Bagian:17

3.6K 357 8
                                    

Happy Reading

"Ayah bohong kan?"ucap Christy tak percaya,  Christy berharap apa yang ia dengar adalah salah, dan apa yang Cio, ayahnya ucapkan adalah salah. Christy berharap apa yang ia dengar keluar telinga kiri.

"Tidak, kamu tidak salah dengar, dan saya juga tidak salah ngomong"ucap Cio penuh keseriusan, seakan bisa membaca pikiran Christy.

Harapan Christy dipatahkan,  nyatanya apa yang didengarnya benar, apa yang Cio ucapkan benar, dan nyatanya ucapan itu tak keluar melalui telinga kiri, melainkan menembus hati.

"Kamu dengar ini baik-baik, saya akan menjelaskan secara detail"

Christy berusaha menahan tangisnya, menahan air mata yang memaksa keluar dari kedua matanya, berusaha agar fokusnya tak terpecah meski pikirannya kacau saat ini.

"Ibumu, adalah adik Shani, untuk identitas ibu kandungmu saya tak akan memberitahu kamu, dia yang sedang hamil saat itu hendak meninggalkan ibu kamu, setelah diberitahu bahwa ia sedang mengandungmu mereka berdua membuat perjanjian, jika yang lahir adalah anak laki-laki maka mereka akan tetap bersama"ucap Cio panjang lebar, Cio tampak memerah wajahnya saat menceritakan ini, bisa ditangkap oleh indra penglihatan Christy.

"Kalo anaknya perempuan?..."tanya Christy dengan nada bergetar, air matanya perlahan jatuh, memaksa keluar dari kedua matanya.

"Jika yang lahir bukan laki-laki maka dia akan meninggalkan ibumu, dan itu telah terjadi, beberapa jam setelah melahirkanmu, ibumu meninggal"lanjutnya.

Tangis Christy pecah saat itu juga, rasa sesak menghimpit dadanya, sakit, sakit sekali rasanya, air matanya bercucuran membasahi wajahnya, hatinya menolak kebenaran yang sudah jelas. Christy akhirnya tahu mengapa ia diperlakukan berbeda, meski mereka masih saudara, tapi mungkin saja ia adalah penyebab kematian ibunya.

Cio tampak tak ingin mengganggu Christy yang sedang menangis, air matanya begitu deras disertai isakan dan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Saat ini Cio pun tampak lelah, ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya, meninggalkan Christy tanpa sepatah katapun, kini, Christy benar-benar ditinggalkan, Christy benar-benar sendiri.

•••

"Permisi, ini makanan untuk pasien"

Suster membawa piring berisi nampan yang berisi makanan khas untuk orang yang sedang sakit.

"Makasih sus, di taruh disitu aja"ujar Chika.

Zee menghela nafas dalam sudah tiga hari ini ia memakan makanan yang sama untuk 3 kali dalam sehari.

"Kamu makan dulu ya dek"ujar Chika mengambil makanan di nampan.

"Gak ah kak, aku bosen"

"Gak boleh gitu, ini terakhir kamu di rumah sakit, besok kan pulang"

"Gapapa, sedikit aja"

Chika membujuk Zee agar mau memakan makanannya, dan Zee, akhirnya mengiyakan meski butuh waktu lama.

"Christy mana sih! Udah dicariin takut kenapa-kenapa malah gak ada sampe sekarang, gak tau terima kasih banget"celetuk Zee di sela-sela makan.

Malaikat Kecil,Christy! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang