8. The Soap Opera II

397 65 15
                                    

Chan terbangun dan hari sudah mulai malam. Di sampingnya kini ada Vernon dan Seungkwan yang sedang berdebat sesuatu. Vernon tampak ngotot dengan alisnya yang menukik tajam dan Seungkwan yang tampak kesal sampai matanya membulat lucu.

"Kau hantu baru, mana tahu rasanya jadi hantu yang sudah lama hidup"

"Hantu sudah mati, apa maksudnya sudah lama hidup"

Seungkwan tampak sangat terkejut dengan penuturan Vernon. Chan terkekeh geli. Mereka tampaknya tidak akan akur sampai kapanpun. Chan paham, sih, sifat keduanya berkebalikan sempurna. Seungkwan yang banyak bicara, senang bergaul dan punya banyak cadangan energi senang-senang harus berhadapan dengan Vernon yang di pemakamannya saja tidak ada teman yang melayat.

"Pakai bahasa formal denganku, aku hyung-nya disini!"

"Tidak sudi"

Seungkwan kemudian menggerutu tidak jelas. Sementara Vernon sepertinya menyadari kalau Chan sudah bangun dari tidurnya. Hantu itu kemudian duduk di ranjang Chan dengan senang. Yang punya ranjang tak mau kalah, Chan bangun dari tidurnya dan meregangkan otot-ototnya. Mungkin terlalu banyak berbaring jadi sedikit pegal dimana-mana.

Vernon menatapnya lurus. Chan balik menatapnya seolah bertanya 'ada apa?', namun Vernon hanya menggeleng lembut. Chan mendengus kesal. Beralih pada Seungkwan yang masih menggerutu.

"Kalau kau terus mengoceh seperti itu aku semakin pusing, tahu"

Seungkwan memutar bola matanya malas, "Dia tidak mau memanggilku hyung dan bilang aku berbohong soal pengetahuan hantuku"

Seungkwan merebahkan dirinya di sofa. Chan menyentuh dahinya merasakan plester penurun demam masih tertempal di sana. Remaja Lee itu perlahan membuka plester yang menempel sudah sejak siang tadi. Takut kulitnya iritasi kalau terlalu lama.

Ia juga sepertinya sudah membaik. Tenggorokannya tidak terasa sakit lagi, dan peningnya sudah hilang. Chan melempar plester demam bekas itu ke tempat sampah dekat pintu kamar mandi. Untunglah masuk, kalau tidak ia harus berdiri dan memasukannya sendiri—Chan kalau sedang sakit agak sedikit pemalas.

"Memang Vernon meragukan informasi yang mana?"

Keduanya terdiam ketika Chan bertanya begitu. Mencurigakan. Chan menyipitkan matanya. Melihat keduanya dengan tatapan menuntut. Saat Seungkwan hendak menjawab tiba-tiba saja seseorang menerobos masuk ke dalam kamar.

Oh Seokmin.

Seokmin terengah-engah, "Lee Chan", Seokmin berusaha menetralkan nafasnya. Seungkwan menatap lelaki itu sedikit tak suka. Ia berdiri dan akan mengusirnya lagi kalau saja ia tak tiba-tiba berlutut menghadap Chan.

Chan yang kaget segera turun dari ranjangnya. Ikutan duduk berlutut dengan Seokmin.

"Tuan Oh, berdirilah" Chan memegang kedua bahu Seokmin. Memintanya untuk berdiri. Chan merasa sedikit tidak enak. Apalagi menyadari jejak air mata di pipi Seokmin dan betapa kalutnya lelaki itu sekarang sampai-sampai topi baretnya terlepas.

Seokmin kukuh berlutut di hadapan Chan. "Kumohon tolong aku, Lee Chan," Seokmin mencoba menenangkan dirinya sendiri agar ia bisa menyampaikan maksudnya dengan baik.

"Seungmin" Seokmin tak kuasa ia menangis lagi, "Jantung Seungmin berhenti berdetak"

Chan terkejut. Apa maksudnya ini? Chan dan Seungkwan saling pandang. Sebenarnya keduanya sering mendengar Seungmin pingsan di sekolah. Anak itu juga setahu Seungkwan jarang masuk karena sakit.

Dino and The Twelve ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang