13. Recalcitrate

1.6K 238 82
                                    

Renjun membuka matanya dan mendapati Jeno tetap di posisi yang sama, di sampingnya dengan baju yang sama —tak ada tanda-tanda anak itu telah pergi keluar semalam. Bahkan tengah malam tadi pun Renjun sempat terbangun dan tak ada Jeno yang terbangun, lalu pergi dari kamar. Ia pun berdecak pelan, menyadari bahwa Jeno seolah tau maksud ia tidur disini untuk apa.

Kakinya menendang kecil kaki Jeno, sebelum kemudian bangun dan melangkahi tubuh Jeno untuk turun dari kasur dan keluar dari kamar dengan sebal. Rencananya yang ini pasti tak akan berjalan baik, Jeno terlalu peka dengan gerak-geriknya dan tingkahnya, ia perlu melakukan hal yang lebih serius dari ini.

Sementara itu Jeno membuka matanya begitu terdengar pintu kamar yang ditutup Renjun, ia menyadari bahwa Renjun mulai mencurigainya. Renjun tak mungkin tiba-tiba ingin tidur di kamarnya jika bukan untuk memata-matainya. Memang anak itu pernah juga tidur di kamarnya, tapi saat itu Renjun tak sengaja jatuh tertidur.

Jeno akan mulai mengatur ulang jadwal ia berlatih agar Renjun tak lagi merasa penasaran tentang ini, karena ia yakin jika Renjun semakin penasaran. Apa yang coba ia tutup-tutupi akan segera diketahui oleh Renjun. Dan Jeno tak mau Renjun tau semuanya karena itu akan berakhir membuat anak itu menderita.

"Tidur di kamarmu tak nyenyak sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tidur di kamarmu tak nyenyak sama sekali." Keluh Renjun, ia duduk di samping Jeno di dalam kereta menuju Jade lotus. Tangannya memeluk erat lengan Jeno, sementara matanya menatap ke luar jendela dengan bosan.

"Aku tak menyuruhmu tidur di kamarku." Jeno berdecak tak percaya.

Renjun memainkan jari Jeno, kemudian menggunakan tangan temannya itu untuk mengusap-usap kepalanya. Membuatnya terlihat seperti Jeno tengah mengusap kepala Renjun, dan Jeno hanya membiarkannya.

Sesampainya di Jade lotus, mereka bisa melihat danau besar yang dikelilingi rumput hijau yang indah. Air danau begitu jernih dengan adanya tanaman lotus yang terapung di sekitaran danau.

Mata Renjun menemukan Elora. "Haiii.." Renjun menyapa Elora dengan menggunakan tangan Jeno yang ia gerakkan seperti orang yang tengah menyapa.

Hal itu membuat Elora tertawa pelan sembari membalas sapaan Renjun. "Kau terlihat mengantuk."

Renjun mengangguk. "Aku menginap di tempat tak nyaman, jadi aku masih begitu mengantuk." Sebenarnya alasan Renjun mengantuk adalah karena ia sering terbangun hanya untuk memastikan keberadaan Jeno, yang ternyata tak pergi kemanapun!

Jeno melirik Renjun, anak itu yang datang sendiri tapi ia yang terus mengeluh tentang kamarnya. Jeno hendak melepas paksa pelukan Renjun pada lengannya tapi anak itu merengek tak mau.

"Iya iya, tidak. Kamarmu nyaman, seperti kamarku." Cengir Renjun.

Elora melirik keduanya menyadari apa yang dibicarakan Renjun adalah tentang kamar? Mereka tidur berdua? Elora diam-diam melirik Jeno dengan senyum tertahan.

"Kelasnya akan segera dimulai, kau masih tak mau melepasnya?" Jeno masih ingin melepas pelukan Renjun.

"Pelit sekali hanya pinjam lengan juga." Renjun berdecih, melepas lengan Jeno dari pegangannya dengan kasar.

Wyrdspell ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang