Sir Johannes adalah hantu. Dan kini hantu itu sedang mengobrol dengan hantu lain di kamar hotel Chan sementara ia mengemas barang-barangnya dibantu Ayah. Besok ia akan pulang ke Korea karena liburan telah berakhir. Percakapan mereka sedikit mengganggu Chan. Tapi diam-diam Chan mendengarkan juga.
"Kau leluhurku?"
Johannes -atau kini Chan memanggilnya Joshua- menganggukkan kepalanya lucu. Mirip mainan kucing di dashboard mobil Ayah, batin Chan menjerit gemas. Vernon tampak terkaget-kaget. Leluhurnya mengunjungi pemakamannya, lho. Sedikit merinding. Chan kalau jadi Vernon juga merinding, sih. Apa semua leluhur menyaksikan kematian kerabatnya?
"Kau mengenaliku, pasti karena Sophia"
Sophia sepertinya kerabat Vernon juga. Terbukti dari perempuan itu memanggil Vernon dengan nama Koreanya dan fakta bahwa Sophia mengenali Sir Joshua. Chan ingin ikut dalam obrolan dua 'bayang-bayang tampan' itu tapi Ayah ada di sini. Chan melirik pada keduanya yang tengah duduk di ranjang miliknya.
"Sophia senang melukis potret Anda, katanya visual Anda seperti dewa"
Keduanya terkekeh. Chan menangguk. Benar. Sophia memang punya selera.
Dari acara mencuri bisik-bisik percakapan leluhur dan penerusnya itu, Chan menyimpulkan kalau Sir Joshua adalah pria keturunan seorang bangsawan. Ayah Sir Joshua ikut dalam peperangan dan menikahi bangsawan lokal sebelum akhirnya kembali ke Belanda. Fakta lain, Sir Joshua bukan keturunan Korea. Lelaki itu fasih berbahasa Korea karena Ibu Vernon. Keluarga Vernon berada di garis keturunan Sir Joshua langsung, berbeda dengan Sophia yang berarti Vernon dan Sophia kerabat jauh.
Pertama kali keturunan Sir Joshua menikah bukan dengan orang Belanda, sehingga Sir Joshua sedikit tidak suka. Entah karena apa padahal dirinya bukan Belanda totok. Sir Joshua meminta maaf pada Vernon, lagipula waktu itu Sir Joshua sudah jadi hantu. Jadi, tidak suka pun hanya bisa dipendam saja. Ketidak-sukaan Sir Joshua ternyata juga dirasakan oleh keluarga Ayah Vernon yang lain. Apalagi dengan kendala bahasa dalam bersosialisasi dengan saudara-saudara Ayah Vernon.
Sir Joshua mulai berempati kala itu, ia bisa sedikit-sedikit berbahasa Korea karena mengikuti Ibu Vernon terus menerus. Apalagi, dulu Ibu Vernon bekerja mengajar les bahasa Belanda untuk anak-anak Korea. Jadi, serapan materi Sir Joshua lebih cepat dan mudah.
Setelah Ibu Vernon berpisah dengan Ayahnya, marga Vernon berganti jadi marga ibunya. Nama Koreanya juga jadi lebih sering digunakan. Semenjak itulah rasisme dan bullying di sekolah terjadi. Chan tidak menyangka kalau cerita Vernon bisa serumit ini.
"Dino?"
Chan terperanjat ketika Ayah menempelkan satu kaleng minuman dingin di pipi Chan. Tuan Lee terkekeh melihat ekspresi terkejut Chan dan tubuhnya yang oleng. Chan duduk di atas koper miliknya yang penuh. Trik supaya gampang di tutup. Kopernya sudah rapih ternyata.
Ayah duduk di lantai dan meminum minumannya sendiri. Lelaki itu tampak lebih santai dengan kaos dan celana pendek. Beberapa orang mungkin akan mengira mereka adik kakak. Chan sih senang saja kalau dianggap begitu, hitung-hitung ia juga mau merasakan peran kakak dihidupnya. Menjadi anak tunggal itu luar biasa kesepian. Tapi, Ayah selalu tidak suka kalau disebut sebagai kakak Chan. Dia ini sudah tidak muda lagi, dan Ayah suka jadi ayah Chan.
Ayah menyodorkan kaleng lain berisi susu pada Chan yang kemudian diterima dengan baik. Susunya hangat. Sedikit mengalihkan perhatian Chan dari dua hantu mega bintang di kamarnya.
"Tidak apa-apa kalau bolos sehari?"
Chan menggeleng. Besok harusnya sudah masuk sekolah lagi. Tapi memang urusan Ayah baru selesai sore tadi ketika Chan pulang dari kolombarium Vernon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dino and The Twelve Shadows
FantasyLee Chan terjebak dengan urusan 12 hantu yang mengikutinya semenjak ia kembali dari Belanda. Bayangkan, 12 hantu. Semuanya kini tinggal di rumah Chan dan mengganggunya setiap hari. Chan frustrasi!!!