35

1.9K 91 3
                                    


Malam yang dingin setelah di guyur hujan, kini sudah berganti menjadi pagi yang cerah. Matahari pagi ini bersinar sangat terik dengan suhu yang terasa panas, membuat badan Salma terasa gerah dan lengket. Namun rasa gerah tidak juga membangunkannya dari tidur. Matanya masih sangat mengantuk.

Dering handphone berkali-kali berbunyi, menggangu tidurnya. Salma membuka sedikit matanya dan melirik pada jam digital miliknya yang terletak di atas nakas.

baru juga jam sembilan, batinnya.

Ia ingat betul, hari ini tidak ada jadwal kerja, alias hari libur. Dan hari ini mau ia jadwalkan untuk bermalas-malasan, tidur sampai siang hari, lalu nonton Netflix, sambil maskeran, dan sore harinya, ia akan pergi berolahraga ke taman, untuk mengurangi berat badannya, sekaligus menyembuhkan hatinya.

Karena katanya, lari bisa menyembuhkan patah hati. Apa benar? Ah ia tidak tau, yang pasti ia merasa lebih baik dari sebelumnya.

Dering telepon tersebut sempat berhenti beberapa saat, namun tidak lama, kembali berdering.

Tangannya meraba nakas dan meraih handphone-nya.

"Siapa si, pagi-pagi ganggu aja." gumam Salma dengan mata yang sangat berat untuk terbuka.

"Halo?" Katanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"ck...ck...ck... belum bangun lu?" Salma terdiam sebentar, ketika sebuah suara yang ia kenal menjawab. Salma menjauhkan ponselnya dari telinganya, dan membuka sedikit matanya untuk memastikan siapa yang sedang menelponnya. Dan benar, yang menelponnya adalah si pria menyebalkan.

Salma tidak menjawab. Ia lalu menguap.

"Bangun, Sal..." ujar Rony dengan lembut.

"Emang ada apa sih Ron? Kan bisa lewat chat." Sahut Salma.

"Kalo ga di telpon, yang ada lu ga bangun-bangun, Salma..." Ucap Rony geregetan. Sepertinya gadis itu lupa tentang apa yang di ucapkannya kemarin.

"Cepet bangun! Lu lupa? Hari ini Lu harus belajar.... Hacihh! ...nyetir sama gue." Ujar Rony tiba-tiba tak sengaja bersin.

"Hah?" Ucap Salma bingung, karena suara Rony tidak terdengar jelas di telinganya.

"Bangun, habis itu lu mandi, ganti baju, terus turun. Gue udah nungguin lu di depan," ujar Rony.

"Di depan?" Gumam Salma, Salma membuka matanya perlahan.

"Iya... Sal. Lu turun atau gue samperin lu ke kamar?"

Seketika rasa kantuknya hilang, berubah menjadi panik.

"Ron! Aaargh Lo ngapain sih, mending lo pulang deh Ron! Ganggu gue aja Lo! Pulang sana!" Ujar Salma emosi, ja kesal akibat rencana untuk tidur sampai tengah harinya terganggu.

"Ga, udah cepetan, lu mandi... terus siap-siap. Gue nungguin di bawah." Putus Rony.

"Ron tapi–"

'Tuutttt

Belum selesai Salma ingin protes, Rony dengan cepat memutuskan sambungan teleponnya.

Salma mendengus kasar, dengan terpaksa Salma bangun dari tidurnya. Dan menyiapkan dirinya untuk segera mandi. Ah, ia sangat tidak suka jika ada seseorang yang sedang menunggunya, karena hal itu harus membuatnya terburu-buru.

Bukan tanpa sebab, Rony memang sengaja membuat gadis itu kesal padanya. Agar kecanggungan yang pernah ada di antara mereka tidak ada lagi. Ia akan kembali ke dalam mode asalnya ketika bersama Salma. Yaitu, mode menyebalkan, namun juga bisa bersikap manis dan perhatian di waktu yang tepat.

Masih di HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang