapan Oline barusan, dengan sengajanya ia memukul helm Oline dengan kencang. "Aduh, sakit Rine."
semoga suka!
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed with female dancers (Orine)
RomanceObsesi seorang gadis kepada penari perempuan yang secara diam diam Ia perhatikan. "Akan ku pastikan yang pantas di sampingmu hanyalah Oline manuel seorang" -Oline "Dasar cewek gila" -Erine