Bagian:24

3.8K 353 6
                                    

Attention!

Untuk teman teman yang membaca WP ini untuk tidak nge-up WP ini ke tiktok atau sosmed lain ya terimakasih 🙏

Happy Reading

"Kanker lambung dok?" Ucap Chika mengulangi pernyataan dokter.

Chika menatap dokter tak percaya,  juga berkali-kali meminta pernyataan ulang berharap telinganya salah dengar. Namun ternyata tidak, apa yang ia dengar adalah kebenaran, kebenaran yang tidak bisa di terima.

Saat itu detak jantungnya terasa seperti berhenti berdetak, rasa takut mengalir pada dirinya bagaikan darah.

Chika meremas celana yang ia kenakan, pikiran Chika saat itu, Chika harus memberitahu orang tuanya tentang keadaan Christy, untuk saat ini Chika menata perasaannya untuk mendengarkan lebih lanjut penjelasan dokter.

"Tapi... Sejak kapan dok?" Tanya Chika dengan wajah ketakutan.

"Untuk sejak kapan pasien terkena kanker ini kami belum mengetahui, tapi dari hasil pemeriksaan pasien sudah stadium lanjut"

Pandangan Chika kosong, Chika mengepal tangan kuat-kuat, bingung, ada sedikit rasa takut dihatinya, tidak sebenarnya tidak sedikit, Chika memang sangat takut.

"Apa ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit serupa?" Tanya dokter memecah lamunan Chika.

"S.. saya kurang tau dok"

"Baik kalau begitu kami akan memberikan penanganan lebih lanjut pada pasien, untungnya pasien segera di bawa kemari karena pada umumnya penderita kanker hati hanya terdiagnosa ketika stadium akhir yang membuat peluang kesembuhan semakin menipis" ucap dokter panjang lebar.

"Berikan yang terbaik untuk adik saya dok. Tolong!" Ujar Chika memohon, wajahnya kini sudah tak bisa menyembunyikan keadaan hatinya.

"Akan kami usahakan, kamu dan keluarga bantu do'a" Ujar dokter tersenyum ramah.

"Saya permisi dok. Mari"

"Mari"

Chika memutar kenop pintu lalu keluar dari ruangan dokter, Chika menyandarkan tubuhnya yang lemas lalu duduk di kursi yang berada tepat di depan ruangan dokter.

Chika menyandarkan tubuhnya, setetes demi setetes air keluar dari pelupuk matanya, Chika merunduk menutup wajahnya lalu mengusapnya .

Ingatannya berputar membawa memori-memori kejam, tindakan-tindakan jahatnya pada Christy.
Semakin mengingatnya, semakin besar rasa bersalahnya. Yang Chika pikirkan, bukan menangis yang harus ia lakukan, tapi mengupayakan berbagai cara untuk kesembuhan Christy.

Namun, rasa sedih dan rasa bersalahnya tak mengizinkannya untuk menahan semua emosi yang bersatu padu dalam hatinya.

"Maafin aku Christy..." Gumam Chika dengan nada suara bergetar.

Chika tumpahkan semua air mata nya sebelum ia menghadap Christy, Christy butuh seseorang untuk menguatkannya bukan untuk di ajak bersedih bersama.

Dirasa sudah cukup untuk menangis, keadaan hatinya sudah cukup membaik, Chika berjalan menuju toilet untuk merapikan dirinya, mencuci wajahnya yang terlihat sembab karena menangis.

Malaikat Kecil,Christy! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang