"Aku tidak berniat membunuhnya"
Sepertinya semuanya jadi merumit sekarang. Chan sedikit meringsut. Tidak nyaman dengan apa yang terjadi sekarang. Kejadian di teater tadi terputar kembali di kepalanya. Vernon yang menyadarinya, dengan lembut membelai rambut Chan. Sedikit berusaha membuat anak itu tenang.
Chan menghela nafas panjang. Iya. Chan ingat siapa hantu di depannya. Ia adalah Oh Seokmin yang berada di mimpinya ketika ia bermimpi mengambil gitar Junhan dirumahnya. Kalau bertanya-tanya soal gitarnya, hal yang Chan alami betulan hanya mimpi. Gitar itu sudah ada di tangan Junhan ketika mereka berpapasan di sekolah. Junhan bilang, sopir Seungmin mengirimnya ke rumah karena hari ini anak itu absen.
Sekali lagi Sir Joshua menampar hantu itu. Seungkwan meringis. Tampan begitu ternyata tempramen. Tapi sialnya malah kelihatan seksi. Apalagi ketika jemarinya menyugar rambutnya yang Seungkwan tebak berwarna pirang alami.
"Yak, kenalanmu betulan bar-bar"
Chan hanya tersenyum tipis. Ia sebenarnya tidak pernah melihat Sir Joshua yang seperti ini. Mungkin juga karena pertemuannya dengan Sir Joshua bahkan tidak sampai seminggu. Vernon terlihat sama terkejutnya. Matanya membola meski wajahnya masih begitu-begitu saja.
Si hantu asing—atau mungkin kalau Chan tak salah mengingat berarti namanya Seokmin—menatap Sir Joshua dengan mata yang berkaca-kaca. Bibirnya mengerucut. Sedikit membuat si hantu Eropa jijik. "HUAAAAAAAAA" Dalam beberapa detik hantu itu menangis keras. Memekakan telinga semua orang yang ada di ruangan itu tak terkecuali Chan. Suaranya seperti suara pekikan lumba-lumba.
"YAAKKK PANGERAAANN HENTIKAN TANGISANNYA"
Seungkwan berteriak pada Sir Joshua. Sedikit kesal karena lelaki itu malah membuat keributan tidak perlu. Chan menutup kedua telinganya dengan tangan. Vernon refleks ikut menutup telinga Chan. Tangannya bertumpukan dengan tangan Chan, yang terasa lebih hangat.
"YAK?!"
"KAU TAMPAN TAPI JAHAT SEKA-"
Sir Joshua tak tahan. Ia dengan terburu membekap mulut si hantu itu. Mengunci pergerakannya dengan mengimpit leher si hantu dengan lengan kirinya. Seungkwan buru-buru mengetes pendengarannya. Takut telinganya rusak. Dia tidak mau, ya, jadi hantu budeg!!
"Kalau kau menangis lagi," Sir Joshua mengencangkan kuncian lengannya yang membuat si hantu asing berteriak tertahan. Tangan dan kakinya yang diikat memberontak. "Kupatahkan lehermu, ku buat jadi sop buntut"
Hantu itu menggeleng kemudian mengangguk. Menyerah. Sir Joshua menghitung sampai lima dan melepaskannya perlahan. Si hantu asing terbatuk dan mengambil udara banyak-banyak. Saat ia mulai tenang, terdengar sedikit suara sesegukan dari hantu itu. Seungkwan merasa ngeri sekarang. Sepertinya pepatah 'jangan menilai buku hanya dari luarnya' harus ia pegang teguh. Siapa sangka tubuh sekecil itu bisa membuat lelaki dengan otot dua kali lebih besar, dada bidang dan lebih tinggi darinya menangis.
"Katakan kenapa kau menculik Chan ke mimpi?"
Chan masih terdiam. Selain masih lemas ia juga membiarkan saja Sir Joshua menangani semuanya. Sedikit terbuai juga dengan presensi Vernon yang masih terasa sejuk dan elusan di kepalanya yang nyaman.
"Dia duluan yang memukuli keturunanku"
Sir Joshua memutar bola matanya malas. Jawaban yang sama yang ia dapatkan selama sejam ini setelah berhasil menangkap hantu itu. Chan menghembuskan nafasnya panjang. Kalau keturunan yang dimaksud adalah Seungmin, maka hantu itu salah paham. Tangan Sir Joshua hampir saja kembali mengenai pipi hantu Seokmin kalau Chan tidak segera berucap.
"Tuan Oh sepertinya salah paham, aku tidak memukuli Seungmin"
Semua hantu di ruangan itu kini memandang Chan. Tak terkecuali si hantu yang kini terikat tangan dan kakinya. Mata hantu itu membulat, Chan berasumsi kalau itu betulan Seokmin dilihat bagaimana hantu itu kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dino and The Twelve Shadows
FantasyLee Chan terjebak dengan urusan 12 hantu yang mengikutinya semenjak ia kembali dari Belanda. Bayangkan, 12 hantu. Semuanya kini tinggal di rumah Chan dan mengganggunya setiap hari. Chan frustrasi!!!