5. Nearly

2K 289 62
                                    

Padahal Renjun mengatakan alasannya ingin ke padang Lavender adalah, bahwa ia tengah merasa tak nyaman dengan tubuhnya. Tapi bukannya berbaring dan mengistirahatkan tubuhnya, Renjun tetap tak bisa diam— ia bermain semaunya.

Berbeda dengan Jeno yang memilih duduk bersandar pada pohon yang menjadi batas wilayah lavender-lavender bermekaran, Jeno membawa buku untuk menemaninya.

Padang Lavender dinaungi kabut lembut yang membuat udara disana semakin terasa menyenangkan.

"Aku akan ke sungai!" Renjun berteriak entah dari mana, Jeno hanya mendengar suaranya. Ia pun kembali melanjutkan kegiatannya, sebelum dalam beberapa menit kemudian ia tiba-tiba beranjak.

Renjun menatap berbinar sungai disana, sungai itu masih sambungan sungai milik Druidy karena letak padang Lavender memang cukup dekat dengan hutan hijau Druidy.

Sementara tangannya bermain air, matanya melihat di seberang sungai ada kelinci yang tengah minum, ia berpikir untuk melintasi sungai dan menghampiri kelincinya. Tapi rasanya ia terlalu lemah saat ini, kepalanya masih sedikit pusing. Karena hal itu ia pun memutuskan kembali dan mencari Jeno di pohon tadi, tapi sosok itu tak ada di tempat.

"Jeno..." Suaranya tak sekeras tadi, Renjun rasa dirinya benar-benar sedang tak baik. Ia hendak duduk sebentar, saat ekor matanya menangkap kedatangan Jeno, ia pun segera menoleh.

"Dari mana?" Tanya Renjun, tangannya meraih lengan Jeno untuk ia berpegangan.

Jeno sendiri kini ikut meraih bahu Renjun. "Tidak." Jawabnya pelan, enggan memberitau Renjun.

Renjun yang benar-benar tak dalam kondisi untuk memperpanjang segala hal, atau mendebat Jeno. Kini hanya berujar lemah. "Kita pulang sekarang, aku sepertinya mulai tak terpengaruh dengan lavender. Aku akan menemui Myria di Jade lotus saja."

Myria adalah pengajar di Jade lotus, dan Renjun cukup dekat dengannya. Membuatnya tak sungkan setiap merasa tubuhnya perlu penyembuhan, ia akan meminta tolong pada sosok itu.

Tak ada sahutan dari Jeno, ia masih menahan bahu Renjun dan menatapnya lekat. Rautnya tak menunjukkan sesuatu yang berarti, Renjun pun sedang malas bertanya.

"Kau barusan hanya di sungai kan?" Tanya Jeno kemudian, sekarang tangannya ganti memegang tengkuk Renjun dan mengusap-usapnya dengan lembut.

"Ya." Jawab Renjun singkat, ini sangat amat bukan dirinya yang terbiasa banyak berbicara. Tapi sekarang rasanya tubuhnya berkata lain, ia benar-benar ingin segera bertemu Myria.

"Aku rasa itu hanya karena pikiranmu saja, kau tak seburuk itu di kelas Druidy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku rasa itu hanya karena pikiranmu saja, kau tak seburuk itu di kelas Druidy. Kau mau aku bantu menemukan buku untuk melatih fokusmu? Aku sepertinya pernah melihat itu di perpustakaan." Renjun begitu menggebu-gebu saat menawarkan diri, bahkan senyum lebarnya tak pernah lepas setiap ia berbicara.

Sosok yang tadi bertanya pada Renjun tentang dirinya yang kesulitan melihat potensinya dimana ikut tersenyum melihat semangatnya Renjun setiap berbicara.

Wyrdspell ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang