10. Maze

1.7K 248 66
                                    

Renjun duduk di kereta dengan tangan terlipat di depan dada, dahinya berkerut tanda ia sedang dalam suasana hati yang buruk. Bibirnya cemberut mengingat beberapa menit yang lalu Jeno menawarkan dua pertanyaan yang sangat ingin Renjun ketahui jawabannya.

Mengenai ketidak berhasilan Jeno dalam mengikuti tes, Renjun ingin tau. Karena jika memang ada kecurangan Renjun bersedia berbicara dengan para pengajar the Rève tentang itu, ia ingin Jeno mendapat peluang yang sama dengannya untuk mendapat penunjukkan untuk bisa terlibat dalam kerajaan.

Tapi Renjun juga penasaran dengan ketertarikan anehnya pada hutan tanglewood yang ia rasakan baru-baru ini, ia merasa ada hal penting disana. Dan entah apa.

Lalu melihat Jeno yang menawarkan dua pilihan padanya ingin mengetahui yang mana, Renjun merasa Jeno tau tentang semuanya. Tentang perasaan aneh Renjun terhadap tanglewood, bahkan tentang kegagalannya dalam tes.

Tadi Renjun hendak mengatakan bahwa ia lebih penasaran pada apa yang membuatnya merasa seperti itu pada tanglewood, juga kenapa Jeno tau tentangnya disaat dirinya sendiri tengah mempertanyakannya?

Tapi tadi panggilan untuk para murid segera memasuki kereta membuat Jeno langsung melengos dari hadapannya. Renjun tentu saja tak membiarkannya begitu saja.

"Jeno!" Renjun menahan tangan Jeno dengan kedua tangannya, mengabaikan buku yang sejak tadi ia peluk kini jatuh ke atas lantai.

"Kita harus pergi, Renjun."

"Sebentar, aku ingin menanyakan— "

"Demi tuhan, kau bisa menanyakannya lain kali." Jeno bertanya, ia mulai melihat beberapa murid yang akan menuju kereta kini menyempatkan diri menonton mereka lebih dulu.

Renjun menggelengkan kepalanya. "Tidak!" Setelah itu ia merasakan Jeno melepas pegangan tangannya pada lengan Jeno dengan mudah, dan pergi darinya.

"Jeno!" Renjun menghengak kesal melihat Jeno benar-benar mengabaikannya dan berjalan menjauh darinya.

Kekesalannya masih tersisa, membuat ia kehilangan keceriaannya beberapa saat.

Tapi begitu ia turun dari kereta saat sampai di Veridian, kelas yang ia ikuti hati ini. Senyumnya kembali mengembang, ia suka Veridian karena memiliki air terjun yang indah.

Kelas Veridian terletak di lembah Veridian yang subur, di punggung perbukitannya terdapat banyak air terjun yang cantik. Menurut Renjun Veridian adalah versi lain dari Druidy, karena itulah Renjun merasa nyaman disini. Padahal seharusnya akan lebih masuk akal jika Renjun lebih nyaman di tanglewood, tapi tanglewood terasa berbeda untuknya meski sama-sama sebuah hutan dan sama-sama menjadikan sihir alam sebagai pembelajaran.

Sihir yang dipelajari di Veridian sendiri adalah yang mempelajari seni ilusi, penipuan yang halus. Renjun juga selalu antusias mengikuti kelas ini, sejak awal ia mendengar ada kelas ini pun Renjun begitu tertarik. Ia membayangkan semenyenangkan apa bisa menguasai sihir Veridian yang sepenting ini, tapi sayangnya ia ternyata tak begitu berbakat disini. Meski begitu Renjun selalu menikmati waktunya dalam mengikuti kelas ini.

Veridian juga memiliki persamaan dengan Tanglewood, yaitu sama-sama bisa mengendalikan sesuatu dengan sebuah 'tipuan'. Bedanya Tanglewood dengan hewan dan tumbuhan, sementara Veridian bisa menggunakan hal lain yang berhubungan dengan alam. Entah itu air, tumbuhan, udara bahkan api sekalipun.

Selesai mengikuti kelas, Renjun tengah berbicara dengan Yangyang saat Arcadias memanggilnya. Arcadias merupakan pengajar di Veridian, sekaligus papa dari Jeno.

"Papa Jeno memanggilmu, aku akan pergi makan duluan." Yangyang pamit lebih dulu, karena ia pada Arcadias tak seakrab Renjun dengan sosok itu.

Tak heran, mengingat Renjun bisa akrab dengan siapa saja.

Wyrdspell ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang