Doctor Yoon Jeonghan
Military Hospital War and Peace, 1950.
---Suara dari radio membangunkan Chan. Guncangan lembut membuatnya tersadar dengan cepat. Suara orang bernyanyi dan bau kopi menyapa inderanya.
Chan memperhatikan sekelilingnya. Ini interior mobil Ayah. Di depannya ada dua pria yang tengah ikut menyanyi dengan senang. Yang satu tentu saja Ayah, karena ia tidak akan mungkin membiarkan orang lain mengendarai mobilnya.
"Ayah"
Chan bisa mendengar suaranya sendiri yang sangat serak. Efek baru bangun tidur. Ayah menoleh sebentar sambil tersenyum. Kemudian lelaki di kursi penumpang juga menoleh. Itu Paman Minkyu. Menyodorkan satu bungkus cemilan kesukaannya.
So we sailed on to the sun
Till we found the sea of greenChan menerimanya dengan senang hati. Memandang ke luar jendela yang menampilkan jalanan yang ramai. Hari yang cukup cerah. Chan ikut bersenandung sebab lagu ini jelas ia sudah hafal di luar kepala.
"Lee Chan"
Chan melihat sekitar. Ayah dan Paman Minkyu masih asik bersenandung. Berarti tidak dari mereka yang memanggilnya. Chan memastikan lagi. Melongok ke bagasi namun tidak ada siapa-siapa. Chan mengernyit. Mungkin halusinasinya.
Chan kembali menikmati kudapan dipangkuannya. Sesekali ikut bernyanyi lalu tertawa ketika Paman Minkyu bernyanyi dengan sumbang karena jelas saja ia penyanyi yang buruk.
"Lee Chan melompatlah"
Chan terkesiap ketika suara itu makin terdengar jelas. Ayah meliriknya bingung. "Kenapa, Nak?"
Chan menatap Ayahnya panik. Namun kemudian bingung sendiri. Tidak mungkin ia bilang ada suara yang menyuruhnya melompat. Bisa-bisa Chan dianggap gila.
"Tidak ada apa-apa"
Ayah terdiam ragu. Lalu kemudian mengangguk saja. Kembali memfokuskan dirinya kepada kemudi. Chan di belakang melirik sekitarnya dengan waspada. Mecoba melupakan yang baru saja terjadi.
"Bagaimana dengan persiapan sekolahmu, Jungchan?"
Chan melirik Paman Minkyu, "Ah, ya" Chan gelagapan. "Hampir selesai, tinggal membeli perlengkapan sekolah saja"
Paman Minkyu mengangguk mengerti. Lalu Ayah mengoceh kemudian, memperingatkan agar Kakaknya itu tidak sembarangan membelikan Chan peralatan sekolah. Chan mendengarkan saja.
Ayah bilang kalau dia akan membelikan Chan sepeda saja karena tidak mungkin mengantar jemputnya setiap hari. Lalu tidak mungkin juga membiarkannya naik kendaraan umum. Sekolahnya cukup dekat.
"Tak terasa sekarang kau sudah mau masuk SMA, Jungchan"
Chan tersenyum. Benar juga. Tak terasa kalau ia akan segera mengganti seragam yang digunakan sehari-hari mulai beberapa minggu ke depan. Chan sudah memilih tempat ia akan menyelesaikan sekolahnya. Di SMA yang sama dengan yang Ayah tempuh dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dino and The Twelve Shadows
FantasyLee Chan terjebak dengan urusan 12 hantu yang mengikutinya semenjak ia kembali dari Belanda. Bayangkan, 12 hantu. Semuanya kini tinggal di rumah Chan dan mengganggunya setiap hari. Chan frustrasi!!!