Veridian Vale

1.7K 254 63
                                    

Jeno baru menyelesaikan kelasnya di Veridian saat Elora memanggilnya, ia menghampiri gadis itu dan melihat bagaimana tangan Elora menyodorkan sebuah lotus kecil berwarna biru. Jeno baru kali ini melihatnya.

"Lotus yang biasanya tak seperti ini." Jeno melihat banyak lotus di danau jade lotus dan ukurannya tak semungil ini, meskipun itu yang paling kecil. Juga warnanya, biasanya meskipun ada lotus biru di danau itu berwarna biru terang dan kadang biru yang nyaris sepeti warna putih saking sedikitnya warna biru yang muncul. Sementara yang Elora sodorkan sekarang berwarna lebih gelap.

"Ini mirip baju para druidy." Elora menjelaskan.

Dan dari sana Jeno baru ingat warna birunya memang mengingatkannya pada kalung dan gaun Lyra, juga seragam Renjun.

Mengenai warna seragam, itu memang sedikit berbeda untuk setiap kelas. Untuk kelas druidy, mereka mengenakan warna biru sapphire, jade lotus dengan warna serupa senja yang cantik, kemudian Veridian dengan warna maroon, lalu tanglewood berwarna hitam yang dipadukan dengan hijau gelap dan Ironclaw hitam yang dipadukan dengan maroon.

"Ozrille mengirimnya pada Myria kemarin, dan ini memang untuk Renjun. Ozrille bilang, tak menutup kemungkinan luka dan ketakutan Renjun bisa muncul jika ada yang memicunya rasa takutnya berturut-turut."

"Menurut Ozrille, kau sudah tau cara menggunakannya." Tukas Elora sembari menyerahkan lotus biru itu pada Jeno.

Jeno kenal Ozrille cukup lama, mereka sering bertemu karena letak pegunungan ironclaw yang cukup dekat dengan tempat tidecaller. Jeno yang kadang berkeliling di sekitar pegunungan akhirnya bertemu Ozrille dan berbicara banyak hingga bisa mempelajari seni sihir tidecaller cukup banyak, meski sihir itu bukan bagian dari pelajaran di the Rève.

Dan ingatannya langsung mendapat bagaimana Ozrille memberitaunya untuk menyimpan lotus kecil di bagian dahi oranglain jika orang tersebut mengalami ketakutan atau mimpi buruk yang parah. Sihir tidecaller akan menenangkan emosi yang bercampur dalam benak orang tersebut.

"Aku besok ada jadwal di Jade lotus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku besok ada jadwal di Jade lotus." Ujar Renjun yang duduk di kursi belajar Jeno dengan sebuah buku di tangannya, sementara Jeno duduk bersandar di atas ranjangnya.

"Aku juga." Jawab Jeno.

Renjun menoleh pada Jeno, memicingkan matanya pada Jeno yang sibuk membaca buku.

"Arvel sudah tak ada, dan aku sudah baik-baik saja. Jadi siapa lagi yang sedang kau jaga?" Tanya Renjun saat Jeno tak juga menatap ke arahnya.

Jeno mengerutkan dahinya tak mengerti. "Apa maksudmu?"

"Kau bertemu Elora." Desis Renjun, sejak ia mendengar kabar bahwa Jeno bertemu Elora di lembah Veridian, Renjun merasa begitu kesal. Dan rasa kesalnya sekarang terasa berkali lipat karena Jeno yang bersikap tak peduli atas ucapan Renjun itu.

"Hanya berbicara biasa, bukan untuk misi lagi." Jawab Jeno, dan kembali menatap bukunya.

Renjun menggeram tak suka. "Kalau bukan untuk misi lagi, berarti kau memang ingin bertemu Elora."

Jeno mendongak dengan kening berkerut, dan baru menyadari kecemburuan Renjun. Jeno tersenyum geli. "Kita di kelas yang sama, tak mungkin aku tak berinteraksi dengannya. Dan juga ia sudah membantuku selama ini."

Mendengar itu, tak membuat perasaan Renjun membaik. Ia tetap cemberut.

"Kau tak mencintaiku?" Tanyanya tiba-tiba, rautnya masih dipenuhi dengan rasa sebal. Dahinya berkerut dengan bibir merengut.

Sejak dulu juga Jeno tau kalau Renjun kadang begitu dramatis dan berlebihan, tapi ia tak menyangka Renjun akan meragukan cintanya hanya karena ia berbicara dengan Elora. Ia hanya bisa mendengus geli. "Kau benar-benar berlebihan."

Itu semakin membuat Renjun ingin meledak. "Aku cemburu, Jeno." Tangannya membanting buku Jeno yang sejak tadi ia pegang ke atas meja belajar Jeno.

Dan Jeno justru merasa terhibur dengan itu, tapi ia tetap mengatakan apa yang bisa membuat anak itu merasa lebih baik. "Elora hanya temanku." Jeno menatap Renjun lembut.

"Aku juga temanmu!" Sentak Renjun.

Jeno menaikan sebelah halisnya. "Kita bukan, Renren."

Renjun berdecak, padahal ucapannya tak sepenuhnya salah karena memang ia teman Jeno sebelumnya. "Pokoknya jangan berbicara berdua dengan Elora." Ujar Renjun.

"Kau akan melindungi siapa lagi?" Renjun bertanya panik, tak mungkin kan Jeno sedang mencoba melindungi orang lain yang ia cintai?

"Tidak ada, Renjun. Aku hanya berbicara tentang sihir Jade lotus." Jeno mulai beranjak dari ranjangnya, untuk menghampiri Renjun dan mengusap kepalanya.

Renjun ikut berdiri dengan pandangan menuduh. "Sihir untuk apa? Membuatku melupakan kalau kau menemui Elora?"

Jeno tak habis pikir, ia mendengus sebelum menarik tangan Renjun mendekati ranjang lalu kemudian mendorong tubuh Renjun untuk berbaring. "Cemburumu begitu menyebalkan."

Karena merasa bahwa Jeno tak serius dengan pembicaraan tentang kecemburuannya ini, Renjun bertambah kesal.

"Aku akan kembali ke kamarku." Renjun hendak bangun dari posisi berbaringnya, tapi Jeno yang berbaring di sampingnya justru memeluk perutnya erat. Tak mengizinkan Renjun beranjak.

Anak itu tentu tak diam begitu saja, ia berontak dari pelukan Jeno dan Jeno semakin menarik tubuh Renjun mendekat.

"Aku juga dulu saat cemburu tak seperti ini. Padahal kau dekat dengan banyak orang, berbicara dengan banyak orang." Jeno tak melonggarkan pelukannya pada Renjun yang kini memukul pelan lengan Jeno yang memeluknya.

"Justru itu! Kau tak biasa berbicara dengan banyak orang, jadi saat kau berbicara lebih sering dengan oranglain. Itu mencurigakan, karena tak seperti biasanya." Jelas Renjun menggebu-gebu.

Dan Jeno hanya diam tak meladeni, tapi kemudian saat merasakan Renjun kembali berontak. "Tidur disini saja."

"Aku tak mau berbicara dengan— " Renjun langsung menghentikan ucapannya, berpikir jika ia mengancam tak mau berbicara dengan Jeno ia takut Jeno akan lebih memilih berbicara dengan Elora.

Maka cepat-cepat Renjun melarat ancamannya. "Aku tidak mau melihatmu dulu, aku masih cemburu dan marah padamu."

Jeno yang merasakan Renjun semakin bergerak-gerak ingin lepas dari pelukannya pun kini ia melepaskannya.

Dan sekarang Renjun yang terdiam bingung dan tak terima. "Kau tak menahanku lagi?"

Helaan napas Jeno terdengar, tapi ia pun memilih menyamankan diri di ranjangnya sebelum berujar. "Besok pagi kau akan melompat lagi padaku."

Wyrdspell ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang