11
"Om Melk!"
Jaemin memekik senang saat melihat Mark yang berjalan ke arahnya. Bocah itu melompat kecil lalu berlari menuju Mark. Saat Mark merendahkan tubuhnya, Jaemin segera melompat masuk ke dalam pelukan Mark.
"Om Melk, Om Melk." Jaemin memanggil dengan nada senang, "Kata Papa, Om bisa kasih Jaemin adik bayi. Apa Jaemin bisa dapat?"
"Huh?" Mark mengernyit dalam, "Adik bayi?"
"Jaemin na adik bayi, yang jadi temen. Sepelti teman Jaemin," jelas Jaemin. Matanya berbinar penuh harap, "Om Melk kasih Jaemin adik bayi."
Mark menghela napas. Kenapa Haechan mengatakan hal seperti itu? Lihat saja, Mark pasti akan membalasnya. Pasti.
"Tidak bisa, Jaemin. Kasih Jaemin adik bayi itu harus 2 orang. Saya, 'kan, sendiri."
Jaemin cemberut, "Jaemin enggak dapat adik bayi?"
"Ya enggak, saya sendirian. Nanti aja, tunggu Mama sama Papa kasih Jaemin adik."
"Lama. Jaemin na besok."
Mark menggeleng, "Mana bisa besok. Harus nunggu lama."
"Tapi Om Melk."
"Enggak bisa, Jaemin. Saya gak bisa kasih adik bayi ke kamu."
Jaemin berubah sedih. "Kenapa?"
"Karena ..."
Mark diam. Dia juga tidak tau kenapa dirinya mengatakan kalau dia tidak bisa memberikan Jaemin adik. Seharusnya dua hanya perlu mengatakan keponakan. Tapi, pastinya Jaemin lebih pintar. Adik itu ada 24 jam berada di rumah. Bukan sesekali ke rumah Jaemin saja, seperti Om Mark.
Tenang, Mark. Cari jawaban yang cocok untuk bocah yang hampir berusia 5 tahun ini. Salah-salah Jaemin akan marah padanya selama berhari-hari. Dan itu tidak menyenangkan.
"Om?" Jaemin menatapnya bingung.
Mark tersenyum. Dia mengusak rambut Jaemin gemas. "Saya belum dapat pasangan, jadi enggak bisa kasih adik ke Jaemin?"
"Ahh~" Kedua sudut bibir Jaemin turun, dia kembali cemberut. Mark tertawa. Gemas sekali, ingin menggigit pipinya yang turun itu. Berisi sekali.
"Kan sa—"
"Kak."
Mark langsung menoleh, melihat Renjun yang mendatangi mereka sembari menenteng tas berisi keperluan milik Jaemin.
"Aku minta tolong boleh gak?" tanya pemuda Huang itu pada mantan kekasihnya.
"Minta tolong?" Mark mengernyit, melirik sekilas tas milik Jaemin.
"Bisa ajak Jaemin pergi dulu? Maaf kalau ini ganggu kak Mark, tapi tolong bawa Jaemin seharian ini. Mama mau dateng, dan aku enggak mau beliau liat Jaemin."
Mark diam. Dia belum mengetahui maksud perkataan Renjun itu. Tapi, sepertinya permintaan Renjun bukan hal yang sepele.
"Ok. Kabarin kalau ibu lo udah pulang, nanti gue ajak Jaemin balik."
Senyum Renjun mengembang. Dia memberikan tasnya ke Mark, "Makasih, kak. Nanti aku hubungin kalau udah selesai. Jangan bawa Jaemin sebelum aku chat. Sekali lagi makasih, kak."
"Enggak masalah."
Tau kalau dia akan diajak pergi, Jaemin segera melambai tangan ke Renjun. Mamanya itu tersenyum, membalas lambaikan tangan Jaemin.
"Jangan nakal-nakal, Jaemin."
"Iya~" Kedua mata Jaemin menyipit, "Dadah, Mama~"
"Dadah Jaemin ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
08.13 ✔️
FanfictionJadi orangtua itu gampang, tinggal punya anak. Tapi, bagaimana dengan mengurusnya? Apa Haechan dan Renjun benar-benar dapat melakukannya dengan baik? HYUCKREN ft Jaemin