Chan terbangun di tempat asing. Seperti tenda karena ada bagian yang melengkung sisi kiri dan kanannya dengan kemiringan 45°. Suara kayu yang bergemeletuk di lalap api terdengar. Chan melirik ke kiri dan ke kanan. Ada ranjang tipis terbuat dari besi yang sedikit karatan dan sepertinya hanya sanggup menampung satu orang.
Chan bangun dan terduduk. Memegangi kepalanya yang terasa sakit. Dapat ia rasakan perban melingkari kepalanya. Sedikit bingung karena menurutnya, tidak mungkin ia bisa lolos dari tembakan itu. Senapan itu ditembakan langsung di tengah-tengah dahinya. Tidak akan ada yang bahkan secara ajaib bisa bertahan.
Selain rasa sakit di kepalanya, tubuhnya juga terasa sangat sakit dimana-mana. Seolah ia habis dihantam kawanan gajah. Belum lagi rasa tidak nyaman seperti sedang demam melandanya.
"Sudah bangun?"
Chan melirik. Seseorang dengan baju yang ia tebak adalah seragam militer masuk dan menyapanya. Membawa satu kotak dengan lambang medis. Mungkin P3K. Chan makin bingung sekarang. Sebab, seragam itu bukan milik tentara Korea seperti yang Chan hapal sekarang. Baju itu polos dengan seragam krem dilapisi luaran hijau pekat.
"Kau terluka karena kemarin diserang mendadak," Tentara itu membuka kotak yang ia bawa dan mengeluarkan beberapa kain kasa. "Kau tertembak hampir saja, tapi kau terjatuh dan kepalamu terbentur berdarah"
Chan makin bingung sekarang. Lelaki di hadapannya ini terlihat tidak bisa berbahasa Korea dengan lancar. Terlebih lagi aksennya sangat aneh. Wajahnya juga tidak seperti orang Korea pada umumnya.
Chan melirik pada bagian baju yang biasanya dilengkapi dengan badge nama. Menyadari tatapan Chan lelaki itu terkekeh kecil.
"Kiraz. Namaku Kiraz."
"Aku tidak seharusnya disini"
Lelaki di hadapan Chan mengangguk cepat, "Ya, kau tidak seharusnya disini. Kau diantarkan pagi besok sekali ke barakmu"
"Barak?"
Lelaki itu merogoh sakunya, memberikan sesuatu ke tangan Chan. Lelaki itu kemudian memberikan sebuah kalung pada Chan. Bandulnya berbentuk lempengan besi dengan tulisan diatasnya. Chan tak bisa membacanya dengan jelas karena pencahayaan.
"Your dog tag, aku memeriksamu dan ada kau di barak orang Korea".
Barulah saat itu ia sadari. Baju seragam sekolahnya sekarang berubah jadi baju tentara juga. Sial, Apa ia terlempar ke masa peperangan?
"Lee Chan!"
Chan menoleh sekaligus. Mendapati Sir Joshua berlari ke arahnya. Menubruk badannya dengan keras. Chan terkejut dan refleks memejamkan matanya. Rasa sakit menjalar dipunggungnya dan kini ke seluruh tubuh. Suara jentikan jari terdengar bersamaan dengan kesadarannya kembali.
"MERUNDUK"
Namun, ketika ia membuka kembali matanya, ia lagi-lagi berada di situasi yang tak ia kenali. Desing peluru memekakan telinganya dari segala arah. Chan terbatuk karena debu berterbangan disekitarnya. Chan panik. Ia kenal tempat ini. Sering diliput di beberapa foto-foto buku sejarah.
Chan berada di parit tempat prajurit bersembunyi.
Chan dapat merasakan jantungnya kembali berdebar kencang. Di sisi kanan, orang dengan baju yang sama seperti yang dipakainya tengah memeluk senjata laras panjang sambil merapalkan sesuatu yang entah apa.
Di kirinya, orang dengan baju berbeda. Sama dengan orang di barak yang mengaku bernama Kiraz. Chan kebingungan sekarang. Rasa takut menghantuinya entah darimana.
"SERANG"
Para pasukan itu kemudian berbalik. Mulai membidik sesuatu dengan sigap. Suara bom dan peluru makin terdengar tak masuk akal untuk Chan. Chan menunduk dan menutup kedua telinganya. Sudah tidak bisa mentolerir suara-suara itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dino and The Twelve Shadows
FantasyLee Chan terjebak dengan urusan 12 hantu yang mengikutinya semenjak ia kembali dari Belanda. Bayangkan, 12 hantu. Semuanya kini tinggal di rumah Chan dan mengganggunya setiap hari. Chan frustrasi!!!