Special Ghost-sode: What If...

480 45 12
                                    

What if everything happened only on Chan's dream?(Mature Content Warning!)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

What if everything happened only on Chan's dream?
(Mature Content Warning!)

---

"Sayang?"

Chan mengerjapkan matanya pelan ketika dirasa seseorang menepuk pipinya pelan. Pandangannya sedikit buram. Butuh beberapa kali untuk akhirnya ia bisa menyadari kalau ada seseorang di atasnya.

Chan membulatkan matanya. Kemudian bangun dengan sekaligus dan mendorong lelaki yang menindihnya dengan kencang. Lelaki itu mengaduh keras karena terkena pilar ranjang yang menonjol.

"SAYANG?"

Chan menunduk hanya untuk melihat kalau dadanya kini tereskpos. Lelaki Lee itu dengan terburu menutup dadanya dengan selimut. Cepat-cepat mengintip bagian tubuhnya yang lain. Tidak ada yang kurang, hanya bajunya yang menghilang.

"Aku salah apa, sih?"

Lelaki di ujung ranjang itu masih mengaduh karena sisi pinggangnya terkena hiasan ranjang. Chan menyipitkan matanya. Penglihatannya sedikit tidak jelas karena tidak pakai alat bantu.

Namun rambut berwarna cokelat dan gerutuan dalam Bahasa Inggris itu tentu saja khas yang tak akan bisa Chan lupakan dengan mudah. Chan sedikit memajukan tubuhnya. Kembali terkejut melihat lelaki itu betulan orang yang ia kenali.

"VERNON"

---

"Jadi kita pacaran?"

Vernon menatap Chan dengan sangsi, "Tunangan, yes"

Vernon mengusak rambut Chan yang masih basah dengan handuk. Mengeringkannya seperti kebiasaan mereka setiap hari. Jadi Chan dan Vernon sudah tunangan. Ingatan-ingatan soal keduanya masuk ke kepala Chan begitu saja.

Lamaran Vernon di Sapporo ketika malam natal. Bunga, coklat. Restoran-restoran yang mereka kunjungi. Pantai dan gunung yang mereka singgahi. Cincin yang diganti dengan sepasang tato bergambar garis merah sederhana dijari keduanya. Chan mengintip jarinya. Benar. Ada tato disana.

Sial. Apa itu cuman mimpi, ya?

Mimpi absurd yang terasa nyata itu sepertinya benar-benar mempengaruhi dirinya pagi ini. Vernon menyelesaikan pekerjaannya dan menjauhkan tangannya dari rambut panjang Chan yang sudah mengering. Mengecup ujung kepalanya dengan sayang.

Vernon beranjak dari sofa. Sedikit kesulitan karena kakinya mengungkung Chan dan lelaki itu tak mau mengalah dengan sedikit saja menggeser tubuhnya. Chan masih dengan pikirannya. Masih tidak bisa menerima kalau itu semua cuman mimpi.

"Kau mimpi apa, sih?"

Vernon duduk di samping Chan. Merapikan sedikit rambut kekasihnya yang berantakan itu. Vernon sudah beberapa kali bilang kalau rambut Chan lebih baik dipotong saja. Tapi katanya sudah nyaman begitu. Enak diikat.

Dino and The Twelve ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang