22. Witchcraft

1.5K 235 79
                                    

Renjun terbangun dengan matanya yang terasa segar— hutan druidy membantu keadaan Renjun membaik. Tapi kemudian ia langsung merasakan napasnya tercekat lagi, pengaruh Arvel masih ada di dalam tubuhnya.

Jeno yang masih berada di druidy juga ikut tersentak mendengar tarikan napas keras Renjun, nyata sekali penuh kesakitan. Jika ada pilihan, Jeno ingin memilih untuk Renjun mendapat penyembuhannya tanpa harus sadar lebih dulu, karena jika anak itu sadar inilah yang akan terjadi. Penderitaan Renjun kembali dirasakannya, karena ingatannya sekarang kembali utuh dan bukan lagi hanya seolah berupa mimpinya.

Selama ini Jeno selalu meminta Myria untuk menggunakan sihir penyembuhan apapun terhadap Renjun dengan dalam keadaan Renjun yang dibuat terlelap. Karena dengan itu sihir tidecaller yang Jeno terapkan pada Renjun tak terbuka, agar kejadian itu tetap menjadi bagian mimpi tak penting bagi Renjun.

Mengenai Myria, ia adalah pengajar yang pertama kali Jeno beritau detail yang terjadi pada Renjun hari itu. Karena Jeno ingin Myria memastikan kesakitan Renjun tak kembali lagi, ia ingin Myria ikut menjaga Renjun.

Mata Renjun menemukan seorang lelaki paruh baya yang berdiri di sisi tempatnya, mengusap dahi Renjun dengan lembut seperti menghapus keringatnya tapi Renjun bisa merasakan kekuatan sihir yang mulai melingkupinya.

"Permintaan hari itu, permintaan yang ditolak oleh kepalamu sendiri. Berhenti untuk berusaha mengucapkannya." Ozrille mengucapkannya, tangannya mengusap dahi Renjun yang masih berbaring dan kini mulai menangis.

Sihir tidecaller hanya bisa dilakukan saat orang tersebut dalam keadaan sadar, karena dengan itu ia bisa menarik perlahan apa yang menjadi ketakutan orang tersebut. Karena itulah Ozrille baru melakukan sihirnya ketika Renjun terbangun, jika ia melakukan sihirnya saat Renjun masih terlelap maka sihirnya tak akan bekerja sepenuhnya. Dan pengaruh Arvel akan tetap tersisa dalam benak Renjun, membuat anak itu akan terus terbangun dengan kesakitannya.

Dan untuk sihir menelan lagi ingatan buruk Renjun dalam mimpi tak akan bekerja untuk kedua kalinya jika itu tentang ingatan yang sama.

"Mati..." Renjun merintih nyeri, ia merasa bahwa jika ia tak segera mengucapkannya maka ia akan terus merasakan kesakitan itu. Dan Renjun takut mati.

Ozrille kembali berujar pelan. "Kau druidy, tak akan mendengar permintaan fatal itu. Yang sebelumnya menerintahmu, bukan siapa yang seharusnya kau dengar."

Lyra yang berada di sisi Renjun yang lainnya kini ikut mengusap kepala Renjun, mencoba menenangkan anak itu meski dirinya ikut merasakan keringat dingin mengucur di dahinya. Membayangkan dirinya yang merasakan hal yang terjadi pada Renjun, begitu mengerikan.

"Renjun, tarik napasmu." Ujar Lyra pelan.

Isakan Renjun bercampur rintih kesakitan.

"Dengarkan hutan druidy..." Lyra kembali berbisik.

Renjun perlahan mengikuti intruksi Lyra. Sementara Ozrille melanjutkan sihirnya dibantu Lyra yang menenangkan pikiran Renjun.

Lyra melihat hutan druidy kembali terhubung dengan Renjun, tanda anak itu mendengar perintahnya. "Tanah druidy yang akan menyelamatkanmu jika kau berpikir kau akan mati. Tanah druidy akan berterimakasih padamu karena mencegah kerusakan sihir the Rève." Bisik Lyra, bertepatan dengan Ozrille yang juga menyelesaikan sihirnya.

Tangan Renjun mencoba menggapai apapun yang ada di dekatnya, berakhir mencengkram selimut yang menutup tubuhnya erat.

"..ètreint.." Renjun mengucap mantra, meminta hutan druidy memeluknya.

Renjun telah sepenuhnya lepas dari pengaruh Arvel, tapi tak lama kemudian ia jatuh tak sadarkan diri karena Ozrille, sengaja untuk mengistirahatkan lagi anak itu.

Wyrdspell ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang