Novia telah menyelesaikan sarapannya, sebelum beranjak, ia bertanya lagi pada Salma,"Sal, kau beneran tak mau berangkat bareng aku? Biar sekalian ku antar sama Syarla."
Salma menggelengkan kepalanya, "Nggak nop, lo duluan aja sama Syarla. Gue bisa sendiri kok,"
"Beneran kak Salma?"
"Iyaa, Syar. Udah sana kalian duluan aja. Gue bisa nyetir sendiri, lagian gue belum siap-siap, nanti yang ada lu berdua telat gara-gara nungguin gue." Ujar Salma
"Oh ya sudah lah, hati-hati lah kau nanti bawa mobilnya. Biasanya kan kau di setirin hahaha ..." Seloroh Novia, sementara Salma menatapnya dengan malas.
"Kalau bisa ganti mobil sih ya kak Salma, biar ga ke inget lagi, soalnya itu mobil pasti banyak kenangannya," timpal Syarla kemudian ikut beranjak dan berlari menyusul Novia.
"Heh! Lu berdua!" Seru Salma kesal, ingin sekali rasanya ia lemparkan roti di tangannya pada kedua sahabatnya itu.
——————
Kini jam menunjukkan pukul 08.05. Salma baru saja selesai bersiap untuk pergi ke kantornya, dengan pakaiannya yang simple, hanya menggunakan celana cargo, baju kemeja, dan pashmina kaosnya.
Sebenarnya, ia baru saja memakai hijab pashminanya sekarang, setelah beberapa bulan bekerja menggunakan hijab segiempat. Itu pun terpaksa, karena hijab segiempat nya yang belum ia setrika dan pastinya akan membuatnya semakin terlambat, jika harus merapikan hijab yang kumal terlebih dulu. Ya, beruntungnya ia bekerja di sebuah perusahaan advertising, jadi tidak perlu memakai pakaian formal, cukup kreatifitas saja yang digunakan.
Salma kemudian turun dari tangganya dengan tergesa-gesa, ia juga baru teringat hari ini ia akan bertemu klien untuk membahas tentang penulisan produk yang di minta oleh kliennya.
Baru ia akan membuka pintu, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Salma lalu melangkahkan kakinya dengan mengendap-endap mencoba mengintip dari balik tirai jendela. Huh ..., ia bernafas lega, ternyata bukan Dimas. Salma lalu membuka pintunya.
Ia mengernyitkan alisnya,"elo ngapain ke sini? Bukannya ke kantor, malah mampir ke rumah gue." ucap Salma lalu membalikkan badannya dan menutup pintu rumah.
"Iya ... gue sekalian mau jemput lu, biar lu ga telat, mending naik motor bareng gue." Ujar Rony,"mau nggak?" tawarnya
Salma menimang ajakan Rony, "hemm ..."
Naik motor cepet sih, tapi kalau Rere sama Dimas liat gimana?
Rony mendengus, memutar bola matanya dengan malas, "lama, udah ayok!" Paksa Rony dengan menarik tangan Salma dan membawanya ke motor dan memakaikan helmnya ke kepala gadis itu. Dengan terpaksa Salma naik dan mendudukkan dirinya di atas jok belakang.
Tak ingin berlama-lama, Rony langsung melajukan motornya. Mereka menyusuri jalanan di Jakarta yang cukup ramai dan padat. Sesekali ia melihat gadis itu dari kaca spionnya dan mengukir senyum tipis dari bibirnya.
Salma yang merasa di perhatikan lalu memalingkan wajahnya, hingga membuat lehernya sedikit terlihat dari penglihatan Rony. Rony mendesah.
Hadeuh, kenapa dia pake kerudung ini sih, batin Rony
Ia kemudian menepikan motornya dan memarkirkannya di tempat fotocopy-an. Ia lalu turun.
"tunggu di sini Sal." ujar Rony kemudian meninggalkan Salma yang duduk diatas motor.
Salma mengedikkan bahu sebelah kanannya, mungkin ia pikir Rony sedang mengurus atau membeli keperluan kerjaannya.
Tak lama, Rony kembali dengan tangannya yang menggenggam satu buah kotak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih di Hati
FanfictionCinta itu harus diperjuangkan. Meski sekalipun terlihat sangat mustahil untuk bersama. Namun, sebuah perjuangan tidak akan berakhir sia-sia.