Sesampainya disebuah tempat gedung tua yang jauh dari pemukiman penduduk. Anggara meletakkan tubuh Erine diatas kursi hitam, dan perlahan melilit tubuh Erine dengan tali tambang. Yang dimana ia dapatkan dari teman, sekaligus orang yang tadi ia suruh mencari obat bius.
"Maaf dek. Mas terpaksa melakukan ini semua, Mas begitu mencintai kamu, rin. Dan Mas ga mau kehilangan kamu" gumam Anggara sembari menyelipkan uraian rambut Erine yang menghalangi wajah cantiknya.
Kedua mata Erine mulai perlahan ia buka, saat kedua mata Erine menatap kearah sekitar, ia begitu dikagetkan dengan tubuhnya yang sudah diikat dengan kencang. Dan yang paling bikin Erine kaget adalah pelaku dari penculikan dirinya itu, orang yang selama ini selalu ia anggap orang yang baik, dan sangat tidak mungkin melakukan cara licik seperti ini.
"Mas, apa-apaan ini, kenapa kamu ngelakuin ini? Lepasin aku sekarang, Mas! Oline pasti sekarang lagi panik nyariin aku."
"Bisa stop buat sebut nama orang itu ga? Aku benci sama orang itu, rin. Gara-gara dia hubungan kita sekarang hancur. Seharusnya sekarang ini kita lagi sama-sama bahagia rin, karena sebentar lagi pernikahan kita akan dilaksanakan. Tapi nyatanya jadi gagal, gara-gara dia kembali"
"Mas, tolong lupain aku ya? Kamu orang yang baik. Masih banyak perempuan diluar sana yang jauh lebih mencintai kamu, bahkan lebih dari aku."
"Tapi mereka semua ga ada yang kayak kamu, rin. Maaf kalo aku terlalu egois memikirkan diri aku sendiri, tapi Mas benar-benar ga bisa hidup tanpa kamu. Mas udah terlalu jatuh dalam pelukan kamu, sehingga buat ngelepasin kamu aja Mas ga sanggup."
"Maaf kalo aku ga bisa balas perasaan tulus kamu. Mas tadi bilang kan, kalo Mas sayang dan cinta sama aku? Ayo tunjukkan ke aku dengan cara mengikhlaskan." Anggara tersenyum miring, lalu bangun untuk berdiri, sembari menatap kedua mata Erine dengan tajam.
"Mengikhlaskan kamu bilang? Bagaimana bisa aku ikhlas kalau kamu dengan perempuan itu! Kalo kamu dengan laki-laki sih aku mampu. Tapi kalo dengan sesama perempuan, maaf rin aku ga rela"
"lagi juga aku bingung deh, kamu kok bisa sih secinta itu sama dia? Secara dulu dia telah menyakiti perasaan kamu. Dan yang perlu kamu ingat, aku kan yang berhasil nyembuhin hati kamu" lanjut Anggara. Erine menghela nafas beratnya, lalu kembali berujar dengan nada pelan.
"Semua itu ternyata hanya kesalapahaman sesaat, Mas. Maaf kalo aku terkesan mempermainkan hati kamu, atau bikin kamu sakit hati. Tapi, entah kenapa setiapkali aku mau mencoba untuk melupakan Oline semua itu ga bisa, Mas. Hati aku seakan-akan ga mengizinkan hal itu"
Anggara mengepalkan kedua tangannya dengan erat, dan mendekat kearah Erine untuk berjongkok di depannya. Tangan kekar itu membelai pipi kanan Erine dengan lembut, sesekali juga Anggaran memberi senyuman manisnya. Saat, Anggara membelai pipinya, Erine hanya dapat memalingkan wajahnya kesamping.
"Dek, kalo Mas aja ga bisa dapetin kamu, berarti si Oline, Oline itu juga ga berhak buat miliki kamu." Ujar Anggara menatap kedua mata Erine dengan lekat 'Oline, tolong aku'
•••
Hari telah berganti menjadi sore, sore ini awan mulai terlihat mendung. Oline segera bergegas pulang kerumah, karena sudah benar- benar rindu dengan sang kekasih. Ia juga tidak tega membiarkan Erine yang hanya seorang diri didalam rumah. Mobil yang Oline kendarai juga telah sampai tepat didepan pagar besi yang terbilang besar, satpam penjaga rumah segera berlari untuk membukakan pagar tersebut. Mempersilahkan sang pemilik rumah untuk masuk.
"Istriku, cantik. Aku pulang" ucap Oline dengan suara sedikit berteriak. Namun, sayangnya sang empu yang dipanggil belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Oline mencari-cari sang kekasih, mulai dari, dapur, kamar atas, hingga dalam toilet. Tapi keberadaannya tak kunjung ditemukan.
"Pak Agus, Erine kemana ya? Tadi saya cari-cari didalam dia ga ada. Apa tadi Erine bilang mau keluar?" Sang satpam keluar dari pos penjaganya dan berjalan mendekat kearah Oline.
"Maaf, non Oline. Dari tadi teh Bapak ga ngeliat tanda-tanda non Erine keluar rumah." Sahutnya dengan pelan "masalahnya, Erine ga ada didalam. Telponnya juga sudah saya hubungi dari tadi, tapi ga aktif" balas Oline dengan raut wajah cemas.
"Seharusnya Bapak lebih teliti lagi dong jaga rumah! Saya kan sudah mempercayakan tanggung jawab Bapak untuk menjaga, dan mengawasi rumah ini. Gimana kalo sampai terjadi apa-apa sama Erine"
"maaf non sekali lagi. Bapak benar-benar minta maaf, atas kecerobohan yang Bapak lakukan." Oline pergi dari tempat itu, tanpa mengatakan sepatah kata apapun lagi, dan segera menghubungi orang kepercayaannya, yaitu Riyan.
"Riyan, tolong cari tau keberadaan Erine ya. Saya benar-benar minta tolong sama kamu untuk temukan dia"
"baik boss, saya akan segera mencari non Erine"
"tolong kamu lacak juga nomor Erine, nanti kalo sudah ditemukan. Segera hubungi saya ya, Riyan"
"baiklah, saya harap boss Oline untuk tenang. Biar serahkan saja tugas ini semuanya sama saya, saya janji akan segera menemukan keberadaan non Erine"
Oline segera matikan panggilan telepon tersebut, sembari menunggu kabar dari Riyan didalam rumahnya.
'Aku harap kamu baik-baik saja sayang. Aku takut banget terjadi sesuatu hal sama kamu' gumam Oline dalam hatinya.
"Makan dulu ya rin, Mas suapin" kata Anggara sembari menyendoki makanan itu kearah bibir Erine, sang empu yang disendoki, menepis makanan itu dengan pelan. "Mas tolong lepasin aku! Tangan aku nyeri banget, Mas."
"Mas bakal lepasin kamu, kalo kamu janji satu hal sama, Mas. Untuk jauhi Oline" Erine membuang nafasnya kasar, lalu menatap wajah Anggara dengan tajam. "Aku ga akan pernah jauhi Oline sampai kapanpun! Dan sekarang terserah kamu aja deh Mas mau memperlakukan aku kayak gimana, yang jelas aku ga akan pernah mau menuruti permintaan konyol kamu itu." Sahut Erine dengan emosi.
"Terserah kamu sih, tapi jangan salahi Mas. Kalo nanti terjadi apa-apa sama Oline" ancam Anggara.
"Mas jangan coba macam-macam ya sama, Oline. Aku ga akan tinggal diam, aku bakal bikin Mas menyesal karena berani buat mencelakakan Oline"
"oke, silahkan saja kalo kamu bisa. Mas bakal tunggu balasan apa yang akan kamu lakukan." Balas Anggara tersenyum remeh memandang wajah Erine.
Semoga suka! Sorry ya kalo updetenya kelamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed with female dancers (Orine)
RomanceObsesi seorang gadis kepada penari perempuan yang secara diam diam Ia perhatikan. "Akan ku pastikan yang pantas di sampingmu hanyalah Oline manuel seorang" -Oline "Dasar cewek gila" -Erine