13

1.4K 65 0
                                    


Pagi ini hujan turun mengguyur kota Jakarta, udaranya menjadi sedikit dingin. Gadis itu menarik selimutnya sampai seluruh badannya tertutupi selimut. Suara rintik hujan semakin membuat gadis itu enggan bangun dari tidurnya.

Bahkan suara ketukan pintu dari kamarnya tidak ia hiraukan, beberapa telpon masuk juga tidak membuatnya bangkit dari tidurnya.

“aalaamaaakk ini si Salma ga bangun-bangun dari tadi, ku telpon juga ngga diangkat. Awas aja ya kalau dia nanti bangun terus ngamuk ngamuk, padahal udah ku bangunin" gerutu Novia yang sedari tadi mencoba membangunkan Salma, tetapi nihil, usahanya tidak berhasil. Salma tidak juga bangun dari tidurnya, sepertinya gadis itu sangat larut ke dalam mimpinya.

“Ah mending aku duluan lah, nungguin dia lama,  dia itu tidur apa mau berhibernasi! Ah, awas aja dia cari-cari aku nanti. Dia yang minta berangkat bareng malah dia yang ga bangun-bangun,” Novia tidak henti-hentinya menggerutu kesal, ia lelah sendiri jadinya menunggu gadis itu, ia memilih meninggalkan Salma yang masih larut dalam tidurnya.

____

“Loh...” Novia terkejut melihat Dimas yang saat ini sedang berdiri di depan teras.

Seketika Novia teringat apa yang di katakan Syarla tadi malam, melalui ponsel.“Sejak kapan kau di sini? bukannya kata Salma kau lagi ada di Bandung?” tanya Novia dengan ketus, ia melirik Dimas dengan tatapan sinis.

“Iya, ini gue baru aja balik dari Bandung, langsung kesini mau jemput pacar kesayanganku nop.” balas Dimas dengan senyum yang semakin membuat Novia merasa geli. Ia ingin muntah sekarang juga.

Idih pengen muntah aku dengernya, ucapnya dalam hati.

“Salma lagi siap-siap?” tanya Dimas .

“Dia masih tidur ... ku bangunin dari tadi ga bangun-bangun, mending kau cabut dari sini!” Novi mendorong badan Dimas, ia... mengusir paksa.

“Tapi nov, ah ku tungguin dia sampai bangun.” Dimas menolak, badannya terus mencoba menahan dorongan dari Novia.

“Udah pergi aja kau, nanti yang ada kita berdua telat ke kantor, urusan Salma itu biar aku aja. Kau pergi dulu aja sana hus... hus...” Novia mengibaskan tangannya bermaksud mengusir.

Si Novia kenapa pagi-pagi udah marah-marah aja, batin Dimas.

Dimas pun dengan terpaksa menuruti ucapan Novia, ia lalu pergi masuk kemudian melajukan mobilnya. Sebenarnya ia juga takut telat, dan menjemput gadis itu hanya formalitas saja. Entahlah, sejak kapan rasa cintanya untuk gadis itu, ia rasa juga sudah mulai berkurang.

Setelah melihat Dimas pergi, Novia pun segera menaiki mobilnya dan meninggalkan halaman rumah.

***

Hujan sudah mulai mereda, matahari sudah menampakan cahayanya. Cahaya matahari menembus masuk melalui sela-sela tirai jendelanya. Ia perlahan mengerjapkan matanya, kemudian meregangkan otot-otot badannya.

"hooaaam" Salma menggeliat merentangkan kedua tangannya.

Kemudian ia menegakkan badannya untuk bersender pada dipan kasur, tangannya terulur meraih segelas air putih yang berada di atas nakas lalu menenggaknya. 

Salma menarik nafasnya dan menghembuskan nafasnya pelan, pandangannya kosong menghadap ke depan. Ia sedang melamun, mengingat isi mimpinya.

Salma kembali bermimpi, ia bermimpi bertemu Rony. Di Mimpinya ia tidak sengaja melihat Rony sedang mengaji.  Suaranya terdengar sangat indah dan merdu,  pelafalannya juga sangat bagus.

Salma menarik kedua sudut bibirnya, hidungnya kembang kempis, dia salting sendiri mengingat mimpinya. Sebab, lantunan ayat suci Al-Quran yang keluar dari mulut pria itu serasa nyata. Ah! Sungguh ... Ia rasanya tidak ingin bangun.

Masih di HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang