20. Emerge

1.5K 253 84
                                    

Jeno berusaha keras agar tak menoleh pada Arvel yang ia yakini pasti tengah menatapnya dan Renjun, Jeno hanya ingin segera membawa tubuh Renjun keluar dari tanglewood. Ia beranjak dengan membawa tubuh Renjun dalam gendongannya, dapat ia dengar Arvel yang bertanya tapi Jeno mengabaikannya. Ia ingin segera keluar dari hutan ini.

Tapi kemudian ia menyadari bahwa memerlukan banyak waktu untuk menunggu kereta, matanya mengedar mencoba menemukan Yurath. Dan karena tak ada, ia meminta tolong pada salah satu murid yang lewat di depannya untuk memanggil Yurath.

Alasan Jeno memanggil Yurath adalah, karena pengajar memiliki keleluasaan untuk membuat kereta datang lebih awal atau lebih akhir. Hanya pengajar yang bisa menentukan keberangkatan kereta, dan sekarang disini hanya ada Yurath sebagai pengajar. Maka ia memanggilnya.

Tak lama kemudian pria dengan surai hitam itu menghampirinya, pengajar tanglewoos itu juga mengerutkan dahinya melihat Renjun yang sekarang ia baringkan di atas bangku stasiun. Yurath hendak bertanya, tapi Jeno lebih cepat berbicara —terlihat sekali ia begitu tergesanya.

"Aku tau ini terkesan lancang, tapi anggap saja ini aku meminta hal ini untuk pertanggung jawabanmu juga. Cepat minta kereta untuk membawaku dan Renjun." Wajah Jeno masih mengeras, ia bisa merasakan seluruh emosi itu ada di dadanya.

Yurath yang mendengar bahwa ia dimintai pertanggung jawaban, dengan adanya Renjun yang terbaring tak sadarkan diri jelas tak mengerti. "Apa yang terjadi?"

"Cepat, ini bukan saatnya aku menjelaskan. Renjun harus segera pergi dari sini." Jeno menahan keinginannya untuk mencengkram kerah baju Yurath, ia meminta segera dipanggilkan kereta secepatnya!

"Baik." Yurath melirik Renjun sekali lagi, sebelum menggunakan sihirnya untuk meminta satu kereta membawa Renjun dan Jeno.

Begitu keretanya datang, Jeno tanpa memerlukan banyak waktu kembali membawa tubuh Renjun. Dan hendak memasuki gerbong, saat Yurath bertanya padanya. "Kemana tujuanmu? Aku harus memberitau Jare." Jare adalah penanggung jawab kereta-kereta di the Rève.

Jeno menatap Yurath, dengan tanpa disadari si pengajar bahwa mata Jeno juga meneliti ke sekitar mereka. Dan setelah itupun, ia menatap Yurath penuh permintaan. "Biarkan aku yang mengatakannya pada Jare, aku tak akan memberitaumu."

"Kalau aku menyalah gunakan ini, kau bisa mengirimku ke menara merah." Jeno meyakinkan Yurath, bahwa ia meminta ini bukan untuk mainannya.

Yurath melihat keseriusan Jeno, jadi ia membiarkan Jeno.

Sepanjang perjalanan, Jeno menatap wajah Renjun yang terlelap memastikan tak ada hal yang lebih buruk menyerang anak itu. Lalu Jeno kembali menatap ke luar jendela, mereka baru melewati pegunungan Ironclaw.

Jeno menghela napasnya, tiba-tiba menyesal kenapa dulu ia menyarankan hutan druidy sebagai tempat untuk pulangnya Renjun. Karena ini terlalu jauh. Ozrille pun perlu waktu lebih lama untuk sampai, atau jika tidak Renjun akan lebih dulu sadar lagi.

Jika biasanya para murid akan diberhentikan di bagian selatan hutan, maka Jeno meminta Jare menurunkannya di bagian barat hutan. Bukan agar ia tak mengganggu para murid lain dengan kedatangannya yang membawa Renjun, ia tak peduli tentang orang lain disaat Renjun tak sadarkan diri.

Itu karena memang sesuai diskusi semua orang bahwa bagian barat hutan druidy lebih penuh dengan sihir alam alami si hutannya, dan itu akan membuat Renjun lebih baik dengan semua hal itu.

Ada bangunan yang lebih kecil dibanding bangunan untuk mengajar sihir druidy, itu bangunan milik Lyra dan para pembimbing. Jeno membawa Renjun kesana, membaringkan tubuhnya di atas meja dengan perlahan.

Setelah itu ia beranjak untuk mencari yang ia perlukan saat ini. Begitu ia keluar dari ruangan, ia bisa melihat Lyra yang berlari kesana.

Lyra pasti mendapat pemberitahuan tentang kereta yang datang, maka sudah jelas ia khawatir begitu mengetahui dari pemberhentiannya bahwa yang datang adalah Jeno dengan Renjun.

Ditambah akhir-akhir ini memang semuanya terasa semakin mendekati kekacauan.

"Mana Elora?" Tanya Jeno begitu saja, meski kepalanya tau bahwa Lyra tak mungkin mengetahui keberadaan Elora tapi ia tetap menanyakannya saking paniknya.

Lyra tak menjawab, ia melewati Jeno dan berjalan masuk untuk menengok Renjun. Ia bisa merasakan bagaimana keringat membasahi dahinya, ia takut dengan apa yang Renjun alami.

"Maaf, aku tak membawa lotusnya jadi aku harus kembali untuk membawanya." Samar-sanar suara Elora mendekat ke bangunan itu, kemudian masuklah ia dengan Jeno dan hendak mendekati Renjun. Namun belum Elora melakukan apapun, Renjun lebih dulu tersentak bangun dengan napasnya yang kembali tersenggal.

Dengan reflek Lyra menatap Jeno yang terlihat jauh lebih frustasi.

"Aku tak bisa melakukannya!" Erang Jeno penuh dengan rasa frustasi.

"Kita sudah menemukan banyak bukti Arvel pelakunya, dan tinggal selangkah lagi aku bisa menyeretnya pada kalian. Kalau aku menyebutkan sihirnya untuk Renjun, aku tak bisa menyerang Arvel." Lanjut Jeno dengan menggebu-gebu, semua rasa khawatirnya juga rasa marahnya bercampur.

Jeno tau mantra sihir untuk segera membuat Renjun lebih baik, tapi sihir itu memerlukan lebih banyak energi. Dan jika Jeno memakainya untuk Renjun sekarang, maka ia harus menunggu waktu lagi untuk bisa menggunakan semua sihirnya untuk menyerang Arvel. Sementara sekarang semua bukti kuat sudah bisa dilihat para pengajar dan Jeno dapat melakukan apapun terhadap Arvel. Ia tak bisa melewatkan ini.

Kedatangan Ozrille dan Myria membuat Jeno mendapat sedikit kelegaan.

"Ia sudah mengingatnya." Ujar Jeno pada pria paruh baya itu, Ozrille. Ozrille berasal dari Tidecaller.

Berbeda jauh dengan Jeno yang terlihat begitu kacau, Ozrille terlihat lebih tenang dari yang lain. Bahkan Myria pun panik mendengar ucapan Jeno barusan, ia tak bisa membayangkan Renjun yang mengingat itu semua.

"Dan apa pengaruh itu masih tersisa." Ozrille tau, dengan ingatan Renjun yang kembali terbuka bahwa pengaruh itu pun seolah kembali masuk dalam tubuh Renjun.

Jeno lemas memikirkan apa yang tadi ia lihat dari Renjun. "Aku pikir iya, aku merasakan sihir itu berkumpul perlahan dan Renjun nyaris mengucapkan sesuatu."

Meskipun Ozrille tak bisa mencegah ingatan Renjun kembali ditelan mimpi, tapi sekarang ada kesempatan Ozrille bisa menghilangkan pengaruh sihir yang saat itu belum bisa Jeno hilangkan sepenuhnya.

Selama ini ingatan buruk Renjun, diikat dalam mimpi anak itu dengan sihir yang Jeno gunakan. Dan inilah alasan Jeno tak lulus tes.

Saat itu, Jeno menggunakan kekuatan sihirnya untuk menyimpan kejadian buruk yang Renjun alami sebagai bagian mimpi Renjun. Anak itu akan mengingat semua kejadian mengerikan itu dengan sekilas, seperti layaknya hanya bagian dari bunga tidurnya. Beberapa hari setelahnya ia mengucapkan sihir itu ia ada tes, dan di tes penentu yang memerlukan seluruh kekuatan sihirnya. Jeno tak mampu. Energi sihirnya habis untuk menyelamatkan ingatan Renjun, agar anak itu tak trauma dengan kesakitan yang ia alami.

Sihir itu tak ia pelajari di the Rève, Jeno mendapatnya dari Ozrille. Dan ia bertemu Ozrille cukup sering karena letak pegunungan Ironclaw yang dekat dengan laut Tidecaller— tempat para penyihir yang bisa memanipulasi mimpi, juga menyembuhkan luka emosional.

Jeno menguasai beberapa sihirnya, tapi ia tak semahir Ozrille yang jelas-jelas pemilik asli seni sihir itu. Jadi jika Jeno tak bisa menghilangkan pengaruh sihir yang tersisa pada tubuh Renjun, maka Ozrille jelas mampu untuk itu.

Suara pintu yang kembali terbuka membuat mereka menoleh, menemukan Arcadias yang datang bersama Jaemin.

Arcadias menatap Lyra tegas. "Jangan izinkan hutan druidy menerima lagi orang." Ujar Arcadias.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wyrdspell ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang