Bagian:23

3.8K 348 11
                                    

Happy Reading

Hari ini sekolah seperti biasa, di cuaca yang mendung ini, tuhan seakan sedang menggambarkan suasana hati Zee pasca terjebak dalam pertengkaran hebat orangtuanya tadi malam pada penduduk bumi, meski tak ada yang peduli. Untungnya, hari ini hari terakhir sekolah sebelum diliburkan.

Zee tidak ingin mengingat-ingat kejadian yang membuat kepalanya sakit, tapi reka adegan tadi malam masih terekam jelas di kepalanya. Butuh waktu untuk bisa melupakan.

Chika memutuskan untuk tidak kuliah hari ini, menitipkan absen pada temannya adalah kebiasaan Chika selama dua hari kebelakang. Niatnya hari ini Chika akan masuk, tapi karena kondisi bundanya yang sedang sakit tidak memungkinkan Chika untuk pergi meninggalkan rumah selain itu, ia juga anak pertama yang membuatnya memiliki tanggung jawab pada adik-adiknya.

"Zee..." Chika mengetuk pintu kamar.

"Iya..." Tak perlu menunggu lama, Zee langsung membukakan pintu.

Zee keluar dengan wajah yang tampak sedih tertunduk dan seragam yang ia kenakan asal.

"Masih sedih?..." Chika mengangkat kedua tangannya dan menempelkannya pada kedua pipi Zee agar Zee menatapnya, namun mata Zee menghindarinya, ia mengalihkan pandanganya pada objek lain.

"Sarapan dulu yuk... Abis itu berangkat sekolah, besok kan udah mulai libur" Chika menggenggam tangan Zee membawanya turun menuju meja makan namun Zee menahannya.

"Aku harusnya gak izin buat pergi liburan semalem, gara-gara aku ayah sama bunda jadi berantem" Zee menatap kosong ke depan melepaskan genggaman Chika dari lengannya.

Chika mencoba menghadapkan wajah Zee ke wajahnya dan mencoba agar Zee menatapnya. Chika menjatuhkan kedua tangannya di pundak Zee.

"Mungkin ayah cuma lagi banyak masalah aja di kantor makanya dia akhir-akhir ini sensian"

"Gapapa kita gak ke Bali yang penting kita main bareng bertiga" ucap Chika sembari mencubit kedua pipi Zee.

"Ihh..." Zee menepis kedua tangan Chika, anak itu cengengesan melihat adiknya yang berwajah masam kini berubah menjadi kesal.

"Ayo deh kita sarapan dulu" ujar Chika menarik lengan Zee.

Chika dan Zee menuruni tangga menuju meja makan, begitu sampai mereka hanya mendapati Shani di meja makan.

"Kok bunda disini?" Tanya Chika heran.

"Emang gaboleh bunda sarapan sama anak-anak bunda?" Shani kembali bertanya, disertai senyuman semanis coklat.

"Bukan gitu... Kan bunda lagi sakit"

"Bunda gapapa kok..." Ujar Shani mencoba meyakinkan.

Chika mengangguk mengerti begitupun dengan Zee.

"Ayah mana?." Tanya Chika menarik kursi untuk ia duduki.

"Ada di ruang kerjanya, abis begadang mungkin." Jawab Shani, memasang ekspresi seperti biasa, wajah yang selalu menenangkan setiap orang yang menatapnya. Itulah yang dirasakan Chika dan Zee setiap harinya. Tapi mungkin tidak bagi Christy.

Chika dan Zee mengerti dengan keadaan saat ini, jadi mereka tak memaksakan kehendak mereka bertanya tentang Cio pada Shani, setidaknya untuk saat ini.

Malaikat Kecil,Christy! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang